Rabu, 24 Juli 2013

C e r p e n k u :

SEIKAT KRISAN PUTIH
(new)


Oleh Arie Rachmawati
Medio : Bogor, Anyelir 8 Agustus 2005

Cakrawala barat merona jingga membaur dengan birunya langit yang terbalut awan putih, menjadikan langit terbentang itu lukisan alam nan menakjubkan. Serumpun ilalang dipermainkan angin nakal, ujung ilalang–ilalang itu nampak terbakar, kilauan matahari senja telah menyentuhnya. Di padang ilalang itu, aku pernah mengenal cinta. Cinta itu sengaja kusembunyikan. Selalu ingin untuk kembali ke padang ilalang itu di belakang bandara Sutan Thaha. Memori usang itu menyeruak kembali saat aku duduk termanggu menanti di ruang tunggu gate 3-B1 Soekarno-Hatta, Jakarta. Pagi ini penerbangan pertama menuju Jambi. Serasa aku bermain di langit biru berserakan awan. Awan seputih kapas yang berarak–arak menyerupai berbagai bentuk mampu redakan gemuruh hatiku. Dalam genggamanku ada seikat bunga krisan berwarna putih masih segar dan mengundang beberapa mata menuju kearahku, seraya mereka berkata,"Bunganya cantik sekali." Ada kerinduan yang kupendam beberapa hari terakhir ini bergelut dengan gelisah. Dari awal pertama bertemu dengannya aku merasakan ada yang beda. Dia bukan kekasihku, namun kehadirannya telah mewarnai hidupku. Laki–laki itu telah mencuri hatiku. Namun, aku tidak ingin tahu tentang dirinya. Aku hanya membiarkan dirinya bermain dalam khayalan semu. 

Satu jam kemudian, pesawat landing dan aku segera menuju Café 29 di pinggiran kota. Taxi yang membawaku dari parkiran Sutan Thaha ternyata belum paham jalanan kota. Sopir taxi baru, baru seminggu katanya. Suasana Café 29 masih sepi, maklum belum waktunya jam buka, karena aku pelanggan tetap, mereka selalu membukakan pintu untukku. Secangkir teh hangat dan sepotong roti keju menemaniku. Biasanya aku selalu memesan mocca float dan semangkuk sup jagung, itu menu favoritku. Jarum jam berputar menunjukkan angka yang kian bertambah, SMS telah kukirim memberitahu bahwa aku sudah lebih 2 jam menunggunya. Gelisah. Aku hanya punya waktu sedikit dan nanti penerbangan terakhir akan membawaku kembali ke Jakarta. Pulang.

Akhirnya aku kembali ke Jambi untuk menemui mereka berdua untuk mencairkan suasana yang kaku. Dari pagi, siang dan menjelang sore belum ada tanda-tanda ia akan menemuiku seperti yang telah disepakati bersama. Aku ingin sejenak ke padang ilalang dan melihatnya melukis. Andre pernah beberapa kali mengajakku ke padang ilalang itu. Dibelakang padang itu ada sebuah gubuk tua, tapi masih terawat. Ia pernah memamerkan lukisannya, semua tentang bunga krisan. Aku tahu disini bunga itu nggak akan pernah tumbuh. Bunga itu hanya tumbuh di daerah kaki gunung dengan cuaca yang sejuk, bukan seperti di sini panas dan sangat menyengat. Ia bercerita, pernah tinggal di perkebunan bunga bersama orang tua angkatnya. Ia paling suka krisan putih di antara krisan berwarna, yang putih lebih anggun. Darinya aku mengenal bunga krisan. 

Sungguh terlalu apabila ia benar-benar mengingkari janji. Lamunan membawa kembali ke masa lalu. Andre, itu namanya yang aku tahu dari kartu pegawai Departement Store yang terletak disaku kanannya. Selalu tersenyum hingga lesung pipit itu menghias wajahnya. Tak banyak kata kecuali pembicaraan transaksi di kasir, selebihnya say goodbye. Perkenalan yang kebetulan namun sering kali terjadi, hingga aku merasa akrab dengannya. Semula aku berpikiran seperti itu selalu kebetulan, tapi setelah aku merenungkan itu bukan kebetulan, dia sengaja mengikuti kemana arah langkahku. Dan itu diakui secara keceplosan. Tiba-tiba terbersit aku ingin mengenalkan dia kepada sahabatku, Anne. Menurutku mereka serasi. Rencana berjalan mulus, kami bertiga sepakat bertemu. Dan ketika pertemuan berikutnya, aku sengaja menghindari agar mereka semakin akrab dan jatuh cinta. 

