Kamis, 20 Agustus 2015

Aglenon 1


Pantai Nusa Tembini nan Cantik


Pantai Nusa Tembini Cilacap


Sabtu, 15 Agustus 2015
Ketika musim liburan sekolah telah usai dan musim mudik lebaran 1436 H pun berlalu, justru saya dan suami akan memulai perjalanan ini. Berbekal beberapa hari sisa cuti , kami berdua di ruang tunggu bandara Halim Perdana Kesuma (setelah check in ) duduk termanggu dengan sabar menunggu waktu pemberangkatan menuju bandara Tunggul Wulung Cilacap. 

Pengalaman pertama terbang dengan maskapai Pelita Airlines seperti dua puluh tiga tahun lalu saat pertama pula terbang dengan pesawat baling - baling Merpati Airlines. Waktu itu 16 Agustus 1992, saya sedang hamil tujuh bulan, bersama anak pertama Aryo Rizky Putra (3 tahun) dan suami karena mutasi kantor maka hijrahlah kami dari kota Jember ke Jambi. Pelita ini sedikit berbeda dengan maskapai lainnya, ketika saat akan check in bagasi, penumpangnya pun harus ditimbang beserta tas bawaan dan sepatu yang dipakai. Bagi saya ini kesempatan untuk melihat angka berat badan :D

Bicara soal melayang diudara, kali  ini rasanya sama seperti mengulang waktu yang lalu, ketika badan pesawat menyentuh tumpukan awan-awan putih serasa melintasi barisan polisi tidur dijalanan yang kita lalui dengan kendaraan. Meski aslinya saya takut ketinggian namun pasrah dan tawaqal seutuhnya membuat pikiran menjadi tenang. Sejam kemudian telah landing di bandara Tunggul Wulung Cilacap. Cilacap, I'm coming ! Menunggu beberapa menit, anak saya muncul dengan pakaian dinas lapangan coklat krem. Hari sabtu dan minggu (dalam minggu itu) kebagian jadwal tugas (shift).

Cilacap akhirnya saya datang lagi disana, kota nan sepi jauh dari hinggar binggar cenderung udara panas dan masyarakatnya tentram. Kulinernya kebanyakan sate kambing muda, saya nggak suka. Hampir setiap warung bertulis sedia 'Soto Sukaraja', karena tak ada menu pilihan, sementara perut keroncongan dan sekalian mencoba maka kami mampir disalah satu warung tsb. Mungkin itu pertama dan terakhir kalinya saja mencicipi Soto Sukaraja. Lebih enak sajian tempe mendoannya yang terletak disekitar wisata Pantai Nusa Tembini. Ada juga Soto Lamongan khas Jawa Timuran namun saat kunjungan tsb, warung soto yang terletak di sekitar lapangan sedang mudik.
Beberapa kali KakYo menawarkan akan mengajak kuliner ke Purwokerto namun saya menolak, Saya memang suka makan, tetapi bila untuk makan saja harus bersusah payah mending makan yang ada saja. Di Cilacap ini justru sedang musim buah jambu air, mereka menyebutnya Jambu Demak, menurut saya itu Jambu Cincalo. Jambu air ini buah kesukaan saya rating pertama, bahkan dahulu ketika hamil anak kedua, makanan sehari-harinya cukup jambu air Cincalo.

KakYo & Papanya
Kunjungan terakhir ke kota Cilacap dengan anak ragil Edo awal Januari 2015 lalu, empat hari disana, Masih ditahun yang sama, tetapi sudah banyak perombakan tata kota. Cilacap berbenah mempercantik diri. Menyenangkan karena bisa berkunjung ke Pulau Nusa Kambangan dan menikmati kuliner di kota Purwokerto. Namun kunjungan singkat ini cukup putar - putar dalam kota dan tepian pantai saja, karena kami berdua (suami dan saya) juga jelajah ke kota lain.



Benteng Pendem Cilacap 

Minggu, 16 Agustus 2015

Kamar 205 
Griya Patra Cilacap
Hari kedua dimulai dengan kegiatan seputar tempat penginapan di Graha Patra yang letaknya dekat ke pusat kota. Kunjungan ke Pantai Nusa Tembini yang terletak dibelakang perumahan dinas KakYo cukup diakses sepeda motor dengan waktu relatif singkat, bisa 10 menit. Suasana disana lebih cantik daripada suasana di Teluk Penyu atau pantai di depan Benteng Pendem itu. Namun kami tetap menuju sana. Masih berhasrat berfoto didepan benteng namun enggan masuk lagi jelajahi benteng tsb, karena hal serupa pernah dilakukan kunjungan Mei 2013 lalu. Alhamdulillah justru di depan benteng menemukan penjual kerupuk ikan dan semacam lorjuk (ulat laut) yang jarang ditemukan di lapak-lapak sekitar pantai. Alhasil diboronglah kerupuk udang/ikan sebgai bekal oleh-oleh nantinya. Selanjutnya adalah jalan - jalan dimalam hari keliling Cilacap, menemukan jambu Demak (mirip jambu cincalo), adalah jambu air buah-buahan terfavorit.

