Selasa, 30 Oktober 2012

My Journey Two Weeks (2)

oleh Arie Rie Rachmawati pada 30 Oktober 2012 pukul 17:29 ·


Episode "Tertular Virus"

Sosoknya sedikit misterius, kerena sengaja menjauhi pergaulan. Apalagi membuat akun facebook dan sosial media lainnya.Tapi sebenarnya laki-laki berkaca minus itu nggak sependiam pendapat teman sekolah semasa SMA-nya.Nanang Keceng aku menyebutnya atau Nanang Tumin, teman-teman di kelas Biologi 2 SMAN1 Jember 1984-1987 memanggilnya, sebenarnya sangat periang, banyak cerita dan selalu bergerak dinamis. Untuk sebutan terakhir hanya kiasan saja, karena menurutku ia nggak pernah bisa diam bila berada didekatku. Muter-muter, lalu duduk kemudian berdiri, menyalakan sebatang rokok sebelum habis sudah dimatikan, nanti dinyalakan lagi lalu diisapnya.

Sekarang hidupnya lebih untuk tabungan akhirat, bukan seperti anggapan beberapa teman semasa sekolah kemisteriusan-nya dalam dunia hitam. Sekali lagi ia yang tersimpan di memoriku semasa sekolah menengah pertama sangat berbeda dengan pendapat teman kebanyakan. Yang jelas lagi ia berjiwa seni, ia bisa bermain beberapa alat musik, bisa melukis (sstt katanya belajar sama teman sekelasnya masa SMP, Achmad Basuki), bisa karikatur dan yang terakhir piawai bikin puisi. Yuk simak beberapa puisi dan hasil coretan tangan-nya yang diberikan untukku saat kami berjumpa di Jember, beberapa waktu lalu.

Aku dan Layang-layang
by Agus Rachmad Hadi 

Di ranting kering tersangkut layang-layang
benangnya berurai melilit dahan
terik mentari membuat tanahnya gersang
cinta dunia membuat cemburunya Tuhan

di halaunya rasa itu membuatku tenang
hanya tersisa rinduku pada pencipta bintang
bagai layang –layang yang putus dari benang
kemanapun angin menerpa disitu aku senang

tak kusangka ada tangan lembut meraih benang
yang dulu gadis ayu berbaju putih biru,± 23 th lamanya berselang
sambil meloncat kegirangan mengapai layang-layang
oh mungkin hendak ia mainkan

aku tatap ia dari kejahuan
disela-sela rel gerbang kereta
dibawanya layang-layang itu dalam pelukan
entah apa yang membuatnya sangat ceria

saat itu juga seolah Tuhan berbisik
janganlah kau jadi layang-layang
namun jadilah pembuat layang-layang
agar dapat membahagiakan semua orang

Tuhan
aku tau dikotanya sering turun hujan
maka izinkanlah kubawakan esok nanti
layang-layang berbalut plastic
dengan warna ungu, berajut merah hati

nanang keceng
16 Ock 2012


”…♪♫♫♪ ♪…”
by Agus Rachmad Hadi 

entah kenapa……..
nama itu menari dipikiranku
buat prasaan sedikit terganggu
karna namamu pernah ada di saku bajuku

entah kenapa…….
saat jumpa pertama
bunga itu tak seindah warnanya
kutabur senyum disrambi rumah
sekedar pelepas rindu semata

entah kenapa…..
gelora hasrat mengusik jiwa
ungkapkan dengan bahasa cinta
rasanya hati ingin bicara
tapi slalu tak perdaya

entah kenapa……        
kisah lama sering kau buka
saat kita berjalan berdua
membelah angin menerpa
membawa kenangan indah

entah kenapa……..
dinding hatiku seakan runtuh
kala ku tahu kau tlah jauh
untung saja senyummu masih kusimpan
dalam dekapan kedua tangan

entah kenapa………..
ingin kubuat sebait lagu
sebagai tanda kasih sayang ku:
  “heningnya malam kian mencekam
   duka hati semakin mendalam
   kala ku dengar melodiku tenggelam
   dibalik kisi bayang-banyang
   wajahmu hadir terangi seluruh ruang
   membawa sejuknya hati yang gersang”

