Kamis, 25 September 2014

Menikmati Waktu (3)


Saya dan Benang Rajut
Oleh Arie Rachmawati

crochet by arie rachmawati


Merajut adalah hobi terbaru dalam kurun waktu hampir satu tahun ini, terhitung sejak 5 November 2013 lalu saya merampungkan satu rajutan tas selempang dalam hitungan 24 jam.
tas selempang karya perdana
Hebat yang memaksa. Itu adalah efek dari semangat yang dahsyat supaya bisa merajut setelah melihat postingan gambar di akun +Pinterest. http://www.pinterest.com/riearierie/my-project/  Berawal dari sini http://www.pinterest.com/riearierie/beautiful-crochet-3/http://www.pinterest.com/riearierie/beautiful-crochet-3/ yaitu menyusun gambar chrochet (karya orang lain) sehingga terpancing keinginan untuk bisa merajut, walau modal nekat. Seingatku dulu sewaktu sekolah dasar, pernah mengerjakan satu kali ketrampilan tangan untuk anak perempuan yaitu membuat syal dan setelah itu tidak pernah lagi, karena saya lebih tertarik menyulam taplak meja.


Merajut masa kini banyak model/gaya, beragam tutorial di Youtube, semarak pola di Google dsb, semakin banyak gugling semakin banyak yang didapat free, otomatis keinginan merajut semakin menggebu. Alhamdulillah perjalanan waktu hampir setahun ini ternyata membuahkan banyak rajutan, meski (mungkin) hasilnya belum termasuk bagus, sebagus tangan trampil para perajut lainnya, setidaknya aku berusaha untuk bisa.

Otodidak
Otodidak
Hampir semua kegiatanku berbau seni berangkat dari otodidak. Belajar tidak mengenal bangku sekolah dan waktu. Belajar memerlukan keseriusan dalam pelajaran apapun itu. Seperti halnya membuat videoclip versi window movie maker, merajut pun dimulai dengan hasil yang ala kadarnya. Hasil rajutan sesuai kemampuan antara kontak pikiran, hati dan tangan. Seringkali sudah seperempat perjalanan merasa kurang sreg kemudian digerai lagi dari awal. Beberapa kali hal itu terjadi alias bongkar pasang hingga mencapai hasil yang sesuai keinginan hati. 

Jurus Kardi. 


Grany Square
Chevron
Entah kenapa saya lebih menyukai rajutan syal (scraf) sehingga tanpa disadari saya menciptakan jurus kardi. Istilah kardi ini diambil dari obrolan sehari-hari dalam keluarga besar Jember. Kardi singkatan karapa dhibik (bahasa Madura) atau kerepe dhewe (bahasa   Jawa) artinya semau gue, suka - suka saya. Otomatis karena kemauan sendiri jadilah pekerjaan itu cepat dan rampung. Terciptanya jurus kardi itu karena tayangan di tutorial Youtube namun saya kurang memperhatikan karena perhatian terbelah antara ke layar PC dan kosentrasi tanganku sendiri. Nyasar-nyasar akhirnya menemukan jurus sendiri untuk hasil rajutan syal atau scraf jaring - jaring. 

 
Untuk mengingat jalan jurus kardi, saya segera mengerjakan syal baru dengan jurus yang sama hanya beda benang dan teknik penyambungan dua benang (bahkan lebih) yang berbeda untuk hasil yang berbeda pula. Salah satu syal tsb diatas sudah berada di negeri Paman Sam. Bicara soal jurus kardi pun sempat membuat kepalaku pusing tujuh keliling, karena keasyikan merajut bentuk bulat yang nantinya akan dibuat bed cover. Ternyata untuk arah kesana harus dimulai dengan pola yang disebut Grany Square, sedang hasil rajutan sudah banyak berbentuk bulat dan akan dijadikan kotak (square) terhitung agak ruwet. Hal ini sempat membuat Ch. Nugrohorini turun tangan, semenjak lepas SMF kami belum pernah bertemu lagi namun urusan rajutan serasa saya bertemu dengannya setiap saat dalam grup Crochet yang isinya hanya kami berdua. Saya sempat down, dan malas mengerjakannya namun ingat bahwa rasa malas harus segera diusir dan semangat kembali membara alhasil jadilah Grany Square pertama kali. Belajar dan belajar, masih setia mengikuti tutorial di Youtube, akhirnya bisa membuat rajutan versi Chevron.

