Sabtu, 31 Desember 2011

Nyanyian Burung Chaveleh


oleh Arie Rachmawati pada 31 Desember 2011 pukul 18:25

Aslinya anak itu pendiam dan pemalu, tetapi bila tertawa terutama saat menonton drama komedi misal tayangan OVJ pasti ngakak nya seakan mengguncangkan ruang tengah. Paling asyik diajak diskusi dan curhat, bisa sambil makan, jalan-jalan kadang dilanjut dengan tidur-tiduran. Paling suka nonton film, dan ia adalah teman penikmat sehati.  
Siapa bilang punya anak laki-laki nggak asyik buat curhat? Nah, buktinya saya. Saat pertama ditinggal pergi, karena dia melanjutkan pendidikan ke Universitas Gajah Mada, saya menjadi cengeng sekali. Saya kehilangan teman curhat. Saya paling anti menangis di depan anak-anak. Mereka terlalu mengidolakan saya sebagai Super Mom. dan mereka tahunya bila saya menangis bombaydikarenakan usai menonton film drama, terutama Korean drama. Oya kok malah melebar kemana-mana, saya itu merasakan kesedihan yang dalam, saat perpisahannya dengan adik-adiknya, peristiwa itu awal bulan kedelapan 2007, empat setengah tahun yang lalu. Mereka belum pernah berpisah, jadi adik-adiknya merasa kehilangan juga. Hiks!
Ia anak sulung dari ketiga bersaudara, sedari kecil saya sering mengajaknya ngobrol. Saya pun sering bercerita tentang apa saja, dari dongeng anak-anak hingga masa kecil saya sangat berwarna, terutama saat tinggal di desa Baratan, sekitar tahun 1977-1980. Saya lah yang membawa ia bermain imajinasi. Saya lah yang mengajarkan membaca buku cerita sedari kecil dan mencintai musik. Sewaktu usia balita pun sudah belajar mengaji, pokoknya ia boleh dibilang sahabat dari semasa bayi hingga kini, bukan hanya sebagai anak semata saja. Eeiitts...ada yang kelupaan, sewaktu mengandungnya, usia 3 bulan, saya bertemu idola saya Fariz RM,dalam kesempatan langkah itu saya meminta sesuatu kepada beliau. It's everlasting moment, at Jember Juni, 14-1989.

Usianya bulan ini 22 tahun. sebuah perjalanan waktu tanpa terasa lebih dari 20 tahun jalinan keakraban itu terjalin. Meski ia anak laki-laki, tetapi hatinya lembut dan gampang terenyuh, suka mengalah teutama bila berebut sesuatu dengan adik-adik-nya. Bahkan saat sekolah dasar pun, boleh dibilang cengeng, anak mami, tetapi dia cuek, yang ia butuhkan rasa aman. Ia akan merasa tenang bila melihat wajah saya, saat lomba cerdas cermat mewakili sekolahnya, baik semasa SDN-SMP hingga tingkat mewakili propinsi Jambi. Semangatnya bisa berapi-api. Peran orang tua itu dahsyat sekali, terutama peran ibu. Saya bukan seorang ibu yang sempurna, tapi saya bersyukur telah diberi banyak kesempatan mengikuti perjalanan dan mengisi setiap saat bersama anak-anak.

Masa kecilnya dilalui di provinsi yang dikenal dengan semboyan Sepucuk Jambi, Sembilan Lurah. Cerita itu saat ketiganya masih menjalani masa kecil di Jambi, tepatnya di perumahan Bumi Chrisya Lestari, STM Atas (Sipin) Jambi. Justru adik bungsunya yang lebih menang sendiri dalam urusan apa pun. Ia anak rumahan, keluar rumah hanya seperlunya saja, betah di kamar dengan membaca komik atau belajar. Sedang kedua adiknya lebih membaur dengan teman sebayanya. Ia mempunyai dua sahabat semasa sekolah dasar, namanya Drajat dan Raviki. Selain teman sekolah, keduanya tetangga kami. Bertiga selalu berbagi cerita ataupun bermain game, dari jaman nitendo sampai playstation. Bahkan saya yang mengajari bermain PS itu. Saya pula yang menyeleksi mainan jenis apa yang boleh dibeli dan dimainkan untuk anak seusianya.

Ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama di SMPN 1 Jambi, yang letaknya di samping kantor papanya PT.Telkom Jambi, kegiatan diluar rumahnya mulai memadat. Ia anak yang harus tidur siang, bila keseringan pasti badannya demam. Ia mulai banyak teman dan ikutan kegiatan ekskul. Perlahan pasti anak pendiam itu mulai gaul dan menemukan passion nya.

Pertama mengikuti dunia peran seni, bermula dari kelas satu sekolah menengah atas di SMAN 1 Jambi. Ia izin ingin tahu seperti apa dunia teater itu. Saya mengizinkan, tetapi papanya kurang suka. Toh akhirnya saat ia tampil perdana dalam pertunjukkan pentas seni dan kami sekeluarga sempat menonton, ternyata boleh juga. Saya lupa judul pementasan itu. Kemudian, saat pindah sekolah di SMAN di Bogor, itulah yang membuatnya kurang percaya diri lagi. Sedari kecil terbiasa menerima raport dengan ranking tiga besar di kelas, bahkan untuk lingkungan sekolahan. Tiba-tiba nilai raport nya ada merah nya untuk pelajaran bahasa Inggris nya. Itu yang membuatnya down, dan mulai merengek ingin kembali ke Jambi.

Masa-masa yang sulit justru saat kami sekeluarga baru pindah ke Bogor, karena suami dimutasikan ke PT.Telkom Gatsu, Jakarta Selatan. Kami beradaptasi dengan kemacetan, dengan jadwal kereta rel listrik dan suasana baru dari daerah ke kota, terutama pelajaran. Ia meninggalkan dunia peran seni, karena di sekolah barunya kegiatan tersebut tidak ada. Saya pun bingung membagi perhatian kepada ketiga anak-anak yang beranjak remaja. Inna ma'al usri yusro, setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya.

Suatu hari ketika saya sedang memasak di dapur, saya mendengarkan petikan gitar nya, lagunya itu-itu saja hingga saya hapal benar. Dan, akhirnya saya bertanya apa judul lagunya itu, "Burung Chaveleh,Ma!" jawanya datar. Nadanya riang ada hentakan kecil saat refflain. Dalam hati saya bangga, anak saya bisa menciptakan lagu. Tidak seperti saya, menciptakan lagu asbun, tapi mampu membuat seisi rumah tertawa, terutama anak-anak. 


Suatu hari pulang sekolah wajah nya seperti kusi dilipat, ia bilang ada pelajaran kesenian melukis. 3 Hari lagi dibawa alat-alatnya, kalau bisa sudah ada gambar dasarnya. Saya kemudian bergegas membeli alat-alat yg dibutuhkan. Yang nggak saya sukai sifat anak-anak itu suka mendadak bila membutuhkan sesuatu yang berhubungan dengan tugas sekolah. Mereka menganggap saya serba bisa. Kemudian, saya berusaha memenuhi permintaanya, dengan alasan saat itu ia akan belajar untuk tiga ulangan dan kondisi tubuhnya yang demam. Jujur saya belum pernah menggambar apalagi melukis di atas kanvas. Akhirnya saya buat sketsa ikan saja. Dan ia melanjutkan mewarnainya. Kami berbagi tugas. Hingga akhirnya ia pulang membawa lukisan tersebut dengan wajah sumringah, "Maaaa, lihat lukisan mama dapat A+."Yaaa...Subahanallahu. Urusan melukis tidak berhenti disitu saja, ealadalah tetangga depan rumah namanya Bu Rani, ternyata putrinya Elsa yang kelas 2 SMA Kesatuan Bogor, dengan alasan yang sama tugas sekolah. belajar melukis. Semenjak itu saya sering beli kanvas, dan menemukan kenikmatan seni melukis. Semoga apa yang telah saya lakukan untuk mereka, tidak menyalahi aturan yang berlaku. Saya rasa setiap ibu akan berusaha menyenangkan hati anak-anaknya. Saya rasa tindakan saya baik dengan alasan tertentu.

Sejak itu semangatnya kembali, ia melupakan Jambi nya dan nasihat saya pun dijalankan dan pada akhirnya saat akhir sekolah, ia mendapat panggilan dari tiga perguruan tinggi negeri terfavorit, yaitu UGM (Fak Teknik Kimia), PMDK IPB (Fak Agrobisnis), ITB (Fak Kimia MIPA). Banyak yang menyelamati sebagai anak yang berhasil, namun menurut saya bukan karena ia cerdas, tetapi juga faktor rejeki. Itu nikmat dari Allah Swt, sebagai hadiah bahwa Hambluminallah nya bagus.

Petualangan hidupnya baru dimulai, proses percaya dirinya kian hari memupuknya untuk menjadi terbaik setelah dinobatkan sebagai King Polimer 2007. Kemudian, ia mengikuti kegiatan teater UGM. Sekali lagi meminta izin, dan saya tentu memberi lampu hijau. Apa pun yang berhubungan dengan seni pasti saya dukung. Saat itu diadakan casting pemain baru, maka ia ikutan mendaftar. Hasratnya semoga diterima sebagi pemain cadangan, elaelo...ternyata malah menjadi pemeran utama. Lebih heboh lagi saat diliput olah harian Kompas dengan adegan nya saat mencengkram dagu pemain lawan yang menjadi istrinya. Kompas, 29 Januari 2008 "Dimana Moral Kala Hidup Tertekan" bercerita tentang seorang guru dengan berbekal kendaraan sepeda oentel menghadapi kerasnya kehidupan. Guru sederhana yang jujur yang ingin mempertahankan moral sebagi pendidik.

Sejak itu waktunya banyak dihabiskan di Gelanggang. Bak seorang seniman, tampilan nya oun berubah, agak sediki mbambung, slengekan. Hingga suatu hari ia pulang ke Bogor dengan dandanan usai pentas. Waduuhh...kami dibuatnya pangling karena ia menjadi sosok tokoh bernama Tevye yang memiliki dua orang putri, dalam pementasan "Story Of Tevye"
Kemudian, tanpa sengaja berkenalan dengan seseorang yang ternyata orang Production House. Kemudian orang tersebut, menyuruh anak saya mengikuti audisi casting untuk film "Perempuan Berkalung Sorban". Tanpa disangka ia lolos dan harus berada di Jogja pada waktu yang ditentukan. Kebetulan saat menerima SMS tsb, ia baru datang dari Jogja untuk liburan. Sayang, kesempatan lewat begitu saja dikarenakan papa nya tidak memberi izin untuk ikut dalam pembuatan film tersebut, walau pun menjadi figuran. Papa nya sangat takut kuliahnya akan terbengkalai. Saat melihat raut wajahnya, saya ikutan sedih tapi apa daya. Mungkin belum saatnya. Saya paham bahwa sutradara Hanung Bramantyo itu adalah sutradara favoritnya. Ia pernah kesemsem pada film besutan sutradara jebolan pesantren itu, ketika menonton film Catatan Akhir Sekolah.

Sebenarnya semenjak aktif di dunia teater dan meramaikan musik kampus, dan pembagian waktu antara kursus bahasa Inggris (Toefel) sangat mempengaruhi tubuhnya, hingga sempat dirawat lantaran DBD. Hikmah dari sakit itu ia peduli kepada kesehatan, bahwa sehat itu sangat berharga. Alhamdulillah ia dapat mengatasi segala kesulitan. Saya juga memberi pengertian kepada papanya, agar anak dibolehkan berkesenian, supaya balance  otak kiri dan otak kanan nya. Selain itu saya mengetahui ia sering menjadi pembawa acara di kampus, baik resmi atau pun tidak resmi. Bagi saya pribadi, anak mami itu telah menjadi sosok yang mandiri. Kini tugasnya bertambah sejak adiknya Aryanto Rachmadi Putra menjadi mahasiswa Teknik Otomotif UNY, 2010.

Dan pada akhirnya ia meninggalkan dunia teater bukan tidak direstui papanya, namun ia menerima pekerjaan tambahan sebagai assisten dosen. Hari-harinya padat dan positif, dunia nya ada di Jogjakarta. tempat pertama kali saya jatuh cinta. Lho apa hubungannya? Nggak ada, kebetulan sama-sama kota Jogjakarta mengukir sejarah hidup dan itulah proses kedewasaan mengatasi segala kendala hidupnya dijalani, menjadikan sosok lelaki yang nantinya akan bertanggung jawab untuk segala tidakannya, dan masa depannya.
Masih panjang jalan itu, satu per satu telah dilalui. Sebentar lagi ia akan berkemas meninggalkan Jogjakarta-nya dan entah kota mana lagi yang akan di singgahi untuk mengisi hari-harinya. Tinggalkan adiknya seorang diri yang akan meneruskan cerita kota Jogjakarta.Pulang kekotamu ada setanggup haru dalam rindu.." itu sepenggal lirik lagu khas KLA PROJECT berjudul "Yogyakarta."    Tapi saya rindu petikan gitar nya, Nyanyian Burung Chaveleh akhir tahun 2011 ini tak mengalun lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Kali ini ia tengah berbenah untuk segala urusan jelang catatan terahir menjadi mahasiswa Tekkim UGM.

Selamat berjuang anakku...
Selamat Ulang Tahun ke 22 PF 27.12.2011...
Semoga semuanya diberi kelancaran dan bahagia

salam sayang dari Mother buat YoAnDo

Rabu, 14 Desember 2011

C e r p e n k u :





P O P I C E
Oleh : Arie Rachmawati


“Krompyaaang….!” Sebuah kaleng bekas soft drink melayang mengenai wajahku. Segerombolan anak – anak nakal yang membuatku terbirit – birit, hingga jatuh ke selokan penuh sampah mengambang. Ada kaleng kosong bekas makanan siap saji sempat menyentuh kuliku yang lembut, meninggalkan luka. Perih.

Siang itu udara gerah sekali, peluh keringat bermandi sauna. Semua manusia mulai mengeluh tentang Global Warming benar–benar membuat dunia semakin panas. Semak belukar seperti terbakar, tak ada tempat untuk istirahat walau menata nafas yang tak beraturan.
Sudah lama tak turun hujan. Aku tak suka air tapi kehadiran hujan adalah pengusir kemarau yang panjang. Bahkan jalananan yang aku lalui pun panasnya aspal masih terasa menempel di seluruh telapak kakiku. Melepuh karena perjalanan tanpa mengenal batas. Lelah, lidahku menjulur keluar dan air liur itu mengering. Haus.

Hingga aku tiba pada sebuah rumah terletak di ujung jalan ini. Aku lelah berjalan dan aku ingin tinggal di rumah yang sederhana dan nampak asri ini. Aku yakin ini pelabuhan terakhirku.

Nama jalannya aku tak tahu. Yang aku tahu pemiliknya memiliki dua anak gadis yang cantik dan berambut panjang. Kedua orang tuanya pun memiliki wajah sama menariknya dengan mereka berparas lembut itu. Kaum manusia menyebutnya anak kembar. Sepertinya mereka sebuah keluarga yang bahagia. “Ah, andai aku memiliki keluarga seperti mereka,“ gumamku dalam hati.

“Bundaaaa…, sini ini ada pussy. Kita pelihara ya Bun…”, pinta salah satu anak kembar yang lebih feminin. Kedua bola matanya bulat penuh, tertuju padaku dan aku suka itu.
“Meooow…” jawabku setuju. Aku buat seraut wajahku memelas. Sedang kembarannya asyik bermain bola basket. Bola itu lebih menarik perhatiannya bila di banding dengan kehadiranku, yang membutuhkan perhatian ekstra.

“Venska, ingat ini kucing kampung. Silver pasti akan merasa tak aman, sayang?“ suara Bunda, lembut sekali.
“Meooow…, kangen!“ sautku manja jadi ingat ibuku.
“Please dong Bunda, siapa tahu bisa berteman dengan Silver. Iya…, Bunda, boleh ya?“ Venska merajuk.
“Okelah…, tapi ingat, jaga kebersihan dan jangan membuat gaduh Ayah, ia tak suka itu.“
“Thanks Bunda. Iya Venska berjanji deh! “ ujarnya kegirangan. Aku hanya tersenyum menang. Keinginanku terkabul. Tapi, siapakah Silver itu? Anjingkah? Kucingkah? Bahkan saat aku datang tadi bau khas sesamaku pun tak tercium olehku.“
“Silver…, meooow, aku datang salam kenal dariku,“ sapaku. Gadis bernama Venska itu membawaku pada sebuah taman kecil di samping rumah. Lalu, aku diguyur dengan air dengan gayung berkali - kali. “ Brrrrr…, dingiiiiin!“ Girang-ku berkepanjangan. Sesekali tangan mungil gadis itu membubuhkan cairan bening dan menggosokkan pada sekujur tubuhku, tercium bau wangi. Hingga tersentuh luka kecil itu dan perih. Meoooow. Gadis yang tadi kulihat asyik bermain bola basket, rupanya mengetahui jeritan sakitku.
“Va…, coba lihat sepertinya ada luka deh !“
“Oya? “
“Benar Vi, buruan ambil Betadine dan kapas! “
“Meeooow…,” ujarku menahan perih. Usai itu kedua gadis cantik itu bergantian memberiku makanan berupa butiran lembut yang dituang dalam mangkok coklat bertuliskan “Silver“. Makanan itu ternyata membuatku mual. Aku melihat tulisan dalam kemasan “Friskes“ dengan ada gambar sejenisku. Aku rindu sajian sederhana, cukup nasi putih terbaur dalam urapan ikan pindang goreng. Selera itu pembangkit rasa.
“Oh…, rupanya kau tak suka ya?“
“Sebentar aku ganti susu aja ya?“
“Meeooow…,” jawabku mengangguk. Venska berlari menuju lemari pendingin dan menuangkan susu putih. Aku menjulurkan lidahku perlahan hingga habis, rasa laparku telah hilang.
“Meeooow, terima kasih ya?“ balasku hormat.
“Oke deh… , sekarang kamu istirahat.”
“Hmm…, aku beri nama apa ya untukmu?“
“Yaa…, Popice aja!“ ujarnya semangat.
“Meeooow…aku punya nama cantik, Popice!“
“Meeooow…, terima kasih cantik, “ balasku senang.

*****

Malam semakin larut dan hujan baru menyentuh bumi. Syukurlah kini aku mendapat tempat berteduh walau harus menumpang pada keranjang Sivler. Menurut mereka besok Silver akn pulang bersama Gio, adik bungu mereka yang tengah berlibur ke rumah nenek. Silver…??
Bunda dengan rambut bergerai lebih cantik parasnya dari pada rambutnya terikat ke atas. Bunda, menyuruhku beranjak dan tempat tidurku itu segera dibersihkan.
“Hari ini Silver datang, kau Popice baik-baik ya dengannya, “ ucapnya mengajakku berbicara.
“Meeooow… ” Silver, Silver, Silver lagi siapa dia?. Aku baru menikmati kelembutan keluarga yang hangat, haruskah terusik?