nanang keceng
21 oct 2012


Ternyata lima puisi nggak cukup dibuatnya (untuk gadis dari kelas sebelah semasa SMP-nya( yang dishare 3), akibat tertular virus dariku (katanya)
Ia menitipkan satu puisi (tanpa judul) buat gadis manis nan lugu di kelas semasa SMA-nya. Ternyata dunia itu selebar daun jeruk purut, kata seorang sahabat berbisik padaku. Mungkin banyak teman heran, kenapa aku akrab dengan gadis dalam puisinya itu.

Itulah takdir, meski aku dengannya tidak satu sekolahan bahkan hanya menjadi teman satu bimbingan belajar menjelang ujian masuk ke SMA jadul, aku kini akrab dengannya karena kami banyak persamaan dalam menjalani kehidupan setelah masing-masing berkeluarga. Puisi tanpa judul akhirnya lahir dari kesenggangan waktunya si seniman jangkung itu.


dari aku kutitipkan kepada arie rachmawati, 
untuk nsn

jika ku dengar nyanyian merdu
kicau burung mendayu
semilir angin kutitip kan rindu
biar sampai di depan pintu hatimu

kertas ini ku persembahkan pada mu
gadis manis berwajah lugu
teman sma, satu kelas ku

kubawakan dari ujung mimpiku
kenangan lama kuserahkan lagi pada mu
agar tersingkap layar abu-abu inginku

kau bagai laut membiru
gelombang riuh dalam khayalku
terombang-ambing ditepi asa
untuk menyatakan rasa

tiga tahun tak cukup bagiku
untuk melukiskan wajahmu
tiap kali ku mulai
slalu ada yang mengganggu

hingga tiba waktu itu
saat kau tuliskan namamu
sbagai tanda pisah di dadaku
hingga kini kusimpan di album fotoku

namamu kukenang
bersama camar bernyanyi riang
lewati pantai menuju sarang
hatiku damai jika kau senang

anang tumin
26 oct 2012



Bila senja merangkak pergi
swara shyahdu nenganyun menembus kalbu          
gemetarlah sluruh dinding jiwa ini   (ciri orang yg mecintai Alloh QS. Hajj  ayat 35)
sapaan mesra Mu membuatku malu                        

Bila temaram datang menghampiri                         
ada seberkas harapan yang aku tuju                       
bersimpuh bersama merindukan mimpi                  
tersungkur wajah ku dihadapan Mu                         

Bila gelap membungkus bumi                     
butiran air meleleh disudut mata                             
belaian tanganMu, lembut tawarkan jasa                
namun tak kuasa aku meminta                               

Bila fajar merajuk cakrawala bumi
kabut dan embun menyambut pagi
lembaran kertas hidupku siap menanti                   
mengores rencana Ilahi yang akan aku jalani         


demikian ini dibuat karena aku sudah tertular virus (yg dibawa) sahabat lamaku
dengan masa inkubasi / bekerjanya bakteri virus terebut (hanya) tiga hari saja langsung terjangkit lah aku,………………..

nanang keceng
sore, 17 ock 2012

Semua ini adalah ungkapan sebagaimana kami bertiga ternyata satu ikatan cerita tanpa harus menjalin asmara semasa sekolah.
Nggak ada kisah cinta di sekolah, nggak yang terluka, nggak ada kisah pahit karena semuanya belum terucap apa-apa.
Senangnya menemukan kepingan puzzle yang telah aku temukan perlahan tapi pasti.
Senangnya berbagi indahnya masa sekolah yang kini terpisah oleh jarak dan tempat.

Semoga catatan ini membuat teman kembali mengingat sosok Agus Rachmad Hadi atau Nanang Keceng atau Nanang (Anang) Tumin.
Dan semoga ia menemukan dunia seni-nya kembali di tengah-tengah ia bermunajah mencari kebahagian hidup dunia-akhiratnya.