 
Teman Sehati.

Belajar breien di Craft & Co Bandung
Merajut biasanya lebih identik dengan kegiatan nenek - nenek. Bahkan beberapa temanku bilang saya sudah mempersiapkan menjadi nenek. Menurutku itu pendapat yang tidak kreatif, karena setiap nenek belum tentu bisa merajut. Apakah kita harus menjadi nenek dahulu trus meraih haken untuk merajut?. Giringan waktu akan menjadikan kita sebagai nenek atau kakek sesuai kodrat alam. Menurut pendapat pribadi bagaimana kita bisa memanfaatkan waktu dengan kegiatan yang positif dan bermanfaat. Kini merajut menjadi pilihan, selain membuat video, menulis cerpen dan melepas kegiatan mendongeng yang dijalani hanya setahun.

Teman sehati sesama hobi merajut hanya segelintir saja. Berbagi ilmu, jarak jauh melalui postingan facebook atau BBM, What'sApp adalah sarana penunjang semangat tiada akhir. Sebut saja jeng Adwi Hitachi, tètèh Sofianty Cahyani & Dian Suratri (sesama fans Fariz RM dari KFFRM), Ch.Nugrohorini (teman semasa SMF Madiun '87), Melani Wijaya (teman semasa SMPN 1 Jember '84), mbak Laksmi Mayang (kakak sahabatku Niken Sn) dan Ika Ambarwati (adik iparku di Solo), mereka adalah teman berbagi cerita urusan merajut. Sharing ilmu jarak jauh ala sosmed. Selain mereka ada pula beberapa teman bercakap jarak jauh yang berminat soal rajutan sebut saja Paulie Sanjaya (Seattle), Ari Purwandari (Bekasi), Bert Wiersema (Belanda), Shelly (Gresik) dan mbak Uthe (Yogyakarta).

Ada juga sekumpulan perajut tetapi mereka berada di Jakarta di suatu tempat, aku ingin bergabung dengan mereka namun ada kendala jarak dan waktu yang belum pas. Suatu saat saya bisa memenuhi ajakan mbak Harjuni penggerak sesama perajut. Beberapa waktu lalu, seorang kenalan di facebook menyarankan untuk menyukai sebuah halaman (khusus perajut) lalu aku menemukan tempat rajutan tsb bernama Lady Corner di Bogor, sayangnya pas kunjungan kesana sedang tutup hingga saat ini saya belum lagi melihat suasana tempat rajutan tsb. 

Hijab Galon Pinky berenda 3 (gaya 2)
Soal hasil rajutan, beberapa teman dekat sudah menaksir hasil rajutan ini, bahkan memesan. Namun, sementara belum bisa memenuhi keinginan mereka apalagi hendak dijual untuk umum karena belum menemukan label nama yang pas untuk rajutan ini. Insya Allah kedepannya semoga kegiatan ini selain bermanfaat untuk diri sendiri, nantinya bisa juga mengisi tabungan  dengan pundi-pundi rupiah. Amin YRA. Sementara cukup dinikmati dan terus berkarya.


Spotlight Singapore Plaza

bagai di negeri benang
Jut merajut, tiada hari tanpa merajut. Senantiasa bersemangat walau terkadang kondisi tubuh tidak bersahabat atau dalam perjalanan keluar kota. Saat melangkahkan kaki ke negeri singa putih Singapore, keinginan yang terpendam adalah membeli benang rajut import sudah kesampaian. 