Hujan yang sudah lama dirindukan untuk menghalau kabut asap yang mulai merebak. Hujan deras dan angin nakal menyertai. Tiba-tiba Andre berada di hadapanku saat aku keluar dari toilet café itu. Kaget.
  "Kenapa akhir-akhir ini kamu selalu menghindar, Airin?"
  "Kenapa kamu tak pernah membalas pesanku?"
  "Akuuuu...sibuuuk, sorry Ndre."
  "Kau sengaja dan ingin aku akrab dengan Anne, kan?!
  "Iyaaa...begitula kira-kira."
  "Aku hanya ingin mengenalmu, bukan Anne sahabatmu."
  "Tapi, aku ingin kau menjadi kekasihnya!"
  "Kenapa aku, Airin? Aku nggak mau !"
  "Karena...."
  "Akuuuu...hanya inginkan kamu."
  "Itu tidak mungkin Andre, meski aku akui kamu mencuri hatiku, namun aku sudah terikat."
  "... dan akhir tahun ini aku menikah, maaf !"
  "Aku nggak mau tauuu, aku cuma ingin dirimu."
  "Jadi itu tujuanmu mendekatiku dan ingin aku memacari Anne?"
  "Iya Ndre, dia sudah jatuh cinta sejak awal mengenalmu itu."
  "Bohong, aku nggak percaya itu. Aku yakin kamulah yang mengatur semua itu untuk menutupi kata hatimu."
  "Jangan egois Ndre, maaf aku terpaksa akhiri pertemanan kita." 
  "Maafkan aku Andre, aku harus pergi."   Aku benar-benar meninggalkan dia bukan karena pertengkaran kecil itu, namun bersamaan aku menerima pekerjaan baru dan ditempatkan di Jakarta. Kusadari hal itu terkesan mendadak Dia pasti marah dengan berita ini yang mestinya aku sampaikan saat pertemuan itu, namun situasai tidak berpihak. Kepada Anne aku sudah berpamit walau mungkin hatinya menangis karena perpisahan ini, namun nampaknya ia pun marah padaku. Andre menjauhinya, itu yang aku tahu dari pesan terakhir sebelum aku take off meninggalkan Jambi. Perpisahan yang menyedihkan.


Belum seminggu aku di Jakarta, dan memulai kehidupan baru Andre sering banget mengirimi SMS namun aku malas membalasnya. Menurutku ia terlalu hanyut dalam suasana yang membawanya berlabuh kemana. Kemudian ia menghubungiku, ia ingin aku menemuinya. Ada hal penting katanya. Anne sakit keras. Urgent.
  "Itu nggak bisa, aku belum sebulan disini, bagaimana mungkin aku meminta cuti." 
  "Tapi Anne sangat butuh kamu, Airin?"
  "Datanglah walau sebentar saja, please?!"
  "Bukankah kalian bersahabat?"
  "Nanti aku telepon dia, sorry aku lagi di jalan."  Aku segera menutup pembicaraan itu, karena harus ganti kendaraan umum dari  KRL Stasiun Sudirman ke metro mini jurusan Gatot Subroto. Bimbang rasanya kembali bertemu dengan mereka berdua, haruskah aku ke Jambi? Perang batin berkecamuk antara persahabatan dan urusan asmara yang kacau balau. Aku menyukai Andre, tapi bukan berarti aku jatuh cinta padanya.  Dia terlalu muda untukku. Aku tidak suka lelaki yang usianya lebih muda dariku, meski cinta hadir menolak segala bentuk perbedaan. Aku hanya ingin Andre dan Anne menjadi kekasih, menurutku mereka pasangan yang serasi. 
  "An, Anne ini aku," kataku lirih. 
  "Kamu sakit apa, hingga Andre meneleponku dengan nada tinggi?"
  "Nggaaakk Airin, aku sehat. Sempat sakit masuk IGD tapi udah sehat kok!"
  "Asma-mu kumat?"
  "Iya benar.Kenapa kamu nggak pernah meneleponku lagi Airin?"
  "Maaf banget. Aku sibuuuk, dan aku pikir kamu marah padaku?"
  "Marah soal apa sih? Andre? Hahaha nggaklah"
  "Syukurlah kalau begitu Anne, aku senang mendengar tawamu"
  "Percayalah padaku Airin, janganlah persahabatan kita terputus karena dia."
  "Aku percaya kamu, gimana kabarnya mas Bram?"
  "Dia baik-baik saja, doakan rencana kami berjalan lancar ya An?"
  "Tentuuuu Airin, meski Andre sempat bilang kamulah yang jatuh cinta padanya. Aku nggak percaya."
  "Ih emangnya dia bilang apa aja sih?"
  "Yaaa, lupakan saja. Kalau kamu jadi ke Jambi, kabari aku ya Airin. Aku kangen kamu."
  "Tentu, so pasti. Udah dulu ya? Nggak enak nih, lagi lunch, entar aku telepon lagi deh."
  "Thanks ya Airin, muuuaaaah!"
  "Muuuaaaah too...."   Aku rasa obrolan itu jelas bahwa Anne nggak memintaku untuk ke Jambi. Itu hanya akal-akalannya Andre saja. Aku kembali konsentrasi ke pekerjaanku. Sebenarnya kepindahanku ini juga untuk mendekatkan diri kepada calon suamiku dan keluarganya. Mas Bram, kakak kelasku sewaktu sekolah menengah farmasi yang sekarang bertugas di RSCM, sebagai kepala bidang farmasi. Ia telah meminangku awal tahun lalu dan akhir tahun kami akan menikah. Lalu muncul Andre dengan pesona senyumnya dan hampir membuatku lupa. Andre menghubungiku lagi, dia bilang akan menikah, ia tidak menyebutkan dengan siapa menikah. Ia hanya ingin aku datang. Dua bulan lagi. 