Deru mobil berkenyit berhenti tepat di depanku. Seorang anak laki-laki berponi tipis turun dari mobil dan menggendong seekor kucing Persia.
“ Bundaaaa…, Gio pulang!“ sapa anak laki-laki itu berlari menghampiri Bundanya.
“Oh itukah Silver?“ tanyaku dalam hati. Aku tahu ia berbeda dari golonganku.
“Meeooow…”sapaku ramah.
“Meeooow too…,” sahutnya menatap sekilas. Mata kami sempat beradu. Silver cantik sekali, bulu-bulunya mengundang kagum. Warna keabu-abuan beradu dengan warna putih tulang. Tingkahnya yang anggun, membuatku salah tingkah. Ah…, begitu jauh perbedaan kami. Sekarang aku baru menyadari arti ucapan Bunda waktu itu.
“Venska, ingat ini kucing kampung. Silver pasti akan merasa tak aman, sayang?“ suara Bunda kembali tergiang di telingaku.

Waktu berjalan, entah berapa lama aku tinggal di sini. Yang aku ingat saat datang pertama kali tubuhku kurus kering dan bau. Kini aku menjelma menjadi kucing kampung berparas Persia. Bahkan kucing-kucing tetangga pun mulai bermain mata denganku. Terima kasih Silver telah banyak mengajariku dalam pergaulan lingkungan elite dunia kami.
Sore itu aku kedatangan tamu, seekor anjing betina berbulu hitam putih, sejenis serigala, nampak gagah sekali. Silver memperkenalkan padaku, bahwa anjing itu milik seseorang sahabat ayah si kembar. Ia menyalak tanda perkenalan.

“Guk…guk…” sapanya ramah.
“Meeoow…,” balasku agak segan. Silver memberi tanda kepadaku agar tidak boleh menunjukkan itu. Silver berbisik padaku, bahwa Abigail anjing yang ramah dan cantik. Andai Abigail seekor anjing jantan, pastilah aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Benar-benar menarik. Abigail telah tertambat hatinya pada seekor anjing berbulu pudel bernama Carpone, milik seorang perempuan yang tinggalnya di blok sebelah.
“Oh…” kataku murung.
“Guk…guk… , kita bersahabat saja. Tak selamanya anjing dan kucing bermusuhan.“ katanya menghampiriku dan menawarkan persabahatan.
“Iya, Thanks ya Abigail!“ balasku.
“Nanti kau akan kukenalkan dengan kucing tetanggaku. Pasti kalian saling menyukai deh! “ balas Abigail.
“Terima kasih. Aku pamit dulu ya! Venska mencariku. Kapan-kapan kita ngobrol lagi. Senang kenal kamu. Salam buat majikanmu, sepertinya ia sangat hangat “pamitku.
“Iya jelas. Aku bangga menjadi penjaga setianya.“
“Terima kasih kembali. Popice kamu manis sekali. “
“Meeoow…, daaag Abigail, daaag Silver“
Aku tersenyum, dan segera mencari arah suara yang memanggilku berulang kali. Venska menyambutku dengan penuh cinta.
“Popice, hari ini kamu berulang tahun. Ya setahun lalu saat kau datang ke rumah kami. Blablabla…,” ceritanya menggebu-gebu.
“Popice…, sudah wktunya kamu menikah, dan mempunyai baby yang cute. Akan kukenalkan kau pada kucing temanku. Aku sudah melihatnya…, cakep banget dia, pasti kau suka deh!“
“Ulang tahun…, meeoow?“
“Menikah…, meeoow?“
“Punya baby cute? Meeoow?“ Banyak kata-kata baru tiba -tiba memenuhi pikiranku dan aku tak paham. Malam semakin larut dan aku tenggelam bersama dingin.

*****

Silver duduk merenung, ekornya ditekuk di dalam selimut. Aku hanya memandangnya. Hari itu ia bertingkah aneh, sepertinya gelisah. Udara tak bersabahat. Aku merasa kedinginan, ingin ikut berbagi kehangatan dengannya. Wajahnya sengaja berpaling dariku saat aku menatapnya, mencari sebuah jawaban. Sejak aku bertanya tentang ulang tahun, menikah dan baby cute. Silver diam seribu kata. Hening, hanya terdengar hujan turun, tik…tik…
“Meeooow… , Popice sini!“ sapanya. Kepalaku yang semula dalam satu tekukan langsung melongok ke arahnya.
“Meeooow… ,” sahutku malas.
“Sudah waktunya kau keluar dan bersosialisasi dengan kucing – kucing tetangga, jangan bersamaku di sini. Kau seperti mereka komunitasnya lebih semarak, sedang aku hanya kalangan terbatas. Meeooow…”
“Kenapa kau berkata demikian, Silver?“
“Apakah pertanyaanku tadi telah menyinggungmu?“
“Maafkan aku bila itu membuatmu marah. Tak akan kuulang lagi.“
“Bolehkah aku memelukmu berbagi dalam selimutmu, Silver.“
“Boleh … , silahkan Popice.“ Hari itu aku pertama kali berada dalam satu selimut dengan Silver, kucing Persia yang cantik dan elegan, berhati selembut salju. Silver banyak mengajariku berbagai hal. Dan bersamanya aku merasakan nikmatnya makanan enak dan bergizi. Tentu itu membuat kucing – kucing sejenisku mengundang rasa jealous. Silver mendekapku dalam hangat. Keesokan harinya aku mendapatinya dalam tubuh yang dingin. Silver telah berpulang, meninggalkan aku sebelum aku membalas kasih sayangnya.
“Bundaaa…, Silver is dead!!!“ pekik mereka bersamaan. Aku memandang dari bawah meja tamu tempatku untuk rehat. Aku juga menangis seperti mereka penghuni rumah ini yang telah kuanggap sebagai keluargaku. Silver selamat jalan…hiks!

Siang itu saat rumah mereka kedatangan tamu dalam perhelatan keluarga, aku sengaja pergi keluar. Mereka sibuk dengan kesibukan masing-masing. Aku bertemu kucing tetangga yang tinggalnya di blok sebelahnya, namanya Lutu. Lutu masih satu saudara dengan Chimung, Chemong dan Chuming, kucing kembar tiga, teman bermainku petak umpat. Mereka sedang berkumpul bersama, lalu mereka mengenalkan padaku Eros dan Tono kucing berparas preman berwajah penuh cakaran. “Meeooow…”
Sebulan dari perkenalan itu aku memutuskan menjadi milik Lutu, kucing berbulu emas yang rajin buang air seninya di kamar kecil. Lutu bercerita padaku si pemiliknya Anny selalu mengajari hidup disiplin. Tentu itu mengingatkan pada almarhum Silver, yang telah aku anggap sebagai ibu asuhku.

“Meeoow… , meeooow… ,meeoow, “ suara itu membuatku terjaga. Jerit kelaparan ketiga anakku Snowy,Tiger dan Grumpy. Trio Mii Mii membuat rumah kian semarak. Andai Silver masih ada tentu akan berbagi kebahagiaan lucunya mereka saat berebut makanan.
“Owy, Ampy dan Iggy siniiiii… ,” panggil Venska dan Venski bersamaan.
“Meeooow…,” jawab mereka serempak. Dari anak tangga aku memperhatikan ulah ketiga anakku yang sedang tumbuh kembang. Mereka perpaduan antara Lutu dan aku. Lutu?? Ah… , kucing jantan itu telah beranjak pindah kelain hati. Aku dengar ia sekarang sedang mendekati kucing tetangga baru pindah, namanya Kitty Cathy.

“Meeooow… ,” manjanya Trio Mii Mii membuat si kembar kegelian. Mereka mengajaknya bermain bola bersama beberapa teman sekolahnya. Aku bahagia melihat mereka bergemul bersama, suatu keadaan yang tak pernah aku dapatkan sewaktu aku kecil.
“Owy… , nakal, entar Va jewer ya?“ ucap Venska mulai kewalahan ulah anak bungsuku itu. Aku jadi ikutan tertawa. Canda tawa yang membuatku seperti muda lagi hingga Eros kucing tetangga milik Diandara mulai memainkan flirting.

Lalu aku menjalin hubungan dengannya. Saat itu melintas Abaigail bersama tuannya.
“Guk! Guk! Apa kabar Popice? Apa kabar Silver? “ sapa Abigail.
“Meeooow… ,Abigail! “
“Hai, Silver sudah lama mati. Dan, aku sudah punya tiga anak yang lucu.“
“Oh… , Ikut berduka. Selamat jalan teman.“
“Jadi ketiga kucing mungil itu anak-anakmu, lucu ya?“
“Namanya?“
“Snowy, Tiger dan Grumpy.“
“Aih… , nama yang indah. Selamat ya, Popice!“
“Kenapa raut wajahmu murung?“
“Aku tak sebahagia kamu Pop. Carpone juga sudah mati. Aku merasa sendiri “
“Jangan bersedih sobat. Bukankah kita bersahabat?“
“Abigail… , boleh aku memelukmu?“
“Tentu, dengan senang hati Popice.“ Aku menghampiri Abigail yang duduk dekat kaki tuannya tengah asyik bertukar cerita dengan ayah si kembar. Mereka berbicara seperti nada-nada irama mengalun indah. Aku dan Abigail memperhatikan keduanya. Aku merasakan keakraban itu, seperti saat Abigail memelukku. Kami berdua tertawa bersama seiringan mereka dua sahabat karib yang tak lekang oleh waktu, begitu cerita Silver saat menceritakan satu per satu penghuni rumah ini.

“Meeooow… , meeooow, “ suara yang aku kenal.
“Ya ampun ia Eros, pasti salah paham deh!“ ujarku kaget.
“Guk… , guk biar aja akan kuhadapi, Popice“
“Eros, sabar…, kau salah paham. Yang kau lihat tadi tak seperti kau pikirkan, kami hanya bersahabat. Ia sahabat Silver. Bukankah kau kenal. Kami bersahabat sudah lama seperti kedua tuan kami, lihatlah!. Kamu jangan bikin gaduh, mereka sedang membuat lirik lagu.“
“Meeooow…”
“Oh My God… , Tono datang, kucing pembuat onar.“
“Tono?“
“Ya Abigail, please…, kamu jangan keluarkan taringmu. It’s just kidding. “
“Just calm down… , meeooow“
“Guk… , guk!“
Di halaman luar Tono dan Eros beradu. Dari pertengkaran itu aku menyimpulkan bahwa Eros telah diam – diam menjalin hubungan si Lexy kucing mungil milik Okta gadis kecil teman Gio. Lexy kekasih Tono. Sekarang aku berterima kasih kepada Tono, kucing pembuat onar telah membuka kedok Eros yang selama ini berwajah innocent.

“Meeooow… ,sialan kau Eros!“
“Pergiii, meeooow!“
“Guk… , guk jangan bersedih Popice, kemarilah aku sahabatmu!“
“Kita saling men-support… , guk…. ,guk!”
“Thanks ya Abigail. Semoga persahabatan kita abadi.“
“Sama-sama Popice yang manis.“ pujian itu membuatku terhibur.

“Meeooow… , meeooow… , meeooow!“ sapa Trio Mii Mii menyapa kami.
“Mom… , ada berita bahagia sekaligus berita sedih,“ ujar Iggy antusias.
“Oya?“
“Iya…“ sahut Owy sedih disusul Ampy
“Guk…, guk…, ada apa?“ balas Abigail.
“Venska dan Venski akan kuliah ke luar negeri, katanya tempat yang jauh.“
“Oya, bagus itu guk… , guk!“
“Bagus? Meeoow?“ tanya mereka serempak.
“Bagus untuk mereka si kembar tapi tak baik untuk ketiga anakku.“
“Benar, tapi kalian masih memiliki anggota keluarga lainnya.“
“Tapi tak sehangat Venska dan Venski,“ sahut mereka berbarengan.
“Meeoow… , meeooow… , meeoow,“ tangis mereka meledak.

Sejak mendengar kabar itu, ketiga anakku tak lagi ceria. Kesedihan jelas tergambar di wajahnya. Bahkan kenakalan dan keusilan Owy tak nampak. Aku merangkul ketiga anakku. Dan, saat perpisahan itu terjadi Trio Mii Mii kian murung. Aku ingat saat Venska dan Venski saling bergantian memeluk ketiga anakku juga berpamitan padaku.
“Popice…, jaga mereka ya selama kami pergi.“
“Kami pasti merindukan kalian, muuuuaaaach!“ tangan mereka melambai. Kami berempat hanya melepas di depan rumah hingga menghilang di ujung jalan menikung itu.

Siang itu ada deru mobil berhenti tepat depanku duduk di bawah pohon. Turun seorang wanita berkerudung dan seseorang laki-laki. Bunda dengan ramah menyapa sambil membersihkan mangkok besar.

“Assalam’mualaikum.“
“Wa’alaikum salam.“
“Hai, sepertinya aku pernah ingat wajah ini siapa ya?“
“Hmm… , Riri ya?“ Bunda menebak nama tamu yang datang.
“Wah kamu sekarang berjilbab ya, tambah cantik, ayo masuk. Ayah ada tamu, Riri,“ ucap Bunda sepertinya telah mengenal tamu siang itu.
“Terima kasih. Apa kabar mbak?“
“Meeooow… Halo aku Popice?“
“Meeooow… , hai aku di sini, salam kenal. Aku mencium sepertinya auramu bisa membaca bahasa kami. 
"Hai Riri…, meeooow!“
“Kau berbicara denganku?“
“Ya tentu. Aku dengar tadi pembicaraanmu dengan tuanku. Kamu fans ayah si kembar ya?“
“Lalu…?”
“Ya bantu kami.“
“ Kami itu siapa?“
“Aku Popice dan ketiga anakku Trio Mii Mii, sampaikan salamku untuk si kembar lewat alat yang ajaib itu.“
“Maksudmu laptop yang aku bawa ini?“
“Hahaha…, kamu ada–ada saja Popice. Namamu cantik sekali.“
“Thanks ya Riri, meeooow.“
“Please bikin sesuatu tentang kami buat Venska dan Venski, rindu ini.“
“Riri, bikin video terus di unggah ke youtube.”
“Hahaha…, permintaanmu aneh sekali. Waahh, hebat juga kucing canggih nih! Salut deh!“
“Ssttt!! Mereka datang.“

Pembicaraan itu terhenti karena pemilik rumah kembali berkumpul melanjutkan cerita yang tertunda itu.
“Hai Popice nggak boleh gitu sama tamu Bunda.“ Bunda mengusikku karena aku merasa akrab dengan tamu istimewa ini. Aku baru mengenalnya tapi aku merasa akrab dengannya. Mungkin ia datang sebagai malaikat dari langit untuk penghubung rindu antara anak-anakku dengan anak tuanku si kembar.
“Riri, kamu punya akun youtube?“
“Punya mbak, kenapa?“
“Kamu bisa video-in kucing-kucing kesayangan Venska-Venski?“
“Mereka rindu. Sekarang mereka tinggal di Belanda, kuliah di sana.“
“Tentu, kapan, sekarang?”
“Oke!“
“Tuh kan Riri, benar dugaanku, kamu utusan dari langit, meeooow!“ kataku kegirangan.
“Ha ha ha, berlebihan deh! Ini hanya serendipity aja.“
“Apa itu? Meeooow?“
“Serendipity adalah kebetulan.“
“Sstt! Jangan berisik mereka nanti curiga aku bicara sendiri,“ katanya.
“Oke deh, Thanks ya Ri.“ Aku senang akhirnya doa yang kupanjatkan telah terkabul oleh Tuhan. 

Wanita berkerudung itu telah memotret satu persatu dan mengambil gambar anak-anakku untuk kirim kepada Venska dan Venski di Belanda melalui benda ajaib itu.
“Terima Kasih ya Riri, sampai jumpa.”
“Sama–sama ya Popice, jaga anak-anakmu. Kita sama memiliki tiga buah hati titipan dari Tuhan.“

Lambaian tangan tamu siang itu menghilang di tikungan seperti saat Venska dan Venski pergi meninggalkan kami di sini. Rindu itu tak pernah mati.

( S E L E S A I )
NB : RIP POPICE 2010

Sabtu, 10 Desember 2011

M u s i k :


DIANTARA DUA KOMUNITAS MUSIK Oleh Arie Rachmawati
Komunitas Fanstastic Fariz RM
Komunitas Pecinta Musik Indonesia
KOMUNITAS PECINTA MUSIK INDONESIA (KPMI) dan KOMUNITAS FANSTASTIC FARIZ RM (KFFRM) adalah dua komunitas musik yang di dalamnya saya sebagai anggota dan pengurus komunitas tersebut. Dua tahun yang lalu, saat itu saya berbincang-bincang dengan pak Gatot Triyono melalui inbox facebook, menanyakan apakah penulis buku Musisiku1 dan Musisiku 2 adalah orang-orang jurnalis musik?. Kemudian saya menanyakan juga, apakah saya boleh menulis? Dari perbincangan itu saya disarankan gabung ke KPMI dan memberi saya kesempatan berkunjung ke kantor beliau, apabila ingin men-donwload lagu-lagu Fariz RM. Dalam hati, "Ini orang kok baik banget sih?."

Setelah disepakati waktunya, saya diantar suami dan Edo (si bungsu) menuju kantor nya pak Gatot. Waktu itu bulan puasa jelang ujung Ramadhan 1429 H. Beliau sangat ramah dan menyilahkan saya memilih lagu-lagu yang disukai.  Beliau berkata, "Buat apa disimpan-simpan, mati pun tak bisa dibawa, mbak Arie." Suami saya, mas Tonny sibuk memilih MP3 lagu-lagu jadul. Sedang saya melanjtkan percakapan dengan beliau. Niat dan minat saya untuk menulis sosok Herman Gelly (pianis/keyboard SYMPHONY) tentang album solo nya berjudul "Litograf 01" mendapat sambutan hangat. Saya ingin meramaikan isi buku Musisiku 3 (nantinya). Sepulang dari sana, dengan semangat'45 segera menulis. Menurut saya (meski bukan pengamat musik) beliau mempunyai power yang patut diperhitungkan sebagai musisi handal di tanah air lewat sentuhan khasnya yang sering saya dengar dan simak di album SYMPHONY.

