... Sekitar Oktober 2007 lahir blog ini, namun sempat mati suri karena tak ada chemistry hingga 2009 mulai berani posting tulisan dan akhirnya inilah tempat saya merasa nyaman berada di dunia maya, bisa menulis semua aktivitas ...
Selasa, 15 Maret 2016
Jumat, 11 Maret 2016
C I N T A (2)
Lanjutan CINTA (1)
B I R U
Oleh Arie Rachmawati
Aryo & Ditha photography by Agus Supriadi
Biru mewarnai gedung Pemuda Pancasila Cilacap, saat acara resepsi pernikahn Aryo Rizky Putra (Bogor) dengan Adithia Rina Damayanti (Cilacap) digelar pada sabtu malam minggu pertama bulan Maret (5/3/2016).
Baik baju mempelai pengantin, baju seragam orang tua pengantin, keluarga besar dan para panitia yang terlibat. Sedikit terlambat dari waktu yang ditentukan panitia WO, saat memasuki gedung itu dikarenakan sesuatu hal. Udara kota Cilacap sangat panas membuat gerah suasana. Hhal itu tentu saja membuat kepanasan dan tidak nyaman para pihak keluarga Jember yang sedari jam 4 sore sudah bersolek dengan tata make-up serta bersiap memakai baju adat beskap (untuk laki-laki) dan memakai seragam kebaya biru (untuk wanita). Kesempatan menunggu itu dipergunakan oleh para fotografer keluarga sendiri (Om Yoyok dan mas Hadhie) untuk mengambil gambar pasukan keluarga pengantin pria yang berkumpul di mess rumah Gunung Simping no 152.
Namun keterlambatan itu tak mengurangi kemeriahan suasana gedung resepsi saat kedua pengantin Aryo dan Ditha memasuki gedung. Setelah semua berbaris rapi membentuk pasukan kirap, terdengar suara biola yang dimainkan seorang pemuda bernama Ardiles, dimulai dari refflain lagu When You Say Nothing At All dipopulerkan oleh Ronan Keating. Romantis. https://youtu.be/dVrtHvJudSk.
Sepanjang koridor yang tergelar karpet merah bertabur bunga putih, berjajar para pagar ayu dan pagar bagus dengan kostum modern, mereka itu mewakili dari para sahabat dari kedua mempelai pengantin. Dari kelompok pagar bagus berjajar Ari, Fani (keduanya perwakilan teman Aryo ketika SMP 1 Jambi), kemudian disusul sebelahnya Drajat dan Bang Viki (keduanya perwakilan teman Aryo ketika SDN 42 Jambi).
Suatu kebahagiaan tumpah ruah saat saya bisa dipertemukan kembali dengan keempat pagar bagus yang merupakan sahabat² dari Aryo Rizky Putra (pengantin laki - laki). Selain itu meski acara sedikit molor dari jadwal ditentukan, namun acara berlangsung dengan sukses, rapi dan tertip. Tak terlihat semrawut para undangan yang biasanya mewarnai setiap acara undangan pengantin yang sering saya hadiri. Pemandangan yang umum juga biasanya sajian makanan catering sering kehabisan, sementara para tamu masih berdatangan. Alhamdulillah³ semuanya tsb tidak terlihat dalam acara resepsi pernikahan Aryo & Ditha.
Dengan berharap penuh untuk kedepannya mereka berdua bisa mengarungi bahtera rumah tangga, mampu mengatasi segala macam hal masalah dan tetap dalam lindungan Allah SWT. Selamat Menempuh Hidup Baru, semoga menjadi keluarga sakinah mawadah waromah. Aamiin YRA. Terima kasih pembaca ...
Salam kreatif
Arie Rachmawati
|
Kamis, 10 Maret 2016
C I N T A (1)
Ketika Jodoh Berlabuh di Teluk Penyu Cilacap
Kita manusia tak pernah mengetahui dengan siapa, kapan dan dimana bertemu jodoh. Seperti kata pepatah lama, asam di gunung, garam di laut akan bertemu di dapur, mungkin inilah jodoh putra pertama saya, Aryo Rizky Putra (Kak Yo) cinta-nya berlabuh di hati gadis ayu bernama Adithia Rina Damayanti (Ditha). Proses perkenalan cukup unik dan pendekatannya, acara pra-lamaran hingga penentuan tanggal akad nikah, resepsi juga ngunduh mantu kurang lebih satu tahun. Alasan ybs tidak mau pacaran terlalu lama takut putus seperti sebelumnya. Bahkan saya berniat akan menjodohkannya dengan putri sulung dari sohib ketika bersekolah dasar. Secara kekeluargaan saya mengenal baik dari adik kakak hingga neneknya. Kami berdua sibuk sendiri, namun masing-masing ybs tiada respon yang mendukung. Begitulah cerita bila belum berjodoh. Suatu hari ia bercerita ada beberapa pilihan hati, saya orang pertama yang diberitahu dan dimintai pendapat.