Suasana café itu mulai ramai. Ada pengunjung datang, seorang wanita paruh baya nampak dari kalangan berada dan duduk di ujung ruangan dengan pandangan mengarah ke bibir jendela. Nampaknya ia duduk sendiri dan gelisah. Sepertinya ia tengah menanti kehadiran seseorang. Sepertiku, mulai resah menanti kehadirannya. Dua jam kedepan aku harus meninggalkan tempat ini, aku harus segera menuju bandara kembali dan take off. Aku nggak memperhatikan pengunjung lainnya, saat aku melihat sosok seseorang seperti aku mengenalnya. Ia duduk berpelukan dengan wanita itu. Setelah tersadar ternyata itu Andre. Dan, sepertinya ia mengetahui aku memperhatikannya. Permainan apa yang tengah ia suguhkan kepadaku. Dadaku tiba-tiba sesak seketika. Andre menghampiriku, menyapa dingin. 
  "Akhirnya kamu datang juga ke sini, Airin. Apa kabar?"
  "Kamu semakin cantik...."
  "Aku datang karena aku ingin menemui Anne dan kamu, Ndre."
  "Tapi, Anne nggak bisa datang karena mendadak ke Palembang, meeting."
  "Iya, aku tahu, subuh tadi ia meneleponku."
  "Oh syukurlah kalau kamu mengetahuinya. Jadi kamu datang untukku kan?"
  "Nggak juga Andre, tetap niatku untuk kalian."
  "Aku datang untuk meminta maaf atas situasi yang nggak nyaman ini."
  "Lalu, nanti kamu datang saat aku menikah?"
  "Oya soal menikah, mengapa begitu mendadak? Ada apa?"
  "Nggak mendadak, waktu itu aku ingin menceritakan namun kamu keburu pergi."
  "Sama Ndre, waktu itu aku juga ingin cerita tentang kepindahanku..."
  "Iya, situasi saat itu benar-benar..."
  "..., sudahlah Ndre. Sekarang cerita sudah beda."
  "Siapa calon pengantinmu, Ndre?"
  "Kamu sudah melihatnya, yang tadi kupeluk itu."
  "Oya? Maksudmu? Wanitaaa ituuu?"
  "Iya, wanita yang sangat kaya tapi kesepian, dia sangat mencintaiku."
  "...dan aku nggak mencintainya, aku kasihan padanya."
  "Hah?! Kamu menikah atas dasar kasihan?"
  "Mungkin ia lebih pantas menjadi Ibumu, Ndre."
  "Iya, memang begitu pantasnya. Dan aku belum pernah merasakan kasih sayang seorang ibu."
  "Ibu kandung, maksudku Airin."
  "Beda Ndre. Duuhh, kamu ini kenapa sih?"
  "Tahu apa arti cinta kau Airin, bukankah demikian juga denganmu?"
  "Maksudmu?" 
  "Sudahlah aku nggak mau berdebat. Tersenyumlah untukku, aku rindu senyummu."
  "Kamu jangan mengalihkan pembicaraan, sorry aku harus menuju bandara."
  "Datanglah nanti Airin! Suatu kebanggaan bila kau datang nanti."
  "Aku rasa nggak mungkin, Ndre!" 
  "Please Airin !!!"  Aku mulai jengah mendengar rengekannya. Hal itu jelas nggak mungkin, Suasana yang berlangsung benar-benar dalam keadaan memanas. Aku segera beranjak, nggak mau lagi larut dalam suasana yang tak nyaman. Sementara waktu semakin mendekati ke jadwal penerbangan.
  "Bungamu ketinggalan, Airin."
  "Bunga itu untuk Anne, tapi dia nggak ada, biar buatmu saja, Ndre."
  "Bunga krisan putih untukku Airin?"
  "Iya bukankah kamu pernah menginginkan bunga itu?"
  "Iya tapi bukan sekarang, Airin. Dua bulan lagi bawakan untukku, please!"
  "Sorry Ndre, aku pamit. Semoga kamu bahagia, cintailah ia seperti ia mencintaimu."

