Buku Cerita tulisn tangan tentang Si Kura-kura kecil bernama KURI |
Saya Belajar Mendongeng
Oleh : Arie Rachmawati
"Mendadak jadi pendongeng?" Iya benar, aku sekarang jadi ibu guru bagian mendongeng anak-anak TK Gema Imani di Kab.Bogor, arah ke Parung di desa yang letaknya lumayan jauh dari rumah menuju arah belakang Kopasus Bogor. Itulah sekarang tempat kegiatanku yang berlangsung sejak masa pendidikan Tahun Ajaran Baru 2013-2014.
"Lho cerita gimana kok bisa jadi pendongeng ?" Ceritanya dari sebuah obrolan dengan sahabatku bernama Dian Anggari, dia dulu tetangga sewaktu aku mengontrak rumah di Anyelir, dan teman sepengurusan sewaktu di Mejelis Ta'lim Uswatun Hasanah, pokoknya solulmate deh ! Oya dia juga yang mengajariku bahasa Jerman. Blablabla, intinya di sekolah taman kanak-kanak yang dia kelola itu membutuhkan orang yang bisa mendongeng dan dia berpikir aku orang yang tepat. Duuhh, nggak kebayang aku menjadi ibu guru kanak-kanak dan mendongeng lagi. Tawaran itu sudah lama sekali, seingatku awal tahun 2013 lalu, namun aku belum memberi jawaban iya atau tidak. Aku belum yakin pada diriku sendiri. Hobi mendongeng sih, saat anak-anakku sewaktu kecil dengan cerita masing-masing yang mereka sukai. Tapi ini kan untuk sebuah sekolahan yang mengemban tugas mulia mendidik calon generasi muda mendatang. Mendongeng yang mendidik, bukan sekedar pengisi waktu yang telah diprogramkan oleh sekolahan tsb sebagai kegiatan baru yaitu mendongeng dan bermain angklung.
"Apakah ini persiapan menjadi seorang nenek?" Hahaha, ini seperti pertanyaan beberapa temanku di facebook saat aku menampilkan tentang Si Kuri. Menurutku pertanyaan itu nggak kreatif banget, terlalu dangkal. Pada saatnya nanti aku menjadi seorang nenek, kamu-kamu juga. Tapi menjadi nenek dan ibu guru yang kebagian mendongeng menurutku hal berbeda. Meski sama-sama obyeknya anak-anak kecil.
.
"Apakah ini Si Nessha? Dan itu Si Molly?"
Si Nessha |
Si Molly |
"Kenapa harus memakai alat peraga?" Iya semua mengalir saja, meski yang terbersit dipikiranku adalah mendongeng ala jaman dulu saat anak-anak masih kecil, yaitu membacakan buku cerita. Dan nggak ingin mencontoh yang sudah ada misal boneka Si Tongki-nya pak Gatot Sunyoto, atau Si Komo-nya Kak Seto. Aku ingin mendongeng yang nantinya akan menjadi cerita baru karangan sendiri. Ajang mendongeng itu sponatitas ingin menguji nyali dan kepiawaianku berekspresi. Namun bila aku gagal sebagai pendongeng, setidaknya aku sudah punya inspirasi menulis cerita anak-anak nantinya. Maklum dunia anak sudah aku tinggalkan hampir duapuluh tahun yang lalu. Dan aku harus membangun chemistry dengan mereka dan menemukan passion-ku.
"Wow...itu siapa lagi, nampaknya lucu dan menggemaskan?" Oh itu Si Nangki adalah monyet berjambul yang ngerocker, asyik deh. Inspirasi namanya dari nama temanku Nanang. Kalau satunya lagi Si Jamba adalah singa raja rimba. Ceritanya nanti mereka para penghuni hutan rimba merasa kelangsungan hidupnya mulai terancam dengan global warming saat kini. Anak-anak diajarkan mencintai alam, dan dikenalkan budi pekerti dalam pertemanan. Jadi mendongeng yang akan aku ceritakan nanti ada amanah-nya yang dikemas dalam suasana ringan menyenangkan. Bukan sekedar mendongeng Dinosaurus, Timus Emas atau Cinderella, oh bukan seperti itu inginku. Walau nyatanya dihari pertama aku kewalahan saat anak-anak membongkar isi tasku, merebut si Molly dan menciumi si Nessha. Ada yang memelukku dari belakang dan otomatis kerudungku melorot. Bahkan aku hilang arah tujuan mendongengku. Itu semua sebagai ujianku, walau hati nuraniku berteriak, "Tolong akuuuuu....!" Bahkan sahabatku seperti mentertawaiku! Bukan seperti itu, aku masih pemula, aku buta dunia anak-anak meski aku menyukai mereka.
"Lalu, kamu yakin pilihanmu itu?" Maksudnya menjadi guru tetap? Oh, tidak aku nggak ada niatan menjadi guru tetap, aku ini sebagai guru bintang tamu, aku butuh waktu arah kesana. Biarlah ini menjadi ladang ekspresiku, mengusir kepenatkan atas rutinitas hidup. Nanti akan aku jelaskan kepadanya, karena seusai pulang mengajar aku mengalami perang bathin dan aku nggak mau kehilangan diriku sendiri. Aku jangan dibebani dengan peranan guru tetap, itu akan membuat asma-ku kumat dan gula darahku tinggi. Biarkan semua mengalir dulu, nanti kalau itu merupakan sebuah panggilan hati, Insya Allah aku jalani dengan ikhlas. Mendongeng adalah aktivitas baruku, aku masih perlu belajar dan belajar lagi seperti saat aku pertama menekuni aktivitas videomaker dan penulis cerpen. Mendongeng dan melahirkan cerita anak-anak saling bersinambungan. Apalagi ini mendidik anak-anak calon penerus bangsa sebagai generasi muda nantinya. Seorang guru harus memberi contoh yang baik walaupun itu di saat mendongeng yang dibutuhkan mereka happy dan fun.
"Hebat. Kreatif banget !!!" Oya nggak hebatlah aku masih jauh dari itu, kalau kreatif mungkin iya benar. Menjadi orang kreatif itu membuat gairah dan semangatku kembali menyala, jiwa muda berkobar ingin membuat sesuatu yang baru walau bahan yang lama. 4 cerita anak sudah kutulis tangan, belum aku tuang dalam ketikan cerpen. Tetapi, sudah berjibun lagi inspirasi muncul. Mendongeng dan menulis sangat berbeda. namun aku ingin mencoba batas kemampuanku. Sekali lagi ini aktivitas baruku yang sangat membutuhkan ketelatenan, kesabaran dan kekreatifan. Terima kasih buat yang sudah mampir dan membaca, ini adalah curahan hatiku saat menjalani kegiatan baru sebagai ibu guru mendongeng.
Salam,
arie rachmawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar