Sabtu, 22 Januari 2011

Montecristo Band


Tatkala Puisi Bersenandung
by Arie Rachmawati on Saturday, January 22, 2011 at 5:58pm





Pertama kali saya mendengar nama MONTECRISTO dan diajak bergabung oleh pianis KJP (Fadhil Indra) sebagai penggemar di group fesbuk sekitar Maret 2010 lalu, benar-benar belum paham apa dan siapa itu Montecristo. Hingga tiga bulan berikutnya nama itu menjadi akrab semenjak mengenal salah satu gitarisnya yang lebih beken dengan nama Keith. Montecristo semakin familiar kala saya menerima kiriman compact disc itu, sekitar pertengahan Agustus 2010 lalu.

Ketika saya membuka cd yang berisi booklet itu, saya sudah jatuh hati pada design grafisnya juga ilustrasi gambarnya yang menarik perhatian saya ketika pertama kali mas Fadhil Indra memamerkan pada saya, bertepatan dengan performance KJP di Balirung UI-Depok, akhir Juli 2010. Entah kenapa saya langsung memesan cd berwarna kuning keemasan itu. Kemudian Keith memperkenalkan saya kepada pak Riza Novara, untuk urusan pemesanan cd Montecristo. Perlahan pertemanan pun terjalin, saya berkenalan pula dengan vokalisnya pak Eric Martoyo, waktu itu Montecristo mengisi acara Solidarity of Rock II di MU Cafe, 7 November 2010. Itulah sepengagal cerita tentang mereka sebagai bentuk proses perkenalan dengan Montecristo.


MONTECRISTO dengan semboyan Life is never ending poem mulai memenuhi pikiran saya, lebih-lebih setelah saya simak lirik untuk Forbidden Song & Garden of Hope bukan karena karya Rustam Effendy atau Keith Rustam yang sangat humoris dan telah menginspirasikan saya untuk menjadikannya sebagai salah satu tokoh cerpen. Tetapi benar, saya merasa kesulitan menterjemahkan lirik berbahasa Inggris itu ke bahasa Indonesia, sungguh My English is Bad. tanpa harus menghilangkan unsur puisinya. Saya mulai mengakrabkan diri dengan kamus, dan berpikir ada semacam pesan yang disampaikan bukan untuk penikmat musik rock saja namun menurut saya pesan untuk negeri kita tercinta ini. "Gilaaa...dan kereen itu orang," gumam saya dalam hati.

Rustam Effendy (gitar) dan Fadhil Indra (piano, keyboards) adalah dua personel di mana saya merasa akrab, di antara para personel Montecriisto lainnya yang terdiri dari Eric Martoyo (vokal),
Alvian Anggakusuma (gitar, backing vokal), Haposan Panggaribuan (bass) dan Keda Panjaitan (drum).

Dalam suatu obrolan thread notes yang ditulis oleh musisi senior yang menjadi pengarah musik Montecristo, saya pernah menulis bahwa Montecristo dari lagu, lirik sangat keren dan berani menyuguhkan sesuatu yang biasa menjadi luar biasa tetapi tetap bagi saya yang seorang ibu rumah tangga biasa terasa berat. Untuk menemukan chemistry dalam hati memaknai arti lirik yang tersirat dibalik kepuitisannya dan di antara sengauan suara vokalisnya membuat saya harus memutar ulang kali. Kerap kali diputar menemani saya saat mengetik, barulah saya mendapatkan soul lagu suguhan Montecristo yang berisi 9 lagu antara lain sebagai berikut :

* Antestral Land
* About Us
* A Romance of Serendipity
* Garden of Hope
* Celebration of Birth
* In Touch With You
* Crash
* Forbidden song
* Clean

Ketika para 6 musisi itu berkumpul memainkan semua alat musik, mengharmonikan semua bunyi-bunyian hingga membentuk setuhan progesif rock dengan bertutur cerita kehidupan yang terjadi dalam bentuk puisi membuat saya yang kebetulan suka menulis cerpen lebih tertarik satu demi satu arti lagu dalam setiap untaian katanya. Illustrasi gambar menuntun untuk lebih mudah menyimpulkan. Mereka sangat inspiratif hingga saya berimajinasi dari dua lagu Forbidden Song dan Garden of Hope itu menjadi satu judul cerpen. Bahkan saat otak saya mulai berloading muncul keselarasan dari sembilan judul lagu yang ditawarkan itu ada benang merahnya. Mereka berani memberikan warna yang berbeda untuk kancah musik Indonesia. Hingga mas Yockie Suryo Prayogo pun dalam catatan fesbuknya pernah menurunkan tulisan berjudul, "Montecristo...mantafjek!" Dan saya membaca promo iklannya di majalah Rolling Stone Indonesia, para musisi dan penulis senior memberi endorsement-nya.