Setelah kunjungan itu, 3 Oktober 2009 lalu, saya mencoba hadir di tempat berkumpulnya para pecinta musik Indonesia itu, di daerah Kebayoran Baru - Jakarta Selatan, tepatnya di Langsat Corner. Yaa...ampun saya kaget, ternyata semuanya kaum Adam. Malam itu saya merasa salah tingkah, bingung dan ramai sekali. Rupanya malam itu adalah malam keberuntungan saya, saya mendapatkan 2 CD (Bravo Musik). Cd Lomba Cipta Lagu Remaja Pambros 1977 dan cd The Best Of VST & CO, cd tersebut bukan untuk tujuan komersil tetapi sebagai koleksi para kolekteor anggota KPMI yang malam itu datang, istilahnya 'siapa cepat itu yang dapat'. Alhamdulillah juga malam itu base camp KPMI kedatangan tamu yaitu Oom Benny Panjaitan (Panbers), Oom Jelly Tobing dan Oom Darma Purba (The Rhythm King's) dan Oom Idang (C'Blues), selain itu anggota KPMI yang lain berasal dari luar kota hadir pula namanya pak Hengki Herwanto (Malang). Malam itu tumpah ruah, saya sendiri bingung semua wajah baru dan apalagi saya seorang ibu-ibu dan memakai jilbab lagi, tapi karena niat dan niat untuk ikut melestarikan musik Indonesia khusunya era 6-70 dan 80'an maka segala minder dan malu saya tepiskan. Ada bang Oman, pak pilot, Andara Rio, Adhi Rahman dll, selain pak Gatot Triyono yang saya kenal sebelumnya. Di kesempatan berikutnya saya berkenalan dengan mbak Tanti dan mbak Linda Kinar, kemudian masuk anggota baru mbak Melinda.

Sejak itu kegiatan baru dimulai di dunia musik lewat sebuah komunitas musik, disamping keaktifan saya di sebuah perkumpulan pengajian (Majelis Ta'lim Uswatun Hasanah dan Mar'atus Shalihah di Bogor). Dua kutub yang berlawan namun bagi saya sebagai penyelaras kehidupan dalam bersosialisasi.Setiap dua minggu sekali (jum'at sore-malam), saya mengunjungi Langsat Corner, dan kebetulan jatuhnya hari Jum'at sehingga untuk akses pulang saya bisa bersamaan jam pulang kerja dengan suami. Tak lama dari masa bergabung itu KPMI merayakan hari jadinya ke 4 jatuh pada tanggal 18 Desember 2009, namun perayaan nya dirayakan pada tanggal 20 Desember 2009. Sederhana namun penuh khimat, di antara tamu undangan yang hadir acara berlangsung lancar dan sukses. Perlehatan yang sangat berbeda saat KPMI merayakan hari jadinya ke 5 di MU Cafe, Thamrin Jakarta, setahun yang lalu. Kala itu banyak artis/musisi pada masa kejayaannya yang hadir sebagai tamu undangan dan pengisi acara yang padat merayap hingga berakhir dalam senyum kebersamaan yang indah.

Sebentar lagi KPMI akan merayakan hari jadinya ke 6, sepertinya adem ayem, tidak ada kesibukan seperti tahun sebelumnya. Menurut saya, besar kecilnya suatu perayaan ulang tahun komunitas bukan lah masalah, tetapi yang perlu digarisbawahi adalah selama berdiri komunitas tersebut telah menghasilkan apa untuk musik Indonesia. KPMI bukan satu-satunya komunitas musik yang peduli terhadap permusikan tanah air. Masih ada lagi beberapa komunitas musik yang bertebaran di dunia maya. Namun kehadiran KPMI bisa dikenal beberapa musisi atau pelaku seni khususnya musik yang berada di Indonesia cukup mendapat tempat dihati mereka. Anggota KPMI sangat care and attention kepada peninggalan mereka bermusik sebagai sejarah musium musik Indonesia. Hal ini pernah dimuat di harian koran Tempo beberapa waktu yang lalu. Tercermin dari koleksi pribadi anggota KPMI seperti pak Roi Rahmanto, Chr Nast atau pak Fauzie, koleksi PH nya menjadi dispay sebuah acara musik Indonesia. Baru-baru ini koleksi pak Roh Rahmanto, menjadi dispay tunggal dalam pertunjukkan konser Keeanan Nasution di TIM, 29 November 2011 lalu. Sebelumnya dispay-display mewarnai acara-acara musik lainnya seperti Rolling Stone Indonesia, Harmony episode awal tayang dengan konduktor Andi Riyanto dan lain-lainnya.

Sekarang tentang KFFRM, komuitas yang baru seumur jagung, telah didirikan melalui aplikasi facebook oleh teman maya, mas Bekti Nuswantoro. Tujuannya mengumpulkan beberapa teman sebagai penikmat musik sehati khusunya Fariz RM. Sebelum KFFRM ini terbentuk, flashback sejenak, dua tahun lalu saya melalui inbox FB, secara tidak langsung membentuk wadah obrolan yang berisi teman-teman yang menyukai SYMPHONY. Hingga kami sepakat menamai diri (tidak resmi) dengan sebutan SYMPHONYsentris.

Terbentuknya pasca penayangan grup band itu di acara Metro TV "Zona Memori" pada tanggal 14 Juni 2009 lalu. Kami yang menjadi teman dalam akun facebook dengan para personeil SYMPHONY (Ekki Soekarno, Herman Gelly, Jimmy Paais, Tony Wenas) minus Fariz RM, tiba-tiba merasa dekat dan akrab hingga obrolan demi obrolan menjadi satu jalinan pertemanan nan hangat. Kemudian dari obrolan itu menjadi satu bentuk progress yaitu berinisiatif membuat kaos (t-shirt) SYMPHONY TRILOGY (Trapesium-Metal-N.O.R.M.A.L) di design oleh Chr.Nast dan kerja bareng dadakan serta iuran perorang sebesar Rp 65.000,- sebanyak 50 pcs kaos. Alhamdulillah kaos tersebut menjadi nyata dan kebetulan bertepatan dengan HUT Fariz RM ke 51 pada Januari 2010 lalu seolah menjadi kado special dari kami para penggemarnya, SYMPHONYsentris khususnya.

Perjalanan SYMPHONYsentris tidak semulus perjalanan KFFRM (Komunitas Fanstastic Fariz RM) yang baru lahir dan tiba-tiba eksis di setiap kesempatan performance Fariz RM. Tanpa sengaja komunitas maya ini menjadi ajang silahturami antara Sang Idola dengan penggemarnya. KFFRM baru berdiri pada tanggal 01.01.2011 lalu, dengan nama "Fantastik Fariz RM" kemudian oleh saya usulkan menjadi nama "Komunitas Fanstastic Fariz RM" pada tanggal 25.02.2010. Dan dua hari kemudian KFFRM ditunjuk oleh Fariz RM untuk acara "Soft Launching Album Fenomena" di rumah beliau di Camar Bintaro. Acara tersebut memang terkesan mendadak hanya proses dua minggu dari ide tiba-tiba sang Maestro kepada saya melalui dua sahabat yaitu kang Asep Gunawan dan Beng Beng, yang diutus mengantarkan misi itu pada tanggal 15.02.2011 lalu. Secepat kilat saya segera membuat pengumuman di wall KFFRM, ternyata diluar dugaan para penggemar Fariz RM yang sangat merindukan performa-nya seakan mendapat durian runtuh dan beramai-ramai mendaftar untuk bisa hadir dalam acara yang baru kali itu digelar di rumah beliau pada tanggal 27 Februari 2011 lalu.

Acara sederhana tanpa liputan media massa mana pun, cukup kami sebagai penggemarnya yang gencar mempostingkan acara melalui hasil jepretan kamera berlensa tajam, atau kamera poket biasa juga beberapa rekaman berdendang bersama melalui video ternyata mendapat sambutan para sahabat bermusiknya di era 80'an. Dalam acara itu Fariz RM menyuguhkan tayangan video lagu Fenomena dan Belenggu (Perjalanan) sebagai topik pembicaraan dialog dengan fans yang hadir. Selain itu diujung acara, kami benar-benar mendapat suguhan yang belum pernah terjadi selama perjalanan berkarier nya seorang Fariz RM, yaitu menyanyi bersama Sandra Ameido tanpa jeda panggung. Seakan keakraban itu tak ingin cepat berlalu. Beberapa lagu baru pun diperdengarkan kepada tamu (fans) selain dua lagu kutukan Medley Sakura dan Barcelona, yang ternyata dalam acara itu menjadi ajang uji coba untuk performance-nya di acara Java Jazz 4 Maret 2011. Benar-benar acara sederhana yang fenomenal bermula di sana.

Semakin banyak yang menjadi anggota KFFRM bertebaran di seluruh pelosok Nusantara.
KFFRM menjadi ajang jalinan silahturahmi setiap performance Fariz RM di suatu kota. Anggota KFFRM di daerah pun menyambut antusias kedatangan beliau, baik secara panggung dan di luar panggung mereka bahagia mendapat kesempatan lebih akrab dengan idolanya. KFFRM belum pernah mengadakan kopdar seperti acara konkow-konkow anggota KPMI, karena itu ajang perbincangan banyak dilakukan di dunia maya lewat facebook.

Tanpa disadari, anggota yang dikenal lewat maya kini menjadi teman nyata. Partisipasi mereka yang berasal dari luar kota Jabodetabek, boleh dibilang dengan semangat yang tinggi. Salut! Beberapa nama penggemar Fariz RM yang sering hadir dalam setiap acara Fariz RM, baik saat tapping acara musik (Musiklopdia/Trans7 - Zona Memori/Metro TV - Fanatik/Kompas TV dll) atau concert live (New Friday Jazz Nite/Pasar Seni Ancol - Concert Reetwet/Hard Rock Cafe dll) menjadi ajang melepas kangen sesama teman penikmat musik sehati.