Alhamdulillah, ketika itu Senin 21 September 2014 lalu, disana banyak nian benang rajut dengan beragam diskon. Jauh hari aku mencari info tentang toko Spotlight melalui Google, dan begitu tiba di Singapore Plaza segera menyapu bersih deretan rak-rak yang menjulang tinggi berfungsi sebagai sekat ruang. Segala jenis bentuk ketrampilan (prakarya) tersedia disana, sampai urusan kain jahit menjahit pun ada lengkap dengan persediaan kain. Tujuan utama adalah 'benang rajut'. Wow ! Gulungan benang rajut dari yang termurah dengan harga 3$S (kurang lebih 30 ribu) hingga harga termahal, aku nggak berani melihat angka dolar Singapore yang tertera di labelnya. Sementara harga benang rajut import di Indonesia tepatnya di gerai berkelas bisa mencapai sekitar 3-5 kalinya harga disana. Berbagai jenis benang dari warna tunggal, warna sembur membuatku klepar-klepar. Pilih dipilih jadinya malah bingung, waktu yang singkat hanya diberi paling lama 30 menit, membuatku segera bertindak menentukan pilihan. Setelah itu aku dan keluarga melanjutkan lagi perjalan ke arena sirkuit F1 yang terletak di sekitar Marina Bay.(Baca : Menikmati Waktu (2) F1 Grand Prix di Singapore 2014) http://rachmarie-riritemaram.blogspot.com/2014/09/menikmati-waktu-2.html


Menemukan benang rajut dan pola rajutan itu bagai perompak bajak laut menemukan harta karun, serasa mata berbinar - binar memancarkan cahaya terpendar warna pelangi. Saat bertukar cerita dengan Ch. Nugrohorini ternyata mempunyai banyak kesamaan dengan saya, sama - sama bahagia tak terlukis kata saat bertemu benang-benang itu. Ngobrol-ngobrol soal benang ternyata di Solo harga benang rajut katun terbilang sangat murah, seperti bulan Juni 2014 lalu aku ke Solo, memborong benang yang nilainya separuh harga di Bogor. Ngomong soal benang lagi, kadang ada murah atau mahal bila berhasrat tak terbendung toh akhirnya benang incaran pun terbungkus juga. Satu per satu benang pun memenuhi raknya, dari sedikit menjadi banyak. Keinginan membeli benang rajut memotivasi untuk membuat rajutan bentuk lainnya dengan warna yang memang terbatas. Saat ini yang sudah tersedia hijab (tutup) galon, tatakan mug, peci sholat, bed cover (dalam proses). Di dalam tas selalu ada satu, dua rajutan yang belum selesai penggarapannya. Proses kreativitas yang belum usai, selalu berlanjut dan berlanjut lagi.

Alat Merajut dan Membaca Pola.

Alat merajut
Setiap perajut nggak lepas dari itu begitu pula dengan saya. Minat untuk merajut, membawaku belajar mengenal alat, benangnya juga membaca pola. Alat merajut yang saya punyai ada dua yaitu haken dan breien. Sementara memahirkan tangan dengan haken yang biasa lalu melatih beberapa kali menggunakan breien. Ternyata haken pun ada nomornya, setiap nomor ada kegunaan masing-masing. Untuk membuat syal (scraf jaring-jaring) saya menggunakan haken nomor 7 merk Tulip, dan saat membuat hijab (tutup) galon menggunakan haken nomor 4 merk Tulip. Selain haken merk Tulip ada juga merk Rose, yang kedua ini harganya lebih terjangkau dan cukup untuk pemula. Haken banyak digunakan perajut pada umumnya, namun breien biasanya digunakan perajut Eropa yang sering kita lihat di adegan film-film Hollywood. Belajar untuk bisa menggunakan breien menurut saya harus mahir menggunakan haken dulu, karena tingkat kesulitannya tinggi. Awal belajar breien, sekitar bulan Maret 2014 lalu ditemani sohib Ari Purwandari di sebuah toko benang D'Craft di skywalk Pondok Indah Mall, dengan membeli benang dan alatnya maka mendapatkan free belajar menggunakan breien. Untuk memudahkan maka saya sengaja merekam video tutorialnya dari pegawai tokonya, namun baru akhir-akhir ini saya bisa menggunakan alat itu dan hasilnya masih dalam proses. Hal itu pun berlaku sama saat saya membeli benang di Bandung (pencarian lokasi masih memakai Google), untuk mendapatkan free dengan berbelanja di toko tsb dengan nilai tertentu. Menyenangkan sekali saat saya mendapatkan kesempatan free tsb berturut-turut sebagai latihan merajut baik memakai haken maupun breien.