Kemudian majalah RSI pada edisi berikutnya no. 66 Novemeber 2010 menampilkan tulisan bang Denny Sakri mengulasnya dengan judul, "Montecristo, Tak Sekedar Musik Rock" Sebelum itu saya pernah membaca di harian Koran Tempo, 26 Agustus 2010 menurunkan judul, "Sebuah Nama tentang Musik dan Kehidupan" dilengkapi sebuah inteview perdana di gelombang frekwensi 89,2 FM Green Radio pada 18 Agustus 2010, menjadi tumpukan refersensi mengenal lebih dalam tentang Montecristo.

Tentu saja saya tidak akan meningkahi para senior yang saya kagumi itu, karena saya bukan pengamat musik hanya sebagai penikmat musik sehati. Kembali pada niatan semula dua lagu yang membuat saya tertarik. Sebuah lagu terlarang yang dinyanyikan pada taman harapan, serasa sebuah impian yang indah yang dimiliki sepasang kekasih pada masa yang lalu.

Forbidden Song
Word & Music by Rustam Effendy
Arr. by Fadhil Indra


When the clouds are followed by the rain
We feel the pain
When the night is followed by the dawn
We're broken
I miss your smiling face
In the summer breeze with the smell of roses
We've been through all the beautiful day
now they're gone
a lot of laughs along the way
miss the one
there's so much left behind
it made us insane, we'd crossed the borderline
we just turned around
we're not looking vack in the tunnel of time
We should have known this before
but still we've played it for more
and for more...
We were blind to sing along
wouldn't care too much to known
It was just a forbidden song
When the blue goes away
disappears
I could give up all my life
For all of moments we had
For your misery kiss
You just stood around
With your empty heart
With sadness in your face
We should have known this before
but still we've played it for more
and for more
We were blind to sing along
wouldn't care too much to know
It was just a forbidden song
Don't let the love turn to hate
If I an right or if I am wrong
It was just a forbidden song
nothing's wrong...


Lagu Terlarang. Tatkala awan berarak kemudian hujan turun, saat itu kita merasakan luka (pedih).
Ketika malam datang menjelang, sementara fajar menanti menyambut pagi, saat itu cerita kita berakhir.
Aku merindukan wajahmu yang senantiasa tersenyum, terutama pada musim panas di mana hembusan angin meniupkan aroma mawar. Kita telah bersama-sama melewati sepanjang hari yang indah. sekarang semuanya telah berlalu, menjadi kenangan. Mengenang canda tawa sepanjang jalan itu. Aku rindu tawa itu.
Terlalu banyak kenangan yang tertinggal dan itu telah membuat kita semakin gila. Kita bukan memutar balikan waktu hanya sejenak melewati kembali lorong waktu. Seharusnya kita sudah mengetahuinya namun kita tetap masih ingin bermain lagi dan lagi. Saat kita tidak bisa bernyanyi dengan merdu, namun kita tetap saja bernyanyi lagu terlarang itu. Lalu langit biru menghilang dalam gelap. Aku pasrah akan hidupku untuk semua kenangan kita, yang kita miliki. Untuk kelembutan sentuhan bibirmu itu. Tetapi kamu hanya mematung (berdiri tegak) dengan hati yang kosong serta seraut wajah sedih. Aku berharap jangan biarkan cinta itu berubah menjadi benci. Tak peduli benar atau salah ini adalah persembahan sebuah lagu terlarang dan itu tak ada yang salah.

Tentang lagu yang menyimpan kenangan lama penuh romantisme dilatarbelakangi alam yang menggiring pada kisah percintaan yang indah. Saat menulis ini terlintas wajah penulis liriknya yang sehari-hari lebih berasa ngocol namun dibalik itu ternyata ia seorang yang sangat puitis. Mereka adalah pujangga rocker milinium. Dengan kekompakan bersama dalam bermusik maka Forbidden Song hadir sebagai lagu syarat kenangan cinta yang indah tanpa melupakan desiran rocknya.

Berbeda dengan karya berikutnya yaitu Garden of Hope, memotret kehidupan negeri kita sangat pas dengan situasi yang berlaku. Mungkin semacam protes berselubung lewat barisan kata berpuisi yang dikemas dengan sentuhan musik lebih slowly. Berawal dari intro bongo dan konggo menyapa di antara gemerencik perkusi sebagai pembuka lagu.

Garden of Hope
Words & Music by Keith Rustam Effendy
Arr. by Fadhil Indra & Alvin Anggakusuma


It's not all about giving up
It''s not all about surrender
It's not all about losing hope
It's not about feeling hunger
Do not listen to a lunch of those politicians
Who promise everything but give you nothing
Just don't care any dirty game they play
Let us be united just to get away
We are living together in
a garden oh hope hand in hand
The sun is shining and giving us life
Stand up no surrender never give up get it up
Because we are living in land of love
No regret...Not Sadness
Looking up the sky and bright sunny day
Garden of hope is living for us
Let's kick the worries and light for
The best..and get it up
Let us be visited and we light survive
We are living together in a garden of hope
The sun in shining and giving us life
Because we're living in a land of love
Stand up no surrender never give up lets us it up
Because we are living in a garden of hope


Taman Harapan. Ini adalah sebuah cerita tentang taman yang memberi harapan untuk penghuninya.