Mereka itu Aleyka (Cirebon), pasutri Ineke-Awalludin (Brebes), pasutri Dian Suratri-Mamik Erzet (Semarang), Rudy Oed (Palembang), pasukan dari Bandung antara lain pasutri BengBeng-Geugeu, Asep Gunawan-Wiwin Nurhayati, Irman Munajat, Nandang Ahmad dan keluarga pak Imam Santoso. Tak luput teman-teman yang berdomisili di Jabodetabek, antara lain : Oscar Anwar, Donny Aha-Erika, Denesis Faisal, Henry, Iwan Tama, M.Sholeh, Suwita Frasta, Denny Jiunk, Rahadi R, Thomy Tahitu, Bekti Nuswantoro, Harjuni Rochajati, Anne Marie Gunawan, Ilenk Rembulan, Nila Ratna, Tyas Amalia, Ari Purwandari, Amie Ashari,Yulis Misbach-Ferdie Biel, Adwi-Parman, Avan Grade, Riza Hariyadi, Adjie Silaladji, Dian Balqis, Kurnia Effendi dan teman-teman dari KPMI. Dari sekian nama anggota KFFRM, ada salah satu ID  facebook BarBerBor (Edwin W/Surabaya) diundang langsung oleh Fariz RM, karena karya-karya nya mem-videokan lagu-lagu jadul Fariz RM versi Youtube. Saya akui karyanya itu unik hingga saya pun tertarik menjadi video maker ala windows movie maker. (Baca : Saya dan Videoklip)

Beberapa teman yang di daerah seperti Medan, diwakili oleh kehadiran Winny dan Bobby Porung. Saat performance di Solo City, beberapa teman yang bergabung di KFFRM datang memberi support, mereka adalah Ninik Dyah, Afrida Herawati, Albert Soeprayogi. Sedang saat performance Djarum Super Mild Jazz Traffic di Semarang diwakili oleh Yan Kurniawan, Eko R, Dian Suratri, Mamik Erzet dkk. Begitu juga yang baru-baru ini acara Dies Natalies FE.Unibraw (Malang), meski acara intern diwakili oleh Afrida Herawati, Taufik Hidayat dkk. KFFRM boleh menjadi pelepas rindu dari penggemar Fariz RM yang berada di luar negeri, mereka menemukan wadah berkomunikasi tentang idola dan grup band-nya dengan berbagi info, foto dan video. KFFRM bukan menyamping grup atau club Fariz RM lainnya, yang telah ada sebelumnya di dunia maya. Siapa pun boleh mendirikan komunitas musik Fariz RM, alangkah baiknya bila satu misi menjadi satu kesatuan wadah berkomunitas.



KPMI dan KFFRM adalah wadah berkomunitas dengan misi dan visi nya masing-masing. KFFRM harus belajar dari KPMI, dan terus belajar agar menjadi suatu komunitas yang patut dibanggakan oleh seorang Fariz RM dan penggemarnya juga sejarah permusikan tanah air. Itulah kedua komunitas musik yang saat ini banyak mengisi kegiatan saya selain sebagi ibu rumah tangga. Keduanya dalam waktu berdekatan akan merayakan hari jadinya dengan acara-acara yang telah disusun di masing-masing komunitas. Semoga kedepannya kedua komunitas itu yang menjadi panji sejarah bermusik para musisi di masa nya dan bisa merealisasikan semua yang telah diprogramkan. Bravo untuk Musik Indonesia.


SELAMAT ULANG TAHUN KPMI Ke 6
Pf :18 Desember 2005-2011


SELAMAT ULANG TAHUN KFFRM Ke 1
Pf : 01.01



Salam
Arie Rachmawati

Kamis, 08 Desember 2011

Videomaker 1 :

Saya dan Aktivitas (Videomaker 1)
Oleh : Arie Rachmawati


Saat mengetik tulisan ini, saya sedang memproses lagu ke tujuh, kedelapan dan kesembilan milik grup band genre rock progressif  MONTECRISTO. Sembilan lagu yang tertera dalam list CD nya, antara lain :
  • Ancestral Land
  • About Us
  • A Romance Of Serendipity
  • Garden Of Hope
  • Celebration Of Birth
  • In Touch With You
  • Crash
  • Forbidden Song
  • Clean
   Kesembilan lagu tersebut akhirnya rampung juga kemarin lalu, hari Sabtu 17 Desember 2011. Bermula dari keinginan saya ingin membuat video klip ala windows movie maker, untuk dua lagu Garden Of Hope dan Forbidden Song sekitar enam bulan lalu. Saya izin kepada Montecristo (MC) dan Alhamdulillah mendapat respon positif. Meski saya video maker amatiran, Montecristo menerima dengan senang hati garapan itu. Kemudian berlanjut dan tanpa terasa kesembilan video lagu terlahir dari tangan saya yang ajaib ini.

Montecristo terlebih bung Eric Martoyo dan pak Riza Novara selaku manager grup band tersebut turut pula membantu proses pembuatan, misal mengirimkan foto-foto yang akan dijadikan slide show juga kiriman MP3 lagu yang akan digarap. Proses berikutnya masih diskusi jarak jauh, melalui inbox dan e-mail, jadi sebelum fix untuk dipublish-kan proses diskusi itu belum berakhir. Obrolan demi obrolan pun menjadi sebuah keakraban diri. Sedikitnya saya mengerti apa yang dikehendaki beliau dan beliau pun tidak pernah memaksakan kehendaknya, sangat menghargai garapan saya.

Itu tentang proses kreativitas yang kebetulan saya mendapat kepercayaan dari Montecristo. Begitu juga dengan sahabat Montecristo yaitu Kadri Jimmo the Prizes of Rhythm (KJP) yang sama-sama berjenis rock progrssif, tetapi KJP cenderung ke pop romantis, saya izin kepada beliau itu (KJP), lagi-lagi saya diberi lampu hijau. Baru tiga lagu KJP yang kelar saya bikin video klip nya versi WMV dan menjadi deretan koleksi di akun Youtube riEariEriE. Ketiga lagu KJP itu adalah Gemintang, Secangkir Sebelum Ku Pergi dan Semua Perasaanku. Proses kreasi kali ini dilimpahkan sepenuhnya kepada saya oleh (kakak kapten) Kadri Mohamad selaku pimpinan dan manger grup band tersebut.

Menurut saya semua ada nilai positif dan negatif bila saya bergerak sendiri tanpa ada teman diskusi. Mengoreksi pekerjaan diri sendiri itu suka luput dari kejelian mata, walau kesalahan sedikit misal peletakan huruf, namun sangat memepengaruhi ending video itu, terutama bila sudah tahap menyimpan data di komputer. Dikatakan sebagai hal mudah tetapi malah jadi susah begitu pula sebaliknya. Dua video klip yang menurut saya bikin puyeng alias pusing tujuh keliling saat penggarapan lagu Siapakah Kita by SYMPHONY, dimana ada beberapa import film dari youtube digabungkan dalam satu klip yang semuanya tentang peperangan sangat cocok memvisualkan isi lagu tersebut. Satu lagi yaitu lagu Bila Saya by Kahitna, sempat putus asa kenapa size nya yang lebih kecil dari lagu Siapakah Kita itu nggak bisa tersimpan? Setelah melalui beberapa kali percobaan dengan konsultasi kepada dua sahabat saya, akhirnya jawaban itu saya temukan. Ternyata ada file film yang rusak sehingga tidak bisa tersimpan meski dalam tayangan priview nya bisa terlihat. Menurut saya pertama mood dan chemistry, selanjutnya kendala yang terjadi dalam proses video itu semacam kerikil kecil di jalanan. Lanjut, saat akan meng-upload ke youtube atau akun facebook jaringan internet suka ngadat atau hal lain penyebab gagalnya untuk di publish. Dan bila semuanya terlewati akan menimbulkan  rasa plong.

Flashback
Saya sering mendapat kiriman video klip dari fesbuker, sebut saja Anton Setiady T dan Bar BerBor atau si Edwin Wijayanto, saat itu tak terbersit keinginan untuk mengikuti jejak mereka. Hingga suatu hari, ketika saya berulang tahun, saya mendapat beberapa kiriman video happy birthday dari Tyas Amalia Yahya. Dia inilah yang merubah cara pandang saya untuk mempelajari bagaimana cara membuat video sendiri. Kemudian saya bertanya kepadanya, namun penjelasannya belum bisa saya pahami. Lalu saya bertanya kepada barberbor, keduanya hanya memberi kunci pembuka, "Gampang Mbak, cari aja windows movie maker, di komputer atau laptop kita ada kok, itu bawaan dari windowsnya."  Kata terakhir itu adalah  kuncinya saja saya tidak tahu letakanya. Cerita itu ibarat sebuah kunci yang akan membuka sebuah pintu-pintu lain tentang pengetahuan membuat video. Lalu saya bertanya sama anak-anak saya, ternyata mereka tidak tahu hal tersebut. Lalu saya temukan cara membuatnya, dan mulailah bereksperimen satu video kelar, ajang uji coba itu untuk lagu Menggapai Bintang by SYMPHONY (Album N.O.R.M.A.L)

Begitu saya mulai keasyikan 'ngulik' langsung sederet ide untuk membuat lagu dari sekian lagu yang saya suka. Saya berniat ingin membuat video klip dari lagu SYMPHONY yang vokalisnya adalah Herman Gelly, dan album solonya itu. Berbicara tentang lagu-lagunya Herman Gelly, meski saya ngefave dengan lagu Janji Yang Sederhana,
namun justru lagu Catatan Semusim lah tertuang di klipnya yaitu hobinya bersepeda. Itulah proses awal saya bisa memasukan impor video (film) ke dalam windows movie maker. Selain dari ulasan saya di atas itu. Entahlah tiba-tiba banyak teman merequest lagu terutama jadul untuk dibuatkan klip nya. Untuk lagu super lama, saya baru membuat video klipnya "Cinta Putih" yang sengaja saya buat dua versi dengan vokal khas Grace Simon dan penciptanya sendiri Titik Puspa. Setelah dishare ke wall teman-teman ternyata banyak yang suka versi Grace Simon, tapi saya pribadi suka yang versi Titik Puspa. Menurut saya lebih lembut, jadi untuk pembuatan klipnya lebih slowly.

