Selasa, 30 Oktober 2012

My Journey Two Weeks (2)

oleh Arie Rie Rachmawati pada 30 Oktober 2012 pukul 17:29 ·


Episode "Tertular Virus"

Sosoknya sedikit misterius, kerena sengaja menjauhi pergaulan. Apalagi membuat akun facebook dan sosial media lainnya.Tapi sebenarnya laki-laki berkaca minus itu nggak sependiam pendapat teman sekolah semasa SMA-nya.Nanang Keceng aku menyebutnya atau Nanang Tumin, teman-teman di kelas Biologi 2 SMAN1 Jember 1984-1987 memanggilnya, sebenarnya sangat periang, banyak cerita dan selalu bergerak dinamis. Untuk sebutan terakhir hanya kiasan saja, karena menurutku ia nggak pernah bisa diam bila berada didekatku. Muter-muter, lalu duduk kemudian berdiri, menyalakan sebatang rokok sebelum habis sudah dimatikan, nanti dinyalakan lagi lalu diisapnya.

Sekarang hidupnya lebih untuk tabungan akhirat, bukan seperti anggapan beberapa teman semasa sekolah kemisteriusan-nya dalam dunia hitam. Sekali lagi ia yang tersimpan di memoriku semasa sekolah menengah pertama sangat berbeda dengan pendapat teman kebanyakan. Yang jelas lagi ia berjiwa seni, ia bisa bermain beberapa alat musik, bisa melukis (sstt katanya belajar sama teman sekelasnya masa SMP, Achmad Basuki), bisa karikatur dan yang terakhir piawai bikin puisi. Yuk simak beberapa puisi dan hasil coretan tangan-nya yang diberikan untukku saat kami berjumpa di Jember, beberapa waktu lalu.

Aku dan Layang-layang
by Agus Rachmad Hadi 

Di ranting kering tersangkut layang-layang
benangnya berurai melilit dahan
terik mentari membuat tanahnya gersang
cinta dunia membuat cemburunya Tuhan

di halaunya rasa itu membuatku tenang
hanya tersisa rinduku pada pencipta bintang
bagai layang –layang yang putus dari benang
kemanapun angin menerpa disitu aku senang

tak kusangka ada tangan lembut meraih benang
yang dulu gadis ayu berbaju putih biru,± 23 th lamanya berselang
sambil meloncat kegirangan mengapai layang-layang
oh mungkin hendak ia mainkan

aku tatap ia dari kejahuan
disela-sela rel gerbang kereta
dibawanya layang-layang itu dalam pelukan
entah apa yang membuatnya sangat ceria

saat itu juga seolah Tuhan berbisik
janganlah kau jadi layang-layang
namun jadilah pembuat layang-layang
agar dapat membahagiakan semua orang

Tuhan
aku tau dikotanya sering turun hujan
maka izinkanlah kubawakan esok nanti
layang-layang berbalut plastic
dengan warna ungu, berajut merah hati

nanang keceng
16 Ock 2012


”…♪♫♫♪ ♪…”
by Agus Rachmad Hadi 

entah kenapa……..
nama itu menari dipikiranku
buat prasaan sedikit terganggu
karna namamu pernah ada di saku bajuku

entah kenapa…….
saat jumpa pertama
bunga itu tak seindah warnanya
kutabur senyum disrambi rumah
sekedar pelepas rindu semata

entah kenapa…..
gelora hasrat mengusik jiwa
ungkapkan dengan bahasa cinta
rasanya hati ingin bicara
tapi slalu tak perdaya

entah kenapa……        
kisah lama sering kau buka
saat kita berjalan berdua
membelah angin menerpa
membawa kenangan indah

entah kenapa……..
dinding hatiku seakan runtuh
kala ku tahu kau tlah jauh
untung saja senyummu masih kusimpan
dalam dekapan kedua tangan

entah kenapa………..
ingin kubuat sebait lagu
sebagai tanda kasih sayang ku:
  “heningnya malam kian mencekam
   duka hati semakin mendalam
   kala ku dengar melodiku tenggelam
   dibalik kisi bayang-banyang
   wajahmu hadir terangi seluruh ruang
   membawa sejuknya hati yang gersang”

nanang keceng
21 oct 2012


Ternyata lima puisi nggak cukup dibuatnya (untuk gadis dari kelas sebelah semasa SMP-nya( yang dishare 3), akibat tertular virus dariku (katanya)
Ia menitipkan satu puisi (tanpa judul) buat gadis manis nan lugu di kelas semasa SMA-nya. Ternyata dunia itu selebar daun jeruk purut, kata seorang sahabat berbisik padaku. Mungkin banyak teman heran, kenapa aku akrab dengan gadis dalam puisinya itu.