Dua bulan kemudian, di balik jendela nampak langit biru berhias awan putih menemani penerbanganku ke Jambi. Dalam genggamanku ada seikat bunga krisan berwarna putih masih segar dan mengundang beberapa mata menuju kearahku, seraya mereka berkata,"Bunganya cantik sekali." Bunga krisan putih dalam balutan kain marun, dihiasi pita kian menambah cantik buket itu. Aku datang memenuhi permintaannya menghadiri pernikahannya dengan seorang wanita yang layak sebagai Ibunya. Misteri cinta, misteri jodoh. Aku membayangkan senyum dengan lesung pipitnya itu. Aku juga senang, Anne akhirnya mau menyadari cintanya bertepuk sebelah tangan tanpa harus mengorbankan persahabatan kami. Kami sepakat datang berdua. Seikat bunga krisan untuk Andre sebagai kado pernikahannya. 


                                     S E L E S A I 


Rabu, 17 Juli 2013

Aktivitasku :

Buku Cerita tulisn tangan tentang Si Kura-kura kecil bernama KURI

Saya Belajar Mendongeng
Oleh : Arie Rachmawati

"Mendadak jadi pendongeng?" Iya benar, aku sekarang jadi ibu guru bagian mendongeng anak-anak TK Gema Imani di Kab.Bogor, arah ke Parung di desa yang letaknya lumayan jauh dari rumah menuju arah belakang Kopasus Bogor. Itulah sekarang tempat kegiatanku yang berlangsung sejak masa pendidikan Tahun Ajaran Baru 2013-2014.

"Lho cerita gimana kok bisa jadi pendongeng ?" Ceritanya dari sebuah obrolan dengan sahabatku bernama Dian Anggari, dia dulu tetangga sewaktu aku mengontrak rumah di Anyelir, dan teman sepengurusan sewaktu di Mejelis Ta'lim Uswatun Hasanah, pokoknya solulmate deh ! Oya dia juga yang mengajariku bahasa Jerman. Blablabla, intinya di sekolah taman kanak-kanak yang dia kelola itu membutuhkan orang yang bisa mendongeng dan dia berpikir aku orang yang tepat. Duuhh, nggak kebayang aku menjadi ibu guru kanak-kanak dan mendongeng lagi. Tawaran itu sudah lama sekali, seingatku awal tahun 2013 lalu, namun aku belum memberi jawaban iya atau tidak. Aku belum yakin pada diriku sendiri. Hobi mendongeng sih, saat anak-anakku sewaktu kecil dengan cerita masing-masing yang mereka sukai. Tapi ini kan untuk sebuah sekolahan yang mengemban tugas mulia mendidik calon generasi muda mendatang. Mendongeng yang mendidik, bukan sekedar pengisi waktu yang telah diprogramkan oleh sekolahan tsb sebagai kegiatan baru yaitu mendongeng dan bermain angklung.

"Apakah ini persiapan menjadi seorang nenek?" Hahaha, ini seperti pertanyaan beberapa temanku di facebook saat aku menampilkan tentang Si Kuri. Menurutku pertanyaan itu nggak kreatif banget, terlalu dangkal. Pada saatnya nanti aku menjadi seorang nenek, kamu-kamu juga. Tapi menjadi nenek dan ibu guru yang kebagian mendongeng menurutku hal berbeda. Meski sama-sama obyeknya anak-anak kecil.
.
"Truuuus....?" Ya, kembali ke topik. Akhirnya pas kami berdua ada waktu, aku diajak ke TK tsb, sebagai perkenalan lingkungan. Tepatnya, Jum'at 21 Juni 2013 lalu itulah kunjungan pertamaku disana. Ya Allah, ini jauh dari bayanganku semula. TK tsb benar-benar jauh dari polusi udara, sangat nyaman dan sejuk. TK yang sangat beda, TK yang sederhana dengan anak-anak yang ceria. Mereka asli warga desa setempat yang jauh dari hiruk pikuknya kota. Meski kami masih di kota Bogor, serasa aku merasakan sebuah desa masa kecilku, di Barathan, Jember. Aku menemukan sawah, sejuknya udara pagi, matahari bersinar hangat, sepoaian angin menerbangkan penat dan kenangan manis masa kecil menyeruak kembali. Ada dua anak yang cacat fisik namun semangat belajarnya hebat banget. Lalu, anak-anak kecil itu yang akrab dengan alam, menjadikan pohon sebagai teman bermainnya. Mereka ceria dan nggak cengeng. Perkenalan itu menguatkan aku untuk mencoba kemampuan baru yaitu mendongeng untuk anak-anak taman kanak-kanak itu.