Dari satu video menjadi dua lalu tiga dan hingga kini sudah lebih 50 video klip terselesaikan. Dalam kurun waktu selapan bulan saya menghasil sebanyak itu, semula hanya iseng kini menjadi suatu kenikmatan yang asyik, seasyik menulis (mengetik) cerpen atau cerita lainnya. Lebih-lebih temapt 'ngumpet' saya bisa di blog atau beberapa akun lainnya. Dari slide show saya belajar mengimport video dari beberapa film yang tersedia di youtube. Kebetulan saya penikmat film Hollywood, Korean drama atau produksi lokal, jadi saya ingat benar film apa yang sekiranya pas untuk lagu yang saya garap ini. Semula saya rada takut ketika saya ikutan 'donlot alias download' beberapa film yang harus diubah ke bentuk wmv. terlebih dulu melalui aplikasi yang namanya conventer. Untungnya saya mempunyai sahabat yang siap menuntun, yaitu Bar BerBor. Setelah mulai trampil donlot, proses berikutnya adalah mengedit, begitu banyak kenikmatan disana.

Akun youtube riEariEriE pun semakin semarak, beberapa teman baru bergabung. Mereka sebagian teman fesbuker dan diluar lingakaran itu. Kemudian setiap akun sosial network mulai berbenah untuk mempercantik penampilan dan menambah aplikasi-aplikasi baru, mau nggak mau saya mengikuti aturan yang berlaku. Menambah google chrome atau dengan tanda +1 akan mempermudah link saya dikenal masyarakat luas di seluruh dunia. Jadi, terkenal dengan video? Oh, tidak! Saya bukan ikuta-ikutan sosok Briptu Norman, Udin Sedunia atau Sinta & Jojo yang beken mendadak gara-gara upload'an video.

Niat saya beda, pertama prihatin bila browsing lagu-lagu jadul di youtube menemukan video yang dibuat acakadut alias semau gue.Kemudian yang kedua memanfaatkan era globalisasi, bisa menuangkan segala ekspresi diri secara bebas dan gratis. Selebihnya mengikuti perkembangan tehnologi, agar saya tidak gaptek, walau pun saya tanpa pendidikan IT. Belajar itu harus, tanpa mengenal usia dan waktu, dan ngulik itu nikmat sekaligus asyik.

Saat saya merasa perlu hiburan, karya saya yang amatiran itu ternyata mampu membuat saya betah dinikmati sendiri. Kadang bila saya merindukan kehadiran anak-anak, tinggal memutar video klip lagu Bunda by Melly Goeslow yang sengaja saya membuatnya dua versi. yang satu khusus berisi slide show foto anak-anak dari masa balita hingga remaja kini. Bahkan saya tertegun saat suami saya yang super sibuk dengan urusan fiber optiknya, suatu hari singgah di wall saya dan menikmati suguhan itu. Dia bilang,"Videonya bagus, berurutan seperti bercerita tentang anak-anak kita." Ternyata anak-anak pun mempunyai rasa yang sama, mereka bila kangen kepada saya suka memutar video itu. Akhirnya mereka pun merasa akrab lagu-lagu lama dengan sentuhan tangan saya ini melalui sebuah video. Kini hobi saya bertambah menjadi video maker.

Kembali ke pemesanan lagu yang akan dibuat video klipnya. Saya baru menerima tiga pemesanan yaitu pertama satu lagu Crash request si penyanyi nya sendiri yaitu bapak Eric Martoyo, dengan alasan pasar dunia lagi "Crash!" jadi pas banget bila lagu dengan judul yang sama itu dibuatkan klipnya. Karena mendadak dan supaya perpepsinya sama, saya hanya menayangkan susunan slide show lirik lagu tersebut. Tak lebih, malah terlalu gampang dan sederhana sekali. Namun si pemesan menganggap sudah cukup. Oke-lah saya pun lega.

Pemesan kedua adalah salah satu putri kembarnya Sang Maestro, Fariz RM untuk dibuatkan videoklip yang berisi ucapan selamat ulang tahun Venska-Venski jatuh 26 Oktober 2011 lalu, maka lagu Selamat Untukmu by Fariz RM & Deddy Dhukun JRS, saya rasa mewakili ungkapan selamat ulang tahun dengan sisipan ucapan dari kedua orang tua putri kembar itu yang kini kuliah di Belanda dan Canada. Foto-foto dalam serangkain slide show tersebut adalah kiriman dari mbak Oneng Diana Riyadini dan cuplikan video dua kucing kesayanagn si kembar, yaitu Iggy dan Owy turut meramaikan isi videoklip tersebut, tanpa embel-embel aplikasi lainnya, hanya tayangan biasa saja tapi mewakili keinginan si request.

Kemudian baru-baru ini saya menerima e-mail dari pianisnya duo grup band yang sangat akrab dengan saya, yaitu mas Fadhil Indra untuk lagu Nanggroe by Fadhil Indra dan ditayangkan pas 7 tahun lalu saat bencana alam Tsunami Aceh, memporakporandakan bumi Nanggroe. Saat dialoq via inbox, kebetulan saya baru donlot video serupa untuk lagu Langit Merah Diatas Dunia by SYMPHONY dengan vokalis Tony Wenas di album Metal (1983). Jadi dalam waktu bersamaan dua lagu dapat dirampungkan.

Setiap saya membuat video klip tak pernah merasa paling bagus, hanya sekedar menuangkan apa yang ada di angan dan pikiran dalam bentuk slide show gambar-gambar, entah itu dari koleksi foto pribadi atau download di Google, menjadi pajangan di semua akun saya terutama youtube. Jelang akhir 2011 tanpa terasa saya menyelaikan 61 video klip, belum semua lagu favorit saya bisa tertuang dalam klip, kadang faktor waktu dan kemampuan komputer saya, juga keterbatasan aplikasi yang ada. Saya hanya video maker amatiran, saya hanya ingin bisa dan tidak ada niat untuk komersial. sebagai anggota komunitas musik terutama musik Indonesia, dengan cara ini saya ingin memperkenalkan kembali lagu-lagu lawas yang pernah akrab di telinga saya di masa nya untuk generasi mendatang terutama untuk anak-anak saya.
Terima kasih buat semua teman dunia maya yang telah menikmati koleksi-koleksi video klip karya saya, lewat jejaring facebook, youtube, twitter, blogger dan google chrome.

Salam,
Arie Rachmawati














Long Distance




Beberapa hari yang lalu, saya membongkar kotak kardus yang menumpuk di sudut ruangan. Kotak itu sudah lama tak beranjak dari tempatnya. Bergeser pun tidak. Setelah saya buka, ternyata terdapat tumpukan file cerpen yang dibuat hampir 10 tahun yang lalu. Saya sendiri lupa kapan menulisnya, melihat tahunnya pasti saat saya berada di Jambi, dan ketika itu anak-anak masih kecil-kecil (sekolah dasar). 

Kemudian, saya mengetik kembali cerita pendek itu sebagai arsip pribadi. Tata bahasanya kacau amburadul, tapi cara mengungkapkan tokoh cerita nggak jauh berbeda seperti saat ini. Seingat saya seseorang yang menjadi inspirasi dalam cerita pendek itu adalah sosok lelaki yang secara nyata sulit digapai, bahkan untuk bertemu dengannya harus melalui jarak tempuh yang cukup lama untuk satu pertemuan yang singkat. (1984-1998)

Saya mengenalnya pertama kali lewat gelombang suara (telepon) dan itu pun kebetulan.Pertautan suara di seberang sana, ternyata membawa getaran sendiri, saya pun tak tahu kenapa hati ini setiap saat berbunga-bunga, saat telepon berdering. Kemudian dari beberapa kali obrolan itu dia mengirimkan surat dan fotonya, perkenalan gaya lama, khas Sahabat Pena. Nakalnya karena saya takut ketahuan Mama, jadi terpaksa memakai alamat sahabat saya yaitu Edwin Satria Hadi. Surat dan telepon itu sangat berjasa dan membuat hari-hari remaja SMP itu kian ceria.

Intinya suka itu saja, alasan lain menyusul. Dia puitis itu yang (mungkin) membuat saya klepek-klepek, sayangnya ada beberapa faktor yang tak sepaham. Saya sangat menyukai musisi , kala itu sangat terkenal di blantika musik Indonesia terutama era 80'an. Sedang dia, amat sangat tidak menyukai. Padahal ia suka musik, namun selera adalah pilihan hati dan lama-lama obrolan kami tidak menyambung. Dia adalah dari sekian teman cowok yang menaruh hati kepada saya, namun dia termasuk tiga orang yang tidak sepaham dengan saya untuk urusan idola dan genre musik.