Taman yang berisi tangan-tangan pantang menyerah untuk kehidupan. Bukan sekedar membicarakan perasaan lapar ditengah kemiskinan yang serasa menjadi tirai yang mampu disibakkan oleh para penguasa negeri. Kalangan diatas sekan mengemban amanah seperti memainkan sebuah permainan yang dengan mudahnya dikendalikan sesuai hasratnya. Ini negeri kita banyak tangan-tangan kecil menggapai untuk kemakmuran hidup.

Biarkan mereka begitu? Dan kita harus bersatu untuk menendang mereka yang hanya mementingkan isi perutnya sendiri. Kita hidup bersama dalam sebuah taman harapan. Mengharap tangan tetap diatas memberi, seperti matahari yang bersinar untuk kehidupan kita. Kita harus tetap tegar berdiri dan harus meraihnya karena kita hidup dengan cinta. Jangan ada kesedihan, jangan ada penyesalan.

Tetap menengadah lah ke langit yang cerah secerah hari penuh harapan. Taman harapan untuk kita. Marilah kita mengusir kekhawatiran itu dan mendapatkan yang terbaik. Marilah tetap bersatu, saling menyapa seperti cahaya yang selalu bertahan terangnya, karena kita hidup bersama di sebuah taman harapan.


Dari 9 lagu saya hanya mampu mengupas 2 lagu saja, selebihnya masih menarik dibahas dengan cara saya sendiri sebagai penikmat musik. Walaupun suguhan lagu "Celebration of Birth" sebagai lagu andalan sempat mengusik saya, namun saya merasa kurang mampu menterjemahkan lagu itu.

Hidup tidak pernah berakhir seperti puisi, hidup ini terasa indah bila semua bisa disyairkan seperti puisi dengan cinta maka dunia bisa dalam genggaman damai.
Untuk Montecristo, tetaplah berpuisi, tetaplah bermusik sentuh penghuni dunia dengan iramamu.
Tatkala puisi bersenandung maka Montecristo siap melangkah menggeridipkan blantika musik Indonesia.


Salam rOck On,

Arie Rachmawati

Selasa, 18 Januari 2011

HUT KPMI ke 5


Jakarta, Sabtu 18 Desember 2010.
Bertempat Manchester United Cafe di gedung Sarinah Lt2,Jl.MH Thamrin no :11 Jakarta Pusat, siang itu cafe yang identik dengan gambar-gambar pesepakbola MU kini disulap dengan berbagai poster dan display piringan hitam dari kumpulan lagu-lagu masa lalu era 60-an,70-an dan 80-an. Bukan saja poster dan display PH namun berserakan pula kaset-kaset dibawah tangga stage. Semarak suasana seakan membawa kenangan kita kembali jayanya lagu karya anak negeri Indonesia.

dr. Rudi Pekerti
Hari itu KPMI punya gawe, merayakan hari jadinya yang ke lima. Masih tergolong balita, atau seusia taman-kanak-kanak, namun langkah yang berjalan tak sebalita usianya. KPMI adalah wadah komunitas yang terbentuk karena seringnya nongkrong sesama pecinta musik Indonesia. Bermula dari obrolan ringan hingga menjadi ajang serius bagaimana menyelamatkan kejayaan lagu-lagu karya musisi/penyanyi/pencipta lagu yang saat itu sangat populer se-Nusantara dan negara tetangga.

KPMI semakin hari semakin banyak anggotanya yang masuk ikut menggabungkan diri ke wadah tersebut. Semula hanya penikmat musik yang usianya diatas 40-50 tahunan sekarang merambah kepada usia dibawah itu. Sayang ketika acara berlangsung banyak anggotanya yang berhalangan hadir,disebabkan berbagai kendala menjelang HUT KPMI ke 5.

Setelah menerbitkan dua buku Musisiku1 dan Musisiku 2 sebagai ajang barometer para musisi yang berkiprah tanah air sejak tahun 1960an hingga 1980an.Kini langkah selanjutnya kiprah KPMI dalam kancah sebuah komunitas di tanah air tepatnya di kota Jakarta pacut diperhitungkan. Semenjak awal tahun 2010 KPMI bekerja sama dengan SCTV dalam program acara " HARMONI" yang ditayangkan setiap tanggal 20 setiap bulannya. Langkah selanjutnya adalah bulan Maret 2010, KPMI digaet oleh panitia Penyelengara Grand Final Indonesia Song Festival 2010, yang diadakan di Ballroom (Ex Djakarta Theater) Jln. MH. Thamrin Jakarta Pusat.

Keberadaan KPMI dalam deretan komunitas yang paling banyak memiliki koleksi kaset atau piringan hitam terbanyak.