"So...jadi mulai kapan mengajar mereka?" Kemarin, Selasa 16 Juli 2013. Jadwal mengajarku setiap Selasa dan Kamis. Senang.

"Lalu...," Usai subuh aku bergegas mandi dan mempersiapkan diri dengan bekal yang ada. Jujur, aku nggak tahu gimana nantinya, aku jalani aja dan memohon bantuan kepada sahabatku itu. Kami berbincang-bincang selama perjalanan menuju lokasi dengan melewati hambaran pematang sawah nan luas. Berhenti sejenak untuk memotret dari kamera seluler. Lihatlah indah nian pagi menyambut semangatku, hingga tibalah di halaman sekolah. Anak-anak baru masih malu-malu bahkan ada yang digendong ibunya, pemandangan yang pernah aku alami sewaktu anak-anakku masih taman kana-kanak. Tiga anak, tiga pengalaman yang berbeda. hanya berbekal modal nekad aku mencoba adaptasi dengan lingkungan baru. Semula aku ingin menampilkan cerita anak-anak bikinanku sendiri berjudul Si Kuri. On the spot saat aku perkenalkan si Molly yang bersahabat dengan si Neesha, keduanya sebagai narator membantuku mendongeng lalu cerita bergulir tentang ibu kucing bernama Popice dan tiga anaknya. Cerita tentang Popice ada diblog ini dan ada di Kompasiana. Cerita itu memang dari kisah nyata seekor kucing kampung yang nyasar di halaman rumah Maestro Fariz RM. Hal yang seupa cerita Si Kuri berdasarkan cerita kura-kura kecil yang pernah dititipkan kepadaku oleh Dede Gaza, putra bunsgu sahabatku ya si pemilik sekolah tanam kanak-kanak itu.

"Apakah ini Si Nessha? Dan itu Si Molly?"
Si Nessha
Si Molly
Iya benar, mereka keduanya yang akan membuka cerita. Perkenalkan dulu Si Nessha adalah anjing cantik berbulu lentik, dan Si Molly adalah monyet kecil lincah dan ceria, diekornya mengait sebuah pisang. Wow, ternyata anak-anak menyukai Si Molly karena penampilannya memang lucu, selain ia berkacamata lebar dan memakai baju dan celana pendek, agak tomboi dan usil tapi ia sangat setia kawan dan menghibur sahabatnya. Aku menemukan kedua saat menuruni eskalator di BTM. Yang satu SI Nessha boneka tangan murah seharga Rp 15.000,- dan satunya lagi boneka kecil berbentuk monyet, lebih murah lagi harganya Rp 12.000,-.

"Kenapa harus memakai alat peraga?" Iya semua mengalir saja, meski yang terbersit dipikiranku adalah mendongeng ala jaman dulu saat anak-anak masih kecil, yaitu membacakan buku cerita. Dan nggak ingin mencontoh yang sudah ada misal boneka Si Tongki-nya pak Gatot Sunyoto, atau Si Komo-nya Kak Seto. Aku ingin mendongeng yang nantinya akan menjadi cerita baru karangan sendiri. Ajang mendongeng itu sponatitas ingin menguji nyali dan kepiawaianku berekspresi. Namun bila aku gagal sebagai pendongeng, setidaknya aku sudah punya inspirasi menulis cerita anak-anak nantinya. Maklum dunia anak sudah aku tinggalkan hampir duapuluh tahun yang lalu. Dan aku harus membangun chemistry dengan mereka dan menemukan passion-ku.