Breien
Kini yang menjadi kendala adalah membaca pola, meski ada pola dalam buku rajutan yang saya beli, namun kegagalan pun sering terjadi, sehingga kembali ke jurus kardi adalah andalan utama. Plus minus dari jurus kardi adalah plusnya tidak ribet dengan menengok buku panduan, minusnya saya sering lupa jalannya, maklumnya namanya pemula dengan sejuta impian. Alon - alon asal kelakon mungkin itu jurus jitu sebagai semangat diri yang menghibur. Alhamdulillah dengan merajut menjauhkan dari stres, lebih sabar dan membuat saya lebih tekun menyimak siaran radio daripada melihat tayangan televisi. Berbagai stasiun radio yang banyak memutar lagu-lagu terkini & nostalgia dan pada jam-jam tertentu pun tak luput menyimak tausiah dari radio islami di Bogor maupun radio² lainnya, dengan merajut bisa bersholawat, berdzikir semoga atas izin-Nya dibarengi semangat '45 Insya Allah impian demi impian menjelma nyata. Bila ada kemauan disanalah ada jalan.  


Terima kasih buat temans yang sudah membaca tulisan ini, juga yang suka nge-like postingan rajutan di wall facebook, juga temans yang suka mampir berceloteh, semua itu sebagai semangat diri sebagai perajut pemula. Buat yang berminat, jangan mudah putus asa, meski nanti tanganmu akan merasa tebal dan pegal-pegal kedua lenganmu anggap itu sebagai pemanasan tubuh. Merajut itu melatih ketelitian, kesabaran dan setiap hasil dari para perajut selalu beragam meski model dan pola yang sama, yakinlah bahwa itu hasil karya seni kita yang termanis dalam hidupmu. Buatlah harimu dengan satu karya rajutan tercantik. Selamat belajar dan teruuuusss s e m a n g a t. Terima kasih.



Salam, 
Arie Rachmawati

GALERI  CROCHET 
by Arie Rachmawati
Scraf mlungker-mlungker jurus kardi


Peci sholat untuk suami
4 Syal Jaring-jaring
Pemanis dasbord & Topi mungil Beruang
Tatakan Mug

Tatakan Mug
Tatakan Mug

Bunga pertama

Scraf pertama versi jaring-jaring
Scraf & Peci satu stel
Buku Crochet Koleksi Pribadi


Rabu, 24 September 2014

Menikmati Waktu (2)




Oleh Arie Rachmawati



Minggu, 21 September 2014 

Hari yang dinanti tiba, pagi dini hari bakda sholat Subuh, Kak Yo bersiap keluar dari penginapan, menuju lokasi penukaran tiket di tempat yang telah ditentukan panitia sesuai jenis pembelian tiket F1 yang berdasarkan kelasnya. Untuk mengantisipasi kemungkinan, Kak Yo memberi wejangan dengan menunjuk ke peta. Jika sampai jam yang disepakati, ia belum tiba, maka kami berempat harus segera meninggalkan penginapan dan bertemu dititik temu yaitu di stasiun City Hall. Sambil menunggu waktu, saya dan suami sudah siap, tinggal menunggu Ryan dan Edo, ternyata Kak Yo kembali ke penginapan lebih cepat dari prediksi. Ia membawa 5 tiket F1 dan 5 kartu transportasi yang berbeda dari yang sebelumnya. Kartu transportasi ini bisa digunakan untuk pemakaian angkutan umum baik bus maupun MRT dengan jangka waktu 3 hari dari masa pembelian kartu tsb. Terhitung murah karena dengan 26 $S kita bisa naik turun angkutan umum yang tesedia, berapa kali gesekannya, karena yang dihitung adalah hari pemakaian. Jika kartu dikembalikan akan mendapatkan uang ganti sebesar 10 $S. 