Alhamdulillah,Display KPMI tadi malam di acara Indonesia Song Festival,mendapat respon yang baik dari tamu undangan yang hadir..Bahkan Menteri Pariwisata & Kebudayaan,Bpk Jero Wacik memberikan apresiasi terhadap KPMI. (ini dari thread inbox oleh pak Gatot Triyono)

Sudah waktunya kebersamaan itu kian merapat dan bersahabat menyapa jajaran-jajaran lain agar KPMI semakin kian dikenal masyarakat luas bukan hanya sebagian para musisi saja, tetapi jejaringan luas para penikmat musik tanah air. Kini tibalah perayaan Ulang Tahun KPMI digelar. Bahagia sekali saat satu persatu tamu berdatangan dimulai dari seorang pencipta lagu Merantau dan Kerinduan yaitu bapak Jasir Sjam beserta ibu dan cucunya. Tak lama kemudian menyusul si Arsitek Musik begitu sebutan untuk mas Yockie Suryo Prayogo. Semakina bergulirnya waktu semakin membaur musisi,penyanyi dan pencipta lagu dari era 60-an,70-an dan 80-an. Begitu pula para sahabat KPMI dan beberapa teman infotaiment dan media massa lainnya.

Acara dibuka dengan "Basmallah" oleh bapak Gatot Triyono,kemudian diteruskan sambutan oleh mas Andrio Reza Andrio Reza(Ketua Panitia HUT KPMI ke 5) sebagai ketua panitia ulang tahun KPMI ke 5 ini, dan menyusul mas Didik Siswanto
Gatot Triyono
sebagai ketua KPMI turut memberi sambutan dan terakhir mewakili sahabat KPMI yang hadir diwakili oleh bapak dokter Rudi Pekerti. Beliau ini dikenal sebagai penulis lirik lagu dan sahabat,kerabat Nasution dan khususnya Gang Pengangsaan. Lalu dilanjutkan dengan makan siang bersama yang telah disiapkan untuk menjamu para undangan yang hadir diringi musik oleh Audensi Band. Semilir alunan lagu lawas menggiring para tamu disela menikmati hidangan dengan membawa kembali kenangan lama untuk dikuak kembali. Acara selanjutnya adalah memotongan tumpeng sebagai simbol syukur berjalannya KPMI selama lima tahun ini.

Ujung nasi tumpeng pertama diberikan kepada mantan drumer Makara Band yaitu bang Andy Julias,oleh mas Didik Siswanto. Kemudian diteruskan oleh Andrio Reza memberi potongan nasi tumpeng kepada bang Ilham Affan dan diakhiri potongan nasi tumpeng oleh Jose Choa Linge kepada ibu Neneng Salmiah (The Singers).

Tak lama kemudian, penyanyi wanita Arie Koesmiran yang berasal dari kota Sidoarjo Jawa Timur, membawa para undangan kembali mengenang kejayaan lagu-lagunya, disamping itu beliau sangat terperanjat bahwa KPMI masih memiliki/menyimpan poster pertamanya saat usia 12 tahun, dengan gaya remaja memakai rok mini dan gerai rambut hitamnya. Kemudian beliau menghadiahkan tiga lagu berturut-turut, sesekali diselingi canda tawa di antara obrolannya. John yang diciptakan oleh bapak Adriadie, dan kebetulan beliau pun hadir.


JOHN

Cipt : Adriadie


John..John..
Kau bagai gelombang
Ku diam kau datang
Ku kejar kau hilang
Hai..John..John
Daku wanita
Terjatuh kau cumbu rayu 
John..John..
Kejamnya hatimu
Ku diam kau benci
Ku sapa kau benci
Oh John..John...
Tiada satu pun pemuda yang sepertimu
Engkau segala gelombang
Bila ku abaikan dirimu
Engkau menyakitikan hati
Bila Kuharapkan dirimu
Apakah yang engkau inginkan
Apakah yang engkau harapkan dariku...katakanlah.


Arie Koesmiran & Adriadie
Usai lagu John, masih dalam alunan slowly lagu Di Balik Tirai Penjara semakin melarutkan suasana semakin melankolis. Ternyata lantunan lagu Sungai Babylon membuat MU Cafe nampak semarak apalagi mbak Arie Koesmiran menghidupkan suasana cafe dengan mengajak para tamu turut melantai dengan goyangan poco-poco, berakhir dalam tepukan tangan.