Itulah takdir, meski aku dengannya tidak satu sekolahan bahkan hanya menjadi teman satu bimbingan belajar menjelang ujian masuk ke SMA jadul, aku kini akrab dengannya karena kami banyak persamaan dalam menjalani kehidupan setelah masing-masing berkeluarga. Puisi tanpa judul akhirnya lahir dari kesenggangan waktunya si seniman jangkung itu.


dari aku kutitipkan kepada arie rachmawati, 
untuk nsn

jika ku dengar nyanyian merdu
kicau burung mendayu
semilir angin kutitip kan rindu
biar sampai di depan pintu hatimu

kertas ini ku persembahkan pada mu
gadis manis berwajah lugu
teman sma, satu kelas ku

kubawakan dari ujung mimpiku
kenangan lama kuserahkan lagi pada mu
agar tersingkap layar abu-abu inginku

kau bagai laut membiru
gelombang riuh dalam khayalku
terombang-ambing ditepi asa
untuk menyatakan rasa

tiga tahun tak cukup bagiku
untuk melukiskan wajahmu
tiap kali ku mulai
slalu ada yang mengganggu

hingga tiba waktu itu
saat kau tuliskan namamu
sbagai tanda pisah di dadaku
hingga kini kusimpan di album fotoku

namamu kukenang
bersama camar bernyanyi riang
lewati pantai menuju sarang
hatiku damai jika kau senang

anang tumin
26 oct 2012



Bila senja merangkak pergi
swara shyahdu nenganyun menembus kalbu          
gemetarlah sluruh dinding jiwa ini   (ciri orang yg mecintai Alloh QS. Hajj  ayat 35)
sapaan mesra Mu membuatku malu                        

Bila temaram datang menghampiri                         
ada seberkas harapan yang aku tuju                       
bersimpuh bersama merindukan mimpi                  
tersungkur wajah ku dihadapan Mu                         

Bila gelap membungkus bumi                     
butiran air meleleh disudut mata                             
belaian tanganMu, lembut tawarkan jasa                
namun tak kuasa aku meminta                               

Bila fajar merajuk cakrawala bumi
kabut dan embun menyambut pagi
lembaran kertas hidupku siap menanti                   
mengores rencana Ilahi yang akan aku jalani         


demikian ini dibuat karena aku sudah tertular virus (yg dibawa) sahabat lamaku
dengan masa inkubasi / bekerjanya bakteri virus terebut (hanya) tiga hari saja langsung terjangkit lah aku,………………..

nanang keceng
sore, 17 ock 2012

Semua ini adalah ungkapan sebagaimana kami bertiga ternyata satu ikatan cerita tanpa harus menjalin asmara semasa sekolah.
Nggak ada kisah cinta di sekolah, nggak yang terluka, nggak ada kisah pahit karena semuanya belum terucap apa-apa.
Senangnya menemukan kepingan puzzle yang telah aku temukan perlahan tapi pasti.
Senangnya berbagi indahnya masa sekolah yang kini terpisah oleh jarak dan tempat.

Semoga catatan ini membuat teman kembali mengingat sosok Agus Rachmad Hadi atau Nanang Keceng atau Nanang (Anang) Tumin.
Dan semoga ia menemukan dunia seni-nya kembali di tengah-tengah ia bermunajah mencari kebahagian hidup dunia-akhiratnya.

Mohon maaf sebesar-besarnya, apabila teman semua ingin berhubungan dengannya, hanya bisa melalui-ku.
Untuk sementara begitu amanahnya. Silahkan menulis di inbox, nanti saya akan meneruskan kepadanya.
(emang rada misterius sih ssttt!)

Salam Kangen dari NK