Setelah menempuh perjalanan dari penginapan Lofi Inn Hamilton masih mampir kesana-kesini, akhirnya tiba di arena sirkuit. Disinilah inti cerita itu bernadi. Bagi pembaca yang ingin membaca cerita sebelum ini silahkan buka : "Menikmati Waktu (1) Backpacker in Mission".  
 http://rachmarie-riritemaram.blogspot.com/2014/09/menikmati-waktu-1.html 


Kata kakak saya (Agus Supriadi Hadhie), penyelengaraan F1 di Singapore ini tergolong mahal, dan dikenal dengan sebutan night circuit atau Night Racing. Selain tujuan utama balap mobil, panitia juga mendatangkan penyanyi kelas dunia. Ada juga bintang tamu lainnya pengisi acara jadi bukan sekedar ajang balapan mobil. Jenis tiketnya pun beragam, untuk kelas ekonomis berwarna merah jambu dengan harga 188 $S lebih banyak peminatnya karena termasuk murah meriah. 

Kesempatan untuk melihat penyanyi dunia yang menjadi headliners adalah  Mayday, Robbie William, Jennifer Lopez, John Legend dan Ziggy Marley sudah menempati pos panggung masing - masing sesuai zonanya. Sajian berupa workshops, International Musicacts, Roving Artistes, Illusionists, dan Theatrial Performances melengkapi gemerlap tahunan F1 2014 putaran ke 14 di Singapore. Mereka siap menghibur penonton sejak tanggal 19 - 20 - 21 September 2014. Pembagian zona menjadi empat, semuanya info lengkap tertata dikatalog yang berada dalam kantong tiket F1. Keempat zona ditandai dengan warna yang berbeda. Melihat katalognya tempat kami berada di zona 4, sedang start dan finish-nya pertandingan berada di zona 1. Pembagian Gate ada 10 dan kami harus teliti melihat peta sirkuit agar tidak salah jalan. Tertulis di katalog sbb : Zona 4 ; accessible to all ticketholders.


   Gate 6 - Gate 3 - Zona 4


Setibanya di tempat tujuan yaitu Gate 6 setelah keluar dari gedung Raffles Place, dengan pemeriksaan sangat ketat dan berlapis - lapis bahkan sampai harus buka ikat pinggang untuk kaum Adam, sedang untuk kaum Hawa isi tas digeledah dengan seksama oleh petugas perempuan.Usai melalui itu kami masih berjalan   
dan berjalan lagi, melewati jalan yang dibawahnya nampak patung Merlion terkenal itu. Jalan penghubung ke arah patung tsb sengaja ditutup rapat, jadi bagi pengunjung yang sudah berada dibawah sana pastinya melalui akses lain. Bersamaan itu parade mobil antik melintas di jalan raya, dalam hitungan detik bersamaa para penonton pun merekam. Tujuan kami bukan kesana, melainkan ke The Padang yaitu sebuah padang rumput yang luas dan terdapat ada dua panggung. Panggung utama yaitu Padang Stage dan diujung lainnya Coyote Stage. Panggung utama dengan layar monitor super raksasa akan menyiarkan tayangan untuk penonton yang malas berdiri menyaksikan arena  balapan. Selain itu layar tsb nantikan akan menyiarkan aksi panggung penyanyi Jennifer Lopez. Sebenarnya saya ingin sekali melihat perform-nya John Legend yang nge-hit lagu All Of Me, tetapi tempatnya sangat jauh yaitu berada di Zona 1, sementara tenaga sudah kembang-kempis, kaki pun mulai terasa pegal-pegal.