Pembawa acara David Tarigan memberi kesempatan pada Geronimo generasi baru yang membawakan beberapa lagu karya bapak Anton Issoedibjo. Mereka adalah Edo Geronimo dan Azrah Anton Iss, usai anak-anak muda yang memberi warna lain perayaan KPMI itu. Kini seorang tamu pertama dan beliau adalah pencipta lagu "Merantau" yang pernah dipopulerkan oleh penyanyi Titiek Sandhora dan diaur ulang oleh Dina Mariana. Beliau adalah Jasir Sjam seorang pencipta lagu dan khusus lagu-lagu Padang, kini
Jasir Sjam melagukan lagunya, dan beliau memperkenalkan diri bahwa istri beliau adalah penulis lirik untuk lagu "Kerinduan" yang pernah di populerkan oleh Bob Tutupoli. Gilir mengilir turut meramaikan suasana ulang tahun adalah sebuah grup band yang sangat mengidolakan KOES PLUS dan KOES BERSAUDARA, mereka adalah B-Flat membawakan lagu-lagu di antaranya adalah "Mari - Mari", "Muda Mudi" membuat para tamu turut bernyanyi bersama.

Macan panggung festival adalah julukan untuk penyanyi bersuara dahsyat yaitu mbak Zwesty Wirabuana hanya menyumbang satu lagu Indonesia dan satunya lagi adalah request dari tamu undangan yaitu lagu milik Diana Ross "When You Tell Me That You Love Me" sangat menggelegarkan ruangan. Disusul kemudian oleh vokalis group band D'LLOYD yaitu bapak Syamsuar Hasyim. Beliau dengan flamboyan-nya memberi suguhan 3 lagu medley Mengapa Harus Jumpa - Titik Noda - Apa Salah dan Dosaku. Penampilan beliau yang masih mempunyai kharismatik membuat para tamu larut dalam lagu-lagu yang dibawakan siang itu.

TITIK NODA

Cipt : Bartje Van Houten


Sore itu langit menjadi gelap
Mendung pun kian merebah
Terdengar tetesan air hujan
Semua menambah kepedihan 
Hujan pun turun semakin deras
Begitu juga air matanya
Dia menangis mengenangkan dirinya yang ditinggalkan 
Kasihnya telah pergi
Meninggalkan titik noda
Tinggalkan dia kini
dengan hati yang kecewa
Hapuslah air matamu
Jangan ditangisi kisah yang lalu
sudah suratan ini terjadi
Jangan sesalkan lagi


Sam D'Llyod
Benny Panbres
Riuh tepukan membuat suasana pun semakin gempita, bahkan bang Oetje F Tekol dan bang Jelly Tobing ikut koor bersama para tamu. Begitu pula saya yang hadir sebagai generasi kedua sempat akrab dengan lagu-lagu tersebut karena seringnya diputar oleh orang tua saya kala itu. Di antara tamu hadir tamu sahabat KPMI yaitu bang , walau dalam masa pemulihan dari sakit dan berada diatas kursi roda tak menyulutkan semangat ikut meramaikan ulang tahun KPMI kali ini. Tamu undangan yang didaulat untuk menyumbangkan suara indahnya adalah penyanyi era 80-an yaitu Dian Pisesha dengan wajah ayunya, menghadirkan lagu ciptaan (alm) Pance Pondaan "Tak Ingin Sendiri" dan "Engkaulah Segalanya Bagiku". Kemudian dilanjutkan oleh seseorang yang lebih dikenal sebagai pencipta lagu era duet maut penyanyi Dewi Yull dan Broery Pesulima, yaitu bang Amin Ivo's (Ivo's Group) Benny Panjaitan (PANBERS)
Eddy Silitonga

Amin Ivo's menampilkan lagu "Bukan Dirimu" dengan arragement reggea yang berbeda dari versi lagu yang dipopulerkan oleh Dewi Yull. Penyanyi berikutnya yang dipanggil oleh David Tarigan sebagai pembawa acara adalah bang "Biarlah Sendiri" ternyata David Tarigan sangat paham dan fasih satu per satu lagu-lagu jaman dulu, bila menilik usianya mungkin belum merasakan ketenaran lagu-lagu yang hadir penyemarak ulang tahun siang itu. Tak ketinggalan pula bang Ade Anwar (PSP/The Crabs) dan disambung dengan penampilan Debby Nasution yang berencana akan membawakan lagu Angin Malam bersama Once terpaksa batal dan digantikan oleh bang Harry Sabar. Penyanyi berambut putih dan masih tangguh vokalnya, saya mengenalnya saat lagu Bayang Pesona merajai tangga lagu di radio saat itu. Waktu kian merambah hingga di ujung acara di meriahkan oleh sentuhan musik rock yang pernah hit dengan lagunya "Semut Hitam" dan "Kehidupan". Masih banyak lagu-lagu dari GODBLESS yang akrab ditelinga para tamu undangan namun cukup dua lagu itu mampu menyihir dan membuat para chief MU Cafe pada keluar dari sarangnya ikut menikmati teriakan bang Jelly Tobing yang menggantikan kehadiran vokalis utamanya bang Iyek atau Achmad Albar. Gebukan pada drum dengan semangat membuat suasana kembali pada masa Godbless merajai panggung konser pagelaran rock tanah air.
Eddy Silitonga membawakan lagu

Keenan Nasution
Mereka adalah Abadi Soesman (keyboard), Teddy Sujaya(drum), Ian Antono (guitars) dan Jelly Tobing (vokal/bass) salah satu wakil undangan dalam bentuk group band yang meramaikan sabtu ceria itu. Dan ditutup oleh penampilan solo dari bang Keenan Nasution yang melantukan lagu "Chopin Larung" ver.2010, sangat santai sekali sambil menyanyi juga diselingi ngobrol dengan sesama musisi seangkatannya.

Benar-benar seperti satu rangkaian pertunjukkan melihat scene demi scene perjalanan panjang lagu-lagu jadul berjaya menggulirkan waktu masa demi masanya. Serasa seperti tak ingin berakhir dan segala puji syukur kehadirat Allah SWT kian bertambah karena acara ulang tahun berlangsung dengan lancar, meriah dan sukses. Bersama untuk ulang tahun KPMI kali ini semoga terulang kembali untuk ulang tahun berikutnya, tentunya dengan banyaknya para penggiat seni yang berpartisipasi. Harapan dan doa senantiasa dipanjatkan semoga kedepannya komunitas ini lebih banyak para pelaku seni khususnya dibidang musik melebur dalam wadah penuh persaudaraan.

Terima Kasih kepada Audiensi Band sebagai band pendukung, para tamu undangan mereka musisi/penyanyi/pencipta lagu juga para sahabat KPMI, para panitia penyenggra yang terkait dan semua anggota KPMI tanpa kerja samanya tak akan mendulang kesuksesan ini.


Salam,
Arie Rachmawati




DAFTAR TAMU YANG HADIR :


- Neneng Salmiah (The Singers)

- Arie Koesmiran

- Dian Pisesha

- Zwesty Wirabuana

- Maya Angela

- Helly Gaos

- Waty Siregar

- Uce Anwar

- Dina Mariana

- Dotty Amalia

- Nuning & Yayuk ( Nidya Sister )

- Yockie Suryo Prayogo

- Oetje F Tekol

- Harry Sabar

- Ian Antono

- Jelly Tobing

- Teddy Sujaya

- Amin Ivo's

- Erwin Harahap (The Mercy's)

- Ade Anwar (PSP/The Crab)

- Benny Panjaitan (Panbers)

- Syam D'lloyd

- Andy Julias Makara

- Debby Nasution

- Abadi Soesman

- Keenan Nasution

- Ronny Harahap (Guruh Gipsy)

- Darma Purba (Rhtym Kings)

- Maxi Mamiri

- Jasir Sjam

- Rudi Pekerti

- Adriadie

- B'Plus

- Gatot The Disc

- Edo Geronimo - Azrah Anton Iss.

Minggu, 16 Januari 2011

Ulang Tahun Edo


Lucunya YoAnDo
by Arie Rachmawati on Monday, January 17, 2011 at 7:50pm



Jambi, 16 Januari 1994 (23:30 wib)

Saat pertama mengetahui saya hamil anak ketiga benar-benar tidak merasakan rasa ngidam seperti saat mengandung dua anak sebelumnya yaitu Ryo dan Ryan. Selama mengandung sembilan bulan itu dalam bermunajah doa selalu saya panjatkan semoga bayi dalam kandungan ini kelak lahir seorang bayi laki-laki. Meski hasil USG menyatakan akan lahir seorang budak betino (putri) bukan seorang budak jantan (putra), tetapi saya lebih yakin pilihan Allah adalah yang terbaik, yang penting lahir dengan selamat,lancar, dan sehat.

Seperti 17 tahun yang lalu, hari itu Minggu siang seusai menikmati lezatnya buah durian pada musim durian, rasa perut mules pun menggoda dan setelah tiba di rumah sakit bersalin St.Theresia Jambi, ternyata rasa sakit itu berlalu seakan larut dalam kelelahan tiada tara. Seharian yang melelahkan dimana pagi itu Ryan baru bisa berjalan sendiri masuk usia 15 bulan dan kakaknya Ryo ( 4thn,1bulan) sudah duduk di bangku sekolah dasar di daerah The Hok Jambi. Kehadiran Edo atau Ardianto Ridho Putra menjelang pergantian waktu tanggal 17 Januari adalah pelengkap keceriaan tawa-tangis anak-anak dalam rumah nan jauh dari sanak saudara di pulau Jawa. Kehadiran Ridho/Edo melengkapi angan dan harapan memiliki tiga putra dan timbul inspirasi menyebut ketiganya dengan sebutan YOANDO