Pantai Nusa Tembini Cilacap

Saat saya kesana bersama Edo, papan nama yang terbuat dari cor-coran semen tsb belum tersedia seperti dalam gambar foto dibawah ini. Saya suka suasana pantai itu, deburan ombaknya lebih besar dan bergemuruh lebih berasa bila dibanding dengan Pantai Teluk Penyu, pinggiran pantainya banyak sampah kececeran, Pantai Nusa Tembini lebih banyak orang bermain bola, bersih dan putih. Hamparan pandang nan luas, langit biru memenuhi panorama berhias putih-putih awan berarak, ada beberapa kapal tangki berlabuh diujung mata memandang. Suasana pagi ataupun sore hari sama saja membawa kenikmatan sendiri. Sebaiknya kawasan ini lebih mendapat perhatian dari pemerintahan setempat untuk ditingkatkan sebagai lahan wisata, baik dari segi kuliner (khas tempe mendoan), sajian khasn disini makanan ikan bakar atau memberi peluang menataan ladang parkir, musholah, toilet. Menurut saya dengan menikmati suasana tsb adalah salah satu cara mensyukuri ciptaan Allah SWT Maha Dahsyat Sang Pencipta. Allahu Akbar.

suasana Pantai Nusa Tembini Cilacap

suasana Pantai Teluk Penyu Cilacap


Senin, 17 Agustus 2015
Hari Proklamasi justru momen tanggal merah ini kami gunakan jalan - jalan ke Yogyakarta. Kesempatan anak saya izin dan berangkatlah kami dari Cilacap menuju Kroya, tepat waktu jam 06 :00 pagi kereta Logawa jurusan Purwokerto - Jember membawa kami hingga jam 09:15 turun di stasiun Lempuyangan. Dari sana naik taksi menuju jalan Malioboro karena terlalu pagi, Malioboro Mall pun masih tutup kecuali pintu McD terbuka disebelah sisi kiri Mall (menghadap gedungnya).

Disana kami menunggu satu keluarga untuk jumpa kembali di Yogyakarta, dalam niat menyambung tali silaturahim dan melepas kangen. Saat menunggu digunakan browsing tempat penjual benang rajut, ternyata setelah dicek keberadaannya telah pindah tempat. Tak putus asa dicoba menemukan lokasi tsb. Alhamdulillah didapatkan toko benang itu, dan penjualnya seorang ibu Chinese sangat ramah. Kesan pertama ini membawaku kembali kesana nantinya. (baca Aglenon 2 - Sebelas kota dalam Dua Puluh Hari) Seperti biasa bila menginjakkan kaki di kota Gudeg ini sasaran utama adalah berburu kartu pos di Mirota Batik. Dalam waktu singkat karena kami menyewa taksi, memilih sepuluh kartu pos dan segera meluncurlah taksi itu ke sisi lain Yogyakarta. 


Loko Cafe stasiun Tugu Yogyakarta
Semua bila diawali dengan Basmallah dan diniatkan untuk kebaikan, Insya Allah akan diberi kemudahan oleh-Nya, Amin YRA. sehari di Yogyakarta, jelajahi kota hingga jadwal kereta tiba yang akan membawa kami kembali ke stasiun Kroya lanjut Cilacap. Walau terasa lelah sekalipun semangat tetap berkobar seperti semangat juang para pahlawan di medan tempur, tak bisa dipungkiri faktor U alias usia nampak jelas. Sisa - sisa tenaga dileburkan dengan suasana Loko Cafe Stasiun Tugu Yogya. Menurutku ini cafe cakep bin keren, mengahdirkan romansa jadul jadi tampil beda dari yang lainnya. Tut..tut..tut kereta datang, karena pemesanan tiket di hari libur kejepit ini tidak bisa duduk bareng maka kami berempat terpencar namun tetap satu gerbong. Tibalah di stasiun Kroya dan dilanjut dengan mobil yang telah diparkir sejak pagi.

Selasa, 18 Agustus 2015

Pagi jelang siang setelah beres berbenah sekalian check out penginapan. Jadwal pulang ke Jakarta dengan kereta api, namun hari itu karena terlalu santai dan kebanyakan mampir-mampir akhirnya ketinggalan kereta. Andai bawaan kami tidak banyak ujung gerbong terakhir pasti bisa terkejar, namun apa daya kami tidak mau mengambil resiko. Mungkin sudah takdir harus menambah malam lagi di Cilacap maka kami kembali ketempat penginapan semula dengan kamar yang sama. Alamaak!  Bermalam lagi tanpa membongkar susunan isi tas koper dsb. Hanya untuk semalam dan istirahat. dibalik batalnya pemberangkatan tsb. 

suasana bandara Tunggul Wulung Cilacap


Rabu, 19 Agustus 2015

Belajar dari kesalahan kemarin maka bergegas menuju bandara Tunggul Wulung walau jadwal berangkat masih lama, dan kami hanya cukup di drop di lokasi, karena KakYo kembali ke kantor sedang bertugas lapangan di kilang minyak. Datang dan pergi dengan pesawat sama. Suasana ruang tunggu penumpang pun sederhana, pelayanan ke penumpang sangat ramah, hingga tiba waktu boarding hanya berjalan kaki sebentar menuju tangga pesawat. Selalu menyempatkan situasi yang berlaku untuk berfoto. Akhirnya saya dan suami kembali menikmati perjalanan pulang melintas awan berarak di langit biru dengan pesawat Pelita Airlines, Alhamdulillah,


Satu jam kemudian mendaratlah di bandara Halim Perdana Kesuma. Urusan bagasi tidak perlu menunggu lama, karena para penumpangnya pun sedikit (tertentu) hanya kurang dari dua puluh orang saja. Diluar ruang kedatangan penumpang dan Ryan & Edo menjemput kami. Kembali menghadapi kemacetan, pemandangan sehari-hari antara Jakarta - Bogor adalah hal yang patut disyukuri. Dengan adanya kemacetan berarti melatih diri untuk lebih sabar yang tidak didapatkan bila kita tinggal di kota jauh keruwetan dan kemacetan seperti Cilacap dsb. Setiap kota punya cerita sendiri, punya memori. Alhamdulillah senantiasa bersyukur selalu mendapat kelancaran selama perjalanan ini dan juga kesehatan. Jakarta, Bogor aku rindu ! Terima kasih buat pembaca yang telah mampir diblog ini.



Salam,
Arie Rachmawati