"Wow...itu siapa lagi, nampaknya lucu dan menggemaskan?" Oh itu Si Nangki adalah monyet berjambul yang ngerocker, asyik deh. Inspirasi namanya dari nama temanku Nanang. Kalau satunya lagi Si Jamba adalah singa raja rimba. Ceritanya nanti mereka para penghuni hutan rimba merasa kelangsungan hidupnya mulai terancam dengan global warming saat kini. Anak-anak diajarkan mencintai alam, dan dikenalkan budi pekerti dalam pertemanan. Jadi mendongeng yang akan aku ceritakan nanti ada amanah-nya yang dikemas dalam suasana ringan menyenangkan. Bukan sekedar mendongeng Dinosaurus, Timus Emas atau Cinderella, oh bukan seperti itu inginku. Walau nyatanya dihari pertama aku kewalahan saat anak-anak membongkar isi tasku, merebut si Molly dan menciumi si Nessha. Ada yang memelukku dari belakang dan otomatis kerudungku melorot. Bahkan aku hilang arah tujuan mendongengku. Itu semua sebagai ujianku, walau hati nuraniku berteriak, "Tolong akuuuuu....!" Bahkan sahabatku seperti mentertawaiku! Bukan seperti itu, aku masih pemula, aku buta dunia anak-anak meski aku menyukai mereka.

"Lalu, kamu yakin pilihanmu itu?" Maksudnya menjadi guru tetap? Oh, tidak aku nggak ada niatan menjadi guru tetap, aku ini sebagai guru bintang tamu, aku butuh waktu arah kesana. Biarlah ini menjadi ladang ekspresiku, mengusir kepenatkan atas rutinitas hidup. Nanti akan aku jelaskan kepadanya, karena seusai pulang mengajar aku mengalami perang bathin dan aku nggak mau kehilangan diriku sendiri. Aku jangan dibebani dengan peranan guru tetap, itu akan membuat asma-ku kumat dan gula darahku tinggi. Biarkan semua mengalir dulu, nanti kalau itu merupakan sebuah panggilan hati, Insya Allah aku jalani dengan ikhlas. Mendongeng adalah aktivitas baruku, aku masih perlu belajar dan belajar lagi seperti saat aku pertama menekuni aktivitas videomaker dan penulis cerpen. Mendongeng dan melahirkan cerita anak-anak saling bersinambungan. Apalagi ini mendidik anak-anak calon penerus bangsa sebagai generasi muda nantinya. Seorang guru harus memberi contoh yang baik walaupun itu di saat mendongeng yang dibutuhkan mereka happy dan fun.

"Hebat. Kreatif banget !!!" Oya nggak hebatlah aku masih jauh dari itu, kalau kreatif mungkin iya benar. Menjadi orang kreatif itu membuat gairah dan semangatku kembali menyala, jiwa muda berkobar ingin membuat sesuatu yang baru walau bahan yang lama. 4 cerita anak sudah kutulis tangan, belum aku tuang dalam ketikan cerpen. Tetapi, sudah berjibun lagi inspirasi muncul. Mendongeng dan menulis sangat berbeda. namun aku ingin mencoba batas kemampuanku. Sekali lagi ini aktivitas baruku yang sangat membutuhkan ketelatenan, kesabaran dan kekreatifan. Terima kasih buat yang sudah mampir dan membaca, ini adalah curahan hatiku saat menjalani kegiatan baru sebagai ibu guru mendongeng.



Salam,
arie rachmawati






















Sabtu, 13 Juli 2013

Kumenanti Seorang Kekasih by Iwan Fals (rie)

Aktivitasku :



Saya dan Aktivitas (videomaker 2)
Oleh : Arie Rachmawati


Semula saya hanya iseng saat membuat akun di Youtube. Itu kira-kira dua puluh empat (lebih) bulan yang lalu. Setelah itu saya berpikir terlalu meremehkan dan tidak menghargai pilihan saya sendiri, jadi akhirnya berpikir menampilkan sebagian garapan saya dan ini cerita kelanjutannya. Terlalu narsis? 

Sekarang jumlah videoklip di akun itu sudah mencapai lebih duaratus yang diunggah atau di upload, wow itu benar-benar bukan pekerjaan iseng. Jujur saya menikmati sekali sebagai videomaker kelas teri, ha ha ha saya belum pantas disebut sebagai ahli video maker (profesional), karena saya hanya memanfaatkan pemakaian slide show picture yang diambil dari beberapa koleksi pribadi, koleksi teman (tentu mendapat izin dari ybs) dan gambar-gambar di internet sebut saja Google. Ada juga yang belajar memanfaatkan kecanggihan tehnologi dengan mengimport dari tayangan di youtube biasanya adegan 'scene' film, tentu film yang saya suka dengan menggabungkan lagu yang saya suka, melalui pemilihan hati. bagus atau nggaknya ya tergantung selera penikmat pemirsa di Youtube. Setidaknya saya mencoba memadupadankan antara suara dan gambar. Selebihnya kembali ke pemirsa pengunjung Youtube.

Suatu hari saya iseng melihat akun Youtube, ternyata disana ada ruang seperti grafik yang memberi laporan bahwa dari sekian tayangan garapan saya itu ada yang masuk 10 besar viewer terbanyak. Lho, tentu saja saya kaget apa benar laporan tsb. Benar dan nggak benarnya kembali ke admin Youtube saja. Kembali ke topik. Akhirnya saya jadi ingin melihat lebih lanjut lagu-lagu mana saja yang mendapat pengunjung terbanyak. Dan melihat settingan dari Youtube yang selalu menampilkan upgrade terkini, akhirnya saya menyusun lagu-lagu kedalam folder masing-masing.

Ternyata lumayan juga otak-atik menyusun lagu kedalam wadahnya masing-masing dan sejenak melupakan kepenatan tugas  sebagai IRT. Pekerjaan rumah tangga itu sepertinya ringan namun menuntut jam kerja tanpa batas.. Pinter-pinternya membagi waktu, antara hobi dan pekerjaan lainnya supaya nggak stress dan berusaha menikmati hidup dengan cara saya sendiri, yang penting tidak menelantarkan tugas utama dan tidak mengganggu ketertiban umum saja. Lha kok saya malah curhat? Hadeew !!!

Lanjuuutt . . . 
Dalam susunan share setelah mengunggah sebuah video (jenis apapun) dihadapkan pada tiga pilihan yaitu : Public, Unlisted dan Private. Dalam pengunggahan tsb apabila video yang saya upload mengandung konten telah dimiliki pihak lain sebut saja perusahaan rekaman dari lagu tsb, maka dihadapkan dalam dua pilihan, mengakui bahwa itu milik mereka dan satunya bahwa bukan milik mereka. Nggak terlalu ribet andai mengetahui prosedurnya, tinggal klik tanda yang ditawarkan menyatakan 'setuju' dan tayangkan terlayarkan disertai sisipan iklan (biasanya begitu). Namun ada juga yang mengandung larangan ditayangkan di beberapa negara tertentu (biasanya disebutkan), jadi nggak bisa mendunia postingkan tsb. Kebjikasanaannya mereka yang tahu, kalau ini saya kurang paham. Dan yang penting tidak diperjualbelikan, atau dikomersilkan. 

Tujuan awal (baca Saya dan Aktivitas -videomaker1/8-12 2011) adalah ingin menunjukkan kembali ke anak-anak saya (generasi kini) beberapa lagu lawas yang patut didengarkan musik, lagu dan syairnya sangat sarat makna. Tidak seperti lagu kebanyakan masa kini, asal jrang jreng lalu jadi lagu kemudian terkenal, tenggelam dan dilupakan orang. Lama kelamaan menjadi kenikmatan sendiri membuat videoklip selain menjajal tehnologi juga memancing kreativitas dan menghibur diri sendiri karena sambil bekerja bernyanyi-nyanyi, lebih-lebih bila dibubuhi teks lagu, itu sangat melatih daya dengar dan kecepatan mengetik teks lagu. Puas !

Baiklah kini saya susun tangga videoclip 10 Unggulan Terfavorit sering dilihat dari lebih seribu pengunjung Youtube versi Arie Rachmawati sbb :


  1. Bunda by Melly Goeslaw : 38.573 
  2. Sendiri by Tere : 12.656
  3. Kau dan Aku Satu by Keenan Nasution : 6.846
  4. Selamat jalan Kekasih by Chrisye : 3.085
  5. Rek Ayo Rek by Agus Pengamen Jln Sabang : 2.569
  6. Setulus Hatimu, Semurni Cintaku by Arie Koesmiran : 2.244
  7. Fly Away by Peter Allen : 1.828
  8. Menggapai Bintang by Symphony : 1.432
  9. Cinta Putih by Titik Puspa : 1.288
  10. Aku Harus Pergi by Fariz RM : 1.137 ...terhitung hingga 11-7-2013

Itu baru 10 Unggulan Terfavorit, lalu saya menyusun videoclip berdasarkan masing-masing artis/musisi misal Symphony, Fariz RM, Montecristo, Kadri Jimmo the Prinzes, Max Ridgway (Oklahoma), Klaus Kemal Koenig (Breman) dll. Ternyata untuk Symphony tanpa disangka sudah terkumpul 12 videoclip, dan khusus lagu-lagu Fariz RM sebanyak 17.wuuuiiikk buanyak juga, Oh My God !!  