Tidak seperti Ryan semasa bayi yang susah tidur, Edo bayi lebih tenang cukup diputarkan musik pengantar tidur maka larutlah ia dalam mimpi. Itu cerita semasa bayi hingga mulai belajar berjalan dari merangkak ia tergolong paling aktif atau bahasa Jambi-nya adalah lasak nian itu budak. Benar Edo yang semula bayi tenang, tidak rewel meski pernah keliru memberi sebotol susu yang semestinya untuk kakaknya malah ia tidak mengalami sesuatu yang dikhawatirkan, seperti murus atau rewel. Edo kecil malah seperti tersihir dan lelap dalam tidur yang mengasyikkan. Namun beberapa tahun setelah mulai mengenal sekolah tepatnya taman kanak-kanak, mulailah banyak cakap, protes dan rada cererwet.
Umur 5 tahun udah berani di sunat lho...
Dari YoAnDo yang tampil berani untuk urusan khitan, Edo-lah yang mendapat Award. Pada usia 5 tahun masih di taman kanak-kanak, saat liburan sekolah minta di khitan. Tanpa ditemani saya yang kali itu harus mengurusi dua kakaknya, Edo berdua saja dengan papanya melakukan perjalanan ke Bandung, tempat khitan di jalan.By Pass Soekarno Hatta Bandung. Ia berharap setelah itu akan mendapatkan sepeda beroda tiga.

Itulah Edo kecil tumbuh sehat, berkulit agak gelap dari kedua kakaknya tetapi pemberani. Nah, mulailah ia banyak beraksi dengan sebagai pecundang mengganggu kedua kakaknya yang tampil rada kalem. Lebih-lebih Kak Yo sering dibuatnya menangis,tentunya banyak mendapat marahan dari saya. Meski terlahir sebagi anak bontot alias bungsu namun keadilan saya tegakkan. Setiap sesuatu baik makanan atau mainan selalu mendapat porsi yang sama. Siapa yang nakal, usil akan mendapat hukuman, terutama bagi YoAnDo yang tidak mematuhi peraturan yang telah saya buat seperti jadwal bermain game, mencuci sepatu, mencuci tas sekolah bila hari minggu tiba. Mengenai hukuman untuk anak-anak bukan hukuman fisik melainkan terkurangnya jatah waktu untuk bermain game PS (one) atau berkurangnya uang saku yang menjadi ladang untuk menabung dan mereka akan membeli sesuatu yang telah diinginkan.

Mereka pun hadir sebagai anak yang patuh bila tiba saatnya mengaji tiba selalu duduk manis walau kadang seraut wajah lelah hadir menyelinap. Lebih-lebih kala bulan Ramadhan datang untuk berpuasa juga tadarusan, menjadi ajang yang ditunggu karena siapa yang rajin datang dan mengaji tadarusan akan memperoleh bonus dari bapak DKM masjid. Bersyukur masa kecil mereka hidup di Jambi yang jauh dari hingar bingar namun akrab dengan surau menjadi bekal yang Insya Allah akan berguna saat ini juga mendatang. Percakapan ala Upin dan Ipin membuat anak-anak suka bernostaligia saat tinggal di Sumatra.

Bertambah usia, Edo pun sudah tidak mengganggu kakak-kakaknya lagi. Ia lebih suka membaca Doraemon, Detektif Conan, bahkan buku favorit bersama yaitu Tiga Anak Babi pun dibaca sendiri sambil senyum-senyum sendiri. Kak Yo dan Edo hampir memilki kesamaan dalam hobby, mungkin dalam naungan zodiak yang sama Capricornus. Lebih banyak mengaluangkan waktu di dalam rumah. Dan sangat berbeda dengan Ryan seiring waktu berjalan, Ryan yang semula pendiam sekarang malah sering melakukan aktivitas di luar rumah bergabung dengan beberapa teman barunya setelah kami berpindah tempat menempati rumah sendiri di daerah Sipin (STM Atas).

Sejak masih di Jambi minat akan urusan dapur pun sudah nampak sejak menginjak bangku sekolah dasar, mungkin sebagai anak bungsu yang sering banyak waktu bersama saya di dapur akhirnya sedikit demi sedikit paham urusan dapur. Edo bisa membuat dadar telur dan pisang goreng makanan favoritnya bisa melakukannya sendiri. Suatu hari saat saya asyik mencuci pakaian dengan tenaga manual, Edo kecil dengan sepeda kesayangannya bergegas menghampiri saya, seraya berkata,"Ma cepetan ke rumah Bu Hakim ada Ibu-ibu pada ngumpul, ada panci ajaib, Ma."

Katanya lagi panci itu bisa bikin kue, bisa bikin masakan, enak cepat dan ajaib. Selain itu bila Edo diberi tugas yang berhubungan dengan rumah tangga lebih tanggap dibanding dengan kedua kakaknya. Saya pun merasa tenang saat meninggalkan rumah bila ada Edo di rumah, pasti sebagian pekerjaan rumah tangga seperti mengangkati jemuran atau menyapu pasti beres. Bukan berarti kedua kakaknya tidak peduli. Mereka peduli dan perhatian pada porsinya masing-masing. Itulah YoAnDo harus tahu apa yang akan dikerjakan bila saya jatuh sakit. Mereka saling berbagi walau kadang terdengar suara-suara kecil ribut memilih pekerjaan teringan. Setiap anak memilki karakter yang berbeda meski dilahirkan dari satu rahim yang sama.