The Padang
Fan Zone
Coyote Stage
Selama perjalanan menuju Padang Stage itu banyak moment yang bisa diabadikan kamera masing - masing dengan bidikan yang berbeda . Di antaranya terlihat parade bendera pendukung Ferrari. Terbentang lapangan nan luas sekali, rumput menghijau, bertabur para penonton menggelar tikar atau alas untuk melepas lelah, namun tiada nampak satu pun sampah tercecer merusak pemandangan. Kedisplinan masyarakat setempat yang sangat patuh pada peraturan layak mendapatkan sepuluh jempol. Hal ini sangat bertolak belakang dengan di Indonesia bila ada keramaian massa selalu meninggalkan sampah dimana - mana. Saya sangat kagum, seluas itu tempatnya, sebanyak itu penontonnya dari manca-negara kenyamanan terjaga. Fan Zone, adalah tempat atau arena yang terbatas pagar dengan penjagaan yang ketat adalah area untuk penonton yang ingin menyaksikan di depan layar raksasa tsb. Untuk mencapai tempat di depan itu bukanlah hal mudah, selain harus sabar menanti, juga harus rela memberi tempatnya bila kita sudah bergeser seperti ingin membuang air kecil dsb. Saya pikir kami akan standby sekitar Padang Stage, namun si guide itu mengajak ke lokasi lain. Sebenarnya saya bisa bertahan disana, namun kendala komunikasi yang menyulitkan berhubungan satu dengan lainnya. 



Kami berjalan lagi menuju basement lalu turun lagi ke underground dan memutar sesuai garis - garis petunjuk yang nantinya tiba di sekitar Gate 3. Ya Allah agak memusingkan namun seru seperti menikmati permainan game PS adventure. Setibanya di lokasi lainnya, ternyata si guide menyuruh saya duduk manis di tempat terakhir berpisah, yaitu di dekat booth F1 karena ia akan mencari tempat melihat balap mobil tsb sesuai misinya. Bukan Kak Yo saja, ternyata Ryan, Edo dan MT pun berpencar, otomatis saya sendiri menikmati suasana dengan menunggu barang bawaan masing - masing. Lokasi terakhir berpisah itu tertera dalam circuit park map adalah tikungan Nicoll Highway. Di depan banyak para penonton berjejer rapi saling mengangkat gadget-nya masing - masing untuk bisa merekam peristiwa itu baik gambar (foto) maupun video. 

Sementara di antara deru bising mobil balap yang mirip suara jet melintas sesaat, saya melihat bangunan menjulang tinggi dengan layar monitor besar bukan menampilkan suasana F1 melainkan barisan iklan. Seberang gedung itu Pan Pasific Singapore. Tak jauh dari lokasi saya duduk, ada information/lost & found, F1 village, merchandise, first aid, food & beverage, restrooms dimana tersedia barisan toilet. Tenda putih yang tempat penjualan makanan dan minuman itu hanya menyediakan beer saja bukan water bottle, dan sepaket makanan berupa sepotong daging mirip rendang, dua sosis bakar dan kentang goreng. Saya meragukannya, lebih baik menahan lapar. Sementara Ryan dan Edo berupaya mendapatkan lima botol air mineral yang ada di tempat yang berbeda dan itu mengharuskan mereka berdua untuk kembali ke sekitar area The Padang. Allahu Akbar ....


Sebotol air mineral itu dijual 3$S, saat itu adalah barang termahal selama kami menjadi backpacker. Melelahkan namun berkesan. Ketika semuanya berkumpul, maka giliran saya untuk melihat perlombaan itu, berjubel dengan mereka yang sudah memadati pagar pembatas penonton. Menghindari petugas lapangan yang sering melintas area sekitar itu, dengan curi-curi kesempatan akhirnya saya pun bisa menyaksikan adu kecematan mobil balap itu. Para maniak F1 lebih menggila saat terjadi kecelakaan kecil ditikungan Nicoll Highway itu, mereka berseru serentak. Kekompakan sorak - sorai penonton dan riuhnya tepukan tangan membahana memberi getaran sendiri untuk saya sebagai penonton meleburkan dalam suasana malam itu membawa hanyut euforia F1.