Saya nggak akan mengulas urutan rating per-playlist, tapi saya akan memilih beberapa klip tsb yang menurut saya bagus secara keseluruhan, baik pilihan gambar, sound, effect dan transition sbb :

  1. Selamat Jalan Kekasih by Chrisye
  2. Cakrawala Senja by Daaryl Nasution
  3. Ain't No Sunshine by Max Ridgway
  4. Susie Bhelel by Fariz RM
  5. Bila Saja Kau Di Sini by Fariz RM feat Nuno
  6. Janji Yang Sederhana by Herman Gelly 
  7. Semua Perasaanku by KJP 
Ya hanya 7 saja, selebihnya masuk golongan suka-suka bahkan ada satu lagu 'istimewa' karena dibuatkan khusus oleh seseorang atas request saya kepadanya dan langsung saya buat dua videoclip (2 versi). Untuk susunan gambar mungkin terlalu rame dan satunya terlalu monoton yaitu "That's What Friends Are For by Max Ridgway" tapi bagi saya itu sangat special banget meski nggak pake ceplok telur sih.



Ada pula videoclip antara lain : Bila Saya, dan Fajar Kelabu yang sangat menguras energi, pikiran dan emosi karena saat menyimpan file selalu mengalami kegagalan, setelah bertanya kepada beberapa teman yang memberi solusi akhirnya ditemukan jawabannya dan otomatis lega. Tips yang saya pakai saat sudah menthoq alias jalan buntu, tingglakan saja itu. Nanti bila hati sudah tenang dan pikiran jernih kembali dikerjakan pasti akan menemukan solusi yang tepat, Karena pengalaman semakin diotak atik semakin ruwet akhirnya memancing emosi sendiri. 







Membuat videoklip membuat saya sedikit beken dikalangan beberapa teman dari benua lain. Biasalah awalnya iseng, saya memohon izin membuat klip dengan memakai beberapa foto milik musisi (gitaris) dari Obernbreit - Germany bernama Axel Weiss untuk lagu intrumentalia karya Agus Supriadi /mas Hadhie(kakak kandung) berjudul "How Deep Is Your Love nya Bee Gees, setahun lalu lalu merayap ke musisi (gitaris) dari Oklahoma bernama Max Ridgway, untuk lagu instrumentalia :Final Chapternya Karimata. 1,2,3 dan seterusnya lama-lama lebih sepuluh lagu instrumental karya mas Hadhie itu kelar juga diklipkan ala rie, dengan 4 koleksi foto para musisi luar selain dua diatas itu mereka adalah Helena Paglia Rios (Montevideo-Uruguay) dan
Klaus Kemal Koenig (Breman). Mungkin karena itu saya mendapat kiriman CD-CD dari mereka, dan tanpa disuruh pun tangan usil ini menghasilkan beberapa videoklip untuk lagu-lagu mereka versi saya, tentunya setelah melewati koreksi dan tanda deal siap ditayangkan.

Saya memang senang menulis, termasuk pengalaman menjadi videomaker ini, otodidak dan berani malu, mengakui kekurangan dengan bertanya kepada yang saya anggap mentor dalam bidang ini. Lebih-lebih saat hasil garapan mendapat komentar dari mereka yang benar-benar profesional dibidang ini. Pujian menjadi kian semangat, kritikan yang membangun membuat kian melek akan kelalaian, kecerobohan dan sebagai pelajaran pengalaman. Kritikan pedas yang rada jealous tanpa alasan yang kuat, memang pernah membuat saya down bahkan asma ikutan kambuh mendadak untungnya nggak punya sakit jantung. Jelas sempat malas melanjutkan draft klip yang menumpuk di PC. Namun untungnya saya memiliki banyak sahabat yang support hingga akhirnya saya kembali menekuni ini dan bisa bercerita dalam tulisan.

Senangnya bisa saling berbagi, membuat suasana hati senantiasa riang akan berdampak positif buat kesehatan diri. Rasa semangat tiada habisnya bisa menularkan energi positif untuk sekitarnya dan pertemanan bisa saling bermanfaat. Menyenangkan orang lain, diri sendiri dengan cara saya sendiri adalah wujud dari berkahnya usia. Seperti sambung menyambung rentetan cerita yang bermula iseng dan kebetulan menjadi rutinitas yang menyenangkan. Subhanallah nikmatnya jadi-jadian videomaker. Maturtengkyuh temans yang dibelakang saya menguatkan agar senantiasa bersemangat nekuni ini. Dan Thanks berat buat yang mampir dan membaca tulisan ini. 
Anyway t e r i m a  k a s i h . . . 


(bersambung) ... Saya dan Aktivitas lainnya



Salam,
arie rachmawati