Bertambah umur, ternyata Edo tidak begitu sehat seperti perkiraan semula. Dari YoAnDo ternyata Edo-lah yang mewarisi penyakit asma saya, selain itu sekitar 2006-2007 Edo menjadi pasien RS.Harapan Kita karena ada masalah dengan jantungnya yang baru diketahui setelah duduk di bangku sekolah menengah pertama di Bogor. Bukan kami berduka namun malah bersyukur bahwa penyakit itu cepat diketahui dan segera diatasi dengan berobat berjalan setiap hari Selasa selalu kontrol ke Jakarta.

Banyak pengalaman yang didapat dari belajar sabar saat kemacetan atau menunggu antrian panggilan yang ternyata banyak sekali anak-anak dibawah usia Edo yang menderita penyakit jantung lebih berat.Meski Edo sudah SMP tapi masih digolongkan usia anak-anak.
Wajah-wajah mungil pias tanpa warna kulit yang cerah menghiasi ruang tunggu.
Wajah-wajah pucat pasi itu ada yang berceloteh, ada pula yang larut dalam rintihan karena mengalami beberapa kali operasi sejak dilahirkan. Bertukar cerita sesama orang tua mengurangi beban bathin dan menjadi ladang inspirasi untuk saya. Kadang kami bertemu kembali dengan pasien yang senasib itu-itu juga, hingga seperti jumpa kawan lama dan tentunya menanyakan kondisi masing-masing hasil dari pengobatan berjalan.

Waktu itu ibu dokter yang menanggani bernama dr.Poopy tiba-tiba dikunjungannya yang sekian kali menyatakan Edo sudah baik dari semula, dan kontrol bisa dilanjutkan dengan dokter setempat. Alhamdulillah. Hikmah dan kaya pengalaman yang pastinya dan Edo bukan tipe anak yang berkecil hati karena selama dalam perjalanan tempuh Bogor-Jakarta kami berdua selalu tak lepas dari gelak ketawa. Ia selalu bilang pada saya bahwa," Mama itu lucu."

Begitu pula saat beberapa waktu lalu Edo mengalami musibah terjatuh dari motor dan mengalami beberapa luka dan memar dan sempat ada jahitan di dahi kirinya. Melihat kondisinya yang sangat berbeda sekali dengan Edo kecil gemuk dan nggemesin, Edo remaja kurus dan nyaris tulang belulang saja dengan banyaknya luka di sana-sini, sangat memprihatinkan. Namun sekali lagi two thumbs buatnya karena tak nampak wajah sedih. Saya pun selalu mengingatkan bahwa rejeki dan musibah itu datangnya dari Allah dan kita tidak boleh berburuk sangka kepada-Nya. Bila kita berserah diri dan ikhlas semua akan cepat berlalu dan dalam sakit pun tak lepas dari senyum dan tawa. Berbahagia-lah Edo yang banyak memiliki banyak teman, dua kakak yang sangat sangat sayang dan humoris, karena hidup tanpa saudara dan teman adalah sepi dan gersang.

Walau tanpa kue tart, tanpa kado, dan pernak-pernik ulang tahun serta seremonial seperti waktu tinggal di Jambi dulu, namun setiap hari tetap sebaris doa mengalir. Kemarin, hanya nasi gemuk (uduk) dan lauk pauk sederhana dan es coktail cukup meramaikan jadwal les private yang kebetulan bertepatan dengan ulang tahunnya, saya rasa cukup menghibur.

Hanya kepada-Nya kita panjatkan segala pinta dan semoga ulang tahun kali lebih banyak bermunajah mengingat ujian demi ujian sudah diambang pintu. Dan kenangan meniup lilin bersama YoAnDo seperti tahun-tahun yang berlalu tinggallah cerita yang akan menjadi kenangan berharga. Saya bersyukur memilki anak-anak yang kadang waktu menjadi teman bicara seperti sahabat, tanpa mengurangi kadar jalinan seorang ibu kepada anak-anaknya. Mereka adalah anak-anak yang dengan lucu dan kenakalannya masing-masing dan kini menjadi kenangan indahnya masa kanak-kanak itu. Sekarang ketiganya pada proses mencari jati diri. Dua kakaknya tengah menimba ilmu di perantauan, menyusul Edo nantinya. Berjuang meraih cita-cita untuk bekal menyosong masa depan yang gemilang. Semoga...

Sekali lagi buat Edo anak bujel-ku :

Selamat Ulang Tahun
SmOga menjadi anak yang sholeh,
sehat dan selalu dalam lindungan Allah
Jangan lupa bersyukur dalam keadaan lapang dan sempit. dalam suka dan duka
Dan..smOga tercapai segala angan,cita dan mimpi-mu
PF : 16 Januari 1994-2011


Salam,
mOther