 
Pertandingan usai dengan kemenangan Lewis Hamilton (Mercedes) disusul Sebastian Vettel dan Daniel Ricciardo. Penonton saling berhamburan menuju ke The Padang tepatnya Padang Stage sambil menantikan tayangan terakhir detik - detik penyematan untuk juara satu, dua dan tiga yang disiarkan melalui layar raksasa itu. Suasana malam itu semakin ramai dan banyak penonton yang mulai kelelahan dan mengantuk. Saya pun ikut menggelar kain tenun Lombok sebagai alas untuk istirahat. Tak lama kemudian layar itu menampakkan kilauan lighting lampu panggung dengan dilengkapi sound system berkelas mengiringi kehadiran penyanyi sexy Jennifer Lopez yang hits-nya "Let's Get Loud". Selama berlangsungnya F1 tsb JLo sebagai daya magnetnya pertunjukan di panggung tsb. Menurut kutipan dari Wikipedia wanita manis keturunan Latin, berkebangsaan Amerika Serikat tsb menghipnotis lautan manusia. Pemilik bokong seksi sebagai acara pamungkas hari terakhir itu. Balutan gaun putih (broke white) dengan sepoian angin (buatan) yang menerbangkan ujung -ujung gaunnya itu mengingatkan kekhasan gaya artis Marilyn Monroe. Tepukan tangan penonton dan mulailah menggoyangkan badan mengikuti irama menghentak kian enerjik membuat malam itu larut dalam kegembiraan. Kami hanya menikmati tiga lagu pembuka, selebihnya saya mengajak pulang karena rasa kantuk dan lelah semakin meninggi. Perlahan meninggalkan padang rumput kembali ke jalanan yang ramai. Sepanjang jalan raya itu masih banyak orang ber-selfie yang kini menjadi trend dunia. Malam itu sebagai malam terakhir, ditempat lain tepatnya di Village Stage menampilkan John Legend tak kalah serunya dengan Padang Stage.
selfie di arena balap F1

Edo & JLo perform
Bersama penonton lainnya  kami tiba dilokasi sirkuit yang masih membekas jejak roda mobil balap itu dijalanan yang tadi dilalui para pembalap kelas dunia. Seru dan bergembira bersama dengan latar belakang bertuliskan Rolex kami selfie berlima. Menyelusuri jalan yang telah ditentukan panitia sebagai jalan keluar arena sirkuit hingga mencapai stasiun MRT terdekat. Bila perjalanan sehari itu bisa diukur meteran mungkin setara dengan jarak tempuh antara Bogor ke Cawang (jalan kaki), begitulah kelakar anak - anak membuat gelak tawa mengusir rasa lelah. Di antara tiga anak, Ryan yang paling bisa menghidupkan suasana dan membuat kita tertawa terbahak - bahak. Seperti biasa saya masih menyempatkan memotret hingga baterai kamera lowbatt benar-benar mati. Mengelap keringat, berbagi air minum lalu berjalan dan berjalan lagi, berganti bus dan MRT, naik turun eskalator stasiun dengan sisa tenaga untuk mencapai titik terdekat lokasi penginapan. Ketika kami sampai di Lofi Inn Hamilton, penginapan itu dalam buaian angin malam dan redupnya sang rembulan. Jalanan lengang dan sunyi sepi. Puji syukur Alhamdulillah selama sehari (full) itu kami dalam lindungan-Nya. Dan esok hari para backpacker akan melanjutkan misi berikutnya.

F1 atau Formula One, bagi saya sangat awam, selintas lalu  menonton di televisi tetapi kurang mencermati dengan seksama, siapa-siapa yang beradu kecepatan itu. Untuk menyenangkan hati anak - anak yang suka berdiskusi ajang balap mobil kelas dunia itu, saya harus melebur dengan mereka. Untuk mendapatkan chemistry dalam penulisan ini, saya harus membaca buku panduan F1 Grand Prix 2012, siapa dan apa saja pembahasan dalam buku tsb. Tak luput rajin gugling internet dan bertanya langsung kepada Kak Yo. 
Lewis Hamilton

Mengenal Lewis Hamilton melalui buku Guide F1 2012 itu, disana tertulis sbb : Carl Lewis Hamilton kelahiran Tewin - Stevenage Inggris pada tanggal 7 Januari 1985. Pria berwajah manis berkewarganegaraan Inggris itu mempunyai tinggi 175cm dengan berat badan 66kg. Mengikuti GP pertama di Australia 2007 dan sebagai juara dunia pada  tahun 2008 lalu. 