Fariz RM

Soal selera musik, saya sepaham dengan seseorang yang pertama kali menembak saya dengan lagu "Kurnia dan Pesona" lewat petikan gitar akustik. Ia mantan drumer sekolah menengah atas di Bandung. Dan saat perkenalan itu ia baru menjadi seorang mahasiswa fakultas Elektro di ITS Surabaya. Gaya nya saya suka, selain tatapan matanya bikin hati saya rontok lumer. Perkenalan yang unik seperti sebuah adegan scene film Cinta Pertama yang dibintangi oleh Christine Hakim dan Slamet Rahardjo (1974). 

Saat itu liburan kenaikan kelas Juni 1982. Saya dan adik diajak oleh kakak sepupu berlibur ke Yogyakarta. Dalam perjalanan dari stasiun Gubeng (Surabaya) menuju stasiun Tugu (Yogayakarta), kami berkenalan. Namun saya tidak menaruh curiga cowok ganteng itu memberi sinyal ketertarikan. Maklum saya merasa gadis kecil yang tak sepatutnya mengenal dunia asmara. Semestinya ia hanya transit di stasiun Tugu (Yogya), namun entah lah malam itu setelah pertukaran alamat rumah, ia mencari saya di sepanjang jalan Malioboro. Sebagai adik yang mengikuti perintah kakak saya mas (alm) Akbar Pradopo, hanya mengikuti jadwal plesiran itu. Andai malam itu kami menikmati malam di Malioboro, kemungkinan pertemuan itu terjadi.

Kemudian malam kedua selama di Yogyakarta, saya dan rombongan keluarga Bude, berjalan-jalan sepanjang jalan Malioboro. Tiba-tiba terdengar seruan nama, "Ariiiieeee....Rieee." Hingga akhirnya si pemanggil itu tepat berada di depan saya. 
Napasnya tak beraturan. Ia menjabat tangan saya seraya berkata, "Dari kemarin aku nyariin kamu, alamatmu di Yogya kan nggak dikasi." Hehehe...dasar lugu, saya pun tak menyadari arti perkataannya itu. 

Malam itu, ia mengikuti perjalanan kami menuju rumah Bude di Jetis Kulon, sempat mampir di warung dan ia membayar semua makanan. Sebenarnya ia banyak bercerita namun saya nggak ngeh. Kemudian tibalah menuju rumah Bude, masuk gang dan duduk di pendopo. 

Saya langsung masuk rumah dan siap-siap pergi tidur, karena malam sudah semakin larut. Tiba-tiba kakak sepupu saya, mas Asang (Azhar) memberitahukan, bahwa cowok itu menunggu saya di ruang tamu. "Waduuhh..., sejak itu saya merasakan ketakutan. Apalagi adik saya, Vivi (SD kelas 5) pasti akan melaporkan kalau saya mempunyai teman istimewa. Sorot mata adik saya sudah tak bersahabat. 

Akhirnya saya menemui cowok itu, tentu dengan perasaan yang nggak karu-karuan. 
Gelisah dan nggak berani menatap sorot matanya. Ia kemudian izin kepada mas Asang untuk membawa saya ke pos ronda, yang berada di atas beranda (pendopo). Malam yang semrawut, kenapa saya mengikuti keinginannya, dan mengapa kakak saya mengizinkan. 

Pos ronda sepi..., kemudian ia melagukan lagu Kurnia dan Pesona. Saya suka. Ia bercerita tentang Fariz RM dan lagu-lagunya. Kami berbicara tentang Sandra Ameido, Di Antara Kata-Kata, Cinta Kian Menepi, dsb. Dari usia, gaya pergaulan sangat jauh sekali, ia orang kota dan gaul, dan saya hanya gadis remaja polos, dari kota kecil pula. Minder.

Namun, sosok Fariz RM membuat sekat itu hilang. Malam pertama dan terakhir dalam pertemanan "Serendipity" berakhir begitu cepat, karena ia akan melanjutkan perjalanannya menuju kota Bandung. Ia berjanji, seminggu dari pertemuan ini akan datang surat pertamanya. Saya bersama mas Asang mengantar sampai di mulut gang, kemudian dengan vespa bututnya ia melambaikan tangan, kiss bye. 

21 Juni 1982, seminggu kemudian, benar-benar ada sepucuk surat dari nya, dikirim dengan kilat khusus. Tulisannya rapi dan bagus. Saya suka tulisan itu, surat dan amplopnya masih saya simpan. Kisah itu tak berjalan mulus, karena Mama dan adik Mama (Lek Anwar) mencium tingkah laku saya yg aneh. Surat-surat berikutnya disita pak Lek Wa, dan saya tak mengetahui kabar selanjutnya. Suatu hari saya disuruh Mama, mengambil barang di rumah nenek, lalu munculnya setumpuk surat  nyempil dari tumpukan kertas-kertas. Ia rajin mengirim surat, sayangnya tak pernah sampai ketangan saya. Tertulis, ia bingung mengapa saya tak pernah membalas surat-suratnya, dan sempat mencari saya di Jember. Kemudian surat itu saya sembunyikan, meski kadarluarsa bagi saya sangat berarti. Meski belum terucap, "Aku cinta padamu." (seperti lirik lagu Tanda Mata nya SYMPHONY), tapi saya yakin kami saling menyukai.

Ternyata saya ini emang tukang simpan, maksudnya tukang penyimpan begitu. Hehehe...dari surat, klise foto hitam putih, hingga nota-nota pembelian atau struk pembayaran persalinan pun masih tertata rapi. Andai saya mempunyai banyak ruangan, pasti akan saya buat ruang arsip. Sepanjang hari saya membaca ulang tumpukan file dan melayanglah angan saya ke masa lalu. Tertawa sendiri saat membaca selembar kertas, berisi puisi yang saya tulis saat pertama kali mengenal dunia laboratorium prakticum recipe. 

Kasih,
Lewat getaran gelombang elektro magnet rinduku
Kuungkapkan untaian kalimat cinta
Di antara hari nan penuh kasih sayang ini
Serasa engkau ada di sini, di sampingku
Meski pun kutahu engkau di sana
Namun bayanganmu menghiasi langit-langit kamarku
Mampu meredam segenggam rinduku yang memuncak

Kasih
Aku yakin jarak yang membentang di antara kita
Bukanlah penghalang benang-benang cinta yang sekian lama kita rajut
Senakin kau menjauh, semakin besar pula kadar cintaku untukmu
Dengan loupe cinta ku dapat melihat ion-ion rindu serta molekul-molekul cinta terpancar dari hatimu

Kasih,
Aku selalu merindukanmu
Gemuruh cinta di hati seperti gelembung gas dalam tabung reaksi di laboratorium kimia ku
Membuatku semakin aku ingin memilikmu seutuhnya
Ah..., betapa bahagia hidup ini bila bersamamu 'tuk selamanya
Kasihmu sesejuk embun pagi hari
Seriang kicauan burung-burung di pagi hari
Seindah bunga-bunga bermekaran di taman kerinduan
Mungkin pula seindah lukisan Snellius

Kasih,
Engkaulah segalanya untukku
Karena kasihmu sejernih air kristal dalam botol praktikum ku
Kasihmu selembut serbuk Acidum Salisylicum
Kasihmu sehangat radiasi cinta yang menembus pori-pori kulitku
Cintamu semanis C6H12O6
Cintamu seharum OLeum Rosae
Cintamu seputih emulsi
Cinta dan kasihmu vitamin hidupku
Ayunkanlah langkah kaki bersama menggapai asa esok
Jangan biarkan ranjau-ranjau kehidupan merintagi kita
Pastikan kita terjang semua itu
 karena kuyakin bersamamu cinta ini abadi

Dan saya pernah menuliskan puisi itu di note facebook, sekitar dua tahun yang lalu. Secara dibawah sadar ternyata susunan kata itu dipengaruhi alunan lagu yang berlangsung saat itu. Musik itu tak pernah lepas dari diri saya, walau hanya sebatas penikmat musik semata. Saya menulis ketika saya menuntut ilmu farmasi jauh dari keluarga di Jember. Dan sekarang saya baru menyadari ternyata proses perjalanan menjalin kasih dengan siapa pun, hingga saya menjadi seorang istri dari papa nya YOANDO, ternyata saya menjalani kehidupan yang tak jauh dari "Interlokal" atau melalui proses "Long Distance".

Ketika saya menuliskan ini tadi pagi usai shalat Subuh, dan meneruskan setelah suami berangkat dinas ke luar kota. Ternyata jarak antar kota itu menjadi lahan kata-kata kian subur terangkai untuk ditulis dengan perasaan rindu yang selalu merindu, baik kepada keluarga juga teman-teman yang bertebaran di muka bumi ini. 

Setumpuk file masih belum terbongkar lagi, ini hanya sebagian saja. Mungkin saya akan menemukan sesuatu yang lain. Bahwa merindukan seseorang dengan mencumbui bayangannya itu nikmat, melahirkan sebentuk energi yang mengaliri tubuh bahwa di sana mungkin ada seseorang yang juga merindukan saya, mungkinkah kamu? 
(pembaca blog-ku ini)


Amarilis, 08.12.2011 / 11:20 Wib