Kembali kepada ybs yang akan menjalaninya, maka pilihan hati menjadi prioritas utama, karena nanti ia akan menjalankan roda rumah tangga sepanjang usianya hingga maut memisahkan. Menentukan pilihan hati memanglah tidak semudah kita membolak-balikkan telapak tangan. Saya menyarankan untuknya agar lebih mendekatkan diri kepada-Nya, supaya mendapatkan petuntuk dari Allah SWT. Saya pribadi sejak putra saya menginjak usia remaja (akil balik) sejak itulah saya selipkan doa agar ia diberi jodoh yang seiman, sholeha, dan yang terbaik untuknya masa depannya. Terselip pula keinginan agar mendapatkan calon menantu seorang gadis Jawa.
Entahlah itu imbuhan keinginan seorang Ibu yang tidak wajib hukumnya namun mengikat. Hingga pada akhirnya pilihan jatuh kepada gadis dari pesisir pantai Teluk Penyu Cilacap, mungkin itu jawaban doa dari-Nya. Wallahualam. Bahkan usai acara pra-melamar atau bertandang ke rumah calon besan, saya masih berdoa dengan doa yang lebih yakin, karena misteri perjodohan itu hanya Allah SWT yang mengetahui. Cerita perjalanan ke Cilacap tertuang dalam tulisan dengan link : http://rachmarie-riritemaram.blogspot.co.id/2015/08/aglenon-1.html
Bandara Cilacap 18-8-2015 |
Kembali cerita kepada urusan proses menjelang pernikahan. Begitu semua pembicaraan telah disepakati oleh kedua belah pihak orang tua dari calon pengantin, maka saya segera memberitahukan keluarga besar yang ada di Jember. Memilih beberapa saudara yang akan diikutsertakan dalam rombongan pengantin dari pihak laki-laki. Hal tsb tidaklah mudah, selain pertimbangan kesehatan juga biaya anggaran, tanpa merasakan adanya pilih kasih, karena saya nantinya akan menggelar acara Ngunduh Mantu di Jember. Pemilihan kota Jember bukan di kota Bogor tempat domisili kami, adalah salah satu bentuk pertimbangan yang sangat matang dan melalui tahap yang terbaik sebagai akhir keputusan. Acara Ngunduh Mantu itu bertujuan para sanak saudara yang belum melihat proses bahagia pengantin bisa merasakan suasana tsb. Tentunya niat itu didasari ingin mengumpulkan sanak saudara yang saya pribadi maupun keluarga Bogor jarang bertemu baik saudara dari keluarga besar H Nawawi (pihak Mama) dan keluarga besar Bani Nawe (pihak Bapak).
Menjelang akhir tahun 2015, pertemuan berikutnya dengan keluarga besan adalah saat beliau beserta keluarganya (bapak, ibu dan kedua putrinya) akan menunaikan ibadah sunnah umrah ke tanah suci, Mekkah. Kebetulan keluarga besan sengaja bermalam di Jakarta, maka kesempatan itu dipergunakan untuk jalan bersama. Selain hunting baju dan assesoris pengantin, juga makan siang, dan naik bajaj bertiga. Seru. Keakraban terjalin mengalir apa adanya. Di seputaran Thamrin City menjadi lokasi tempat tujuan kami.
Cilacap, 16 Agustus 2015 |
Menurut saya secara global bahwa menikah itu bukan sekedar menautkan dua hati antara pengantin perempuan dengan pengantin laki - laki saja, tetapi lebih dalam menggabungan dua keluarga yang tadinya tidak saling mengenal menjadi kenal dan memiliki. Karena hadirnya CINTA maka menjadi satu keluarga baru. Dari masing - masing keluarga pihak pengantin perempuan dan pengantin pria, akan meluas lagi dalam wadah silaturahim.
Bersambung ....
Langganan:
Postingan (Atom)