Kemudian dengan mata kepala saya sendiri dengan keluarga menyaksikannya pada minggu 21 September 2014 itu sejarah mencatat Hamilton (Mercedes) kembali sebagai juara pertama dan mengulang suksesnya pada minggu 5 Oktober 2014 di Jepang Formula 1 Grand Prix Japanese di sirkuit Suzuka 2014, begitulah isi kutipan dari berbagai media cetak/online khususnya dunai sport balap mobil.Masih kutipan dari buku Guide F1 2012 itu, disana dituliskan bahwa ayahnya sendiri pernah sebagai manajer pribadinya. 

Daniel Ricciardo
Sebastian Vettel
Sesudah itu giliran membaca sosok Sebastian Vettel yang saat itu menempati urutan kedua setelah Hamilton. Sebastian Vettel pria kelahiran 3 Juli 1987 itu berkewarganegaraan Jerman dari team Red Bull dinobatkan juara dunia serba termuda seperti runner-up 2009 lalu menjadi juara F1 termuda 2010. Sukses berlanjut 2011 dengan memegang rekor 2 juara dunia termuda. Buat Red Bull Racing pembalap Jerman ini aset luar biasa karena sukses tim milik produsen minuman energi terbesar ini bersama Vettel. Lanjut menyimak biodata pembalap Daniel Ricciardo, pria kelahiran Perth Australia 1 Juli 1989 itu, tidak banyak yang diulas dan Daniel sama - sama satu team dengan Sebastian Vettel. 


Michael Schumacker
Dari sekian para pembalap di buku Guide F1 2012 tsb yang sangat familiar ditelinga saya yaitu Michael Schumacker pria Jerman yang memiliki hidung unik itu dilahirkan pada 3 Januari 1969. Kini ia sudah absen mengikuti balapan mobil dikarenakan musibah pada 29 Desember 2013 lalu. Schumi nama panggilannya adalah mantan pembalap Ferrari itu dikabarkan menderita cedera kepala serius setelah kepalanya terbentur batu dalam kecelakaan saat bermain ski, ia mengalami koma. Schumi pun sempat dikabarkan telah meninggal dunia, ternyata berita itu segera ditepis pihak rumah sakit  Grenoble, Perancis Selatan. (Kutipan berita online Liputan 6 edisi 9 Februari 2014/ 11:15).  

Menurut saya pribadi, arena balap mobil F1 baik pelakunya, tempatnya, kekompakan teamwork, pihak penyelenggaraan ini tergolong kelas elite. Penggemarnya mungkin tak sebanyak penggila sepak bola yang lebih mendunia. Para pembalap itu berani mepertaruhkan nyawanya di sirkuit. Laju mobil dengan kecepatan tinggi ratusan kilometer perjam dengan gesit meluncur bak kilatan petir angkasa raya menghipnotis mata dalam hitungan detik. Pembalap - pembalap itu dengan didukung para sponsor berkelas saling berlomba melajukan roda mobilnya untuk mengukir nama dan prestasinya dalam sejarah otomotif yang mengantarkan dalam kemenangan maupun kegagalannya.


Circuit Park Map F1 GP S'pore 2012
Lega rasanya ketika ketikan ini rampung, meski tidak seakurat jurnalis liputan F1 pada khususnya, setidaknya saya mencoba menggali kembali memori pas bertepatan empat minggu yang lalu berlangsungnya F1 GP Singapore 2014. Inilah persembahan saya untuk keluarga khususnya Aryo Rizky Putra. Catatan ini adalah sebagai dokumentasi keluarga kami untuk berbagi dengan pembaca. Terima kasih kepada Allah SWT yang memberi kesehatan, kelancaran dan perlindungan-Nya selama di negeri tetangga, terima kasih juga untuk waktu yang bersahabat dan untuk kekompakan keluarga backpacker in mission. 
Barakallahu ...

Terima kasih buat temans yang sudah meluangkan waktunya, semoga cerita ini menginspirasikan pembaca. Bila ingin melanjutkan membacanya silahkan membuka :


Menikmati Waktu (3) Aku dan Benang Rajut



Circuit Park Map

  
Salam,
Arie Rachmawati