Mohon maaf sebesar-besarnya, apabila teman semua ingin berhubungan dengannya, hanya bisa melalui-ku.
Untuk sementara begitu amanahnya. Silahkan menulis di inbox, nanti saya akan meneruskan kepadanya.
(emang rada misterius sih ssttt!)

Salam Kangen dari NK

My Note About Them

oleh Arie Rie Rachmawati pada 30 Oktober 2012 pukul 16:36 ·


Transcontinental Music
          By: Arie Rachmawati



Unique, it just started from my conversations with foreign musicians at the Modern Art Group on music with language limitations of each. However, due to the intensity of the musical language of communication eventually we became friends. Friendly through facebook, and glide CD's to my home.

I think that music is a language other than the world, the music without having to translate as much detail as possible for the layman, just focus on the rhythm of the song, mind and heart off following the bars, then we can be music lovers.

Obviously suit each person's taste. Incidentally fifth CD contains mostly instrumental and they were musicians from various countries with the ability to play each instrument to be able to create beautiful harmonizing tones. Music across continents, so I called it.

Unique, unique again, because the five compact discs that I know where each constant separately musicians and really did not know that they are friends. The five compact disc of jazz, blues, ballads really are:

         * Kazhargan World - Wonderful Times
         * Flow - duos trios quintets
         * Max Ridgway Trio - Blues And Curiosities
         * Max Ridgway Trio - Live At Borders
         * Max Rigdway - A Little Night Music
KAZHARGAN WORLD
 
 
(coverphoto by Tanya Truang /
design by maxim Aspirin Rymarev)

Written on light blue CD cover (navy blue) is the following musicians:
  • Stanislav Zaslavsky - Piano
  • Hans Peter Saletin - Trumpet
  • Cheryl Pyle - Flute
  • Max Ridgway - Guitar
  • Brian Mitchell Brody - Saxophone
  • Tony Cimorosi - NS Double Bass
  • Sean O'Bryan Smith - Electric Bass
  • Papa Z - Drums & Percussion
The 12 songs featured include:
  1. Wonderful Times
  2. Children Of The World
  3. Mayan Prophecy
  4. Other Constellations
  5. AfterTime
  6. Spirit of Discovery
  7. Invisible Celebration
  8. Live Under Water
  9. My Motherland
  10. Irene Was Here
  11. All Day Rain
  12. Cuban Snow
Poem and voice by Cheryl Pyle - Music by Stan Z
www.kazhargan.com
email :  zaslavsky@bk.ru

In chemistry I already know the familiar first song titled Wonderful Times either through Youtube account the pianist Stan Z and Max Ridgway  the guitarists often give a link to my facebook wall, long before the CD release. Then it was the one I listened to as a whole through the original compact disc does feel different. "I enjoyed!" Gentle rhythm is very fit to accompany a relaxing time while enjoying panoramic views of the fall of dusk slowly, correctly in accordance with its title track opener is Wonderful Times. Then the guitarist introduced me to the blower that Cheryl Pyle flute, which was expertly made the following poem:
K A Z H A R G A N ... a word of open gestures a word with no specific translation
open values in the meaning for us all to seek out find your own way
in songs of worlds born in heart sauna jazz. (Cheryl Pyle 10.29.2011)

On track number 4, Cheryl Pyle illustration lacks poetry reading his own flute, followed by another rhythm. Behind the CD, on the back cover says something like, "I express my gratitude and Admiration for my wonderful friends and musicians excelient: Hans Peter Salentin from Germany, Cheryl Pyle and Tony Cimorosi from New York, Sean O'Bryan Smith from Tennessee, Max Ridgway and Brian Mitchell Brody from Oklahoma. Thanks for their skill and devotion to music, good sensitivy, patience and love. "- Stan Z. This indicates that they are not contiguous but could produce a slick music. In this CD actually my attention focused on Papa Z or Aleksandr Zaslavsky, he is the father of the head of this group. Great!.
A trust of his I ever get some special link to see the father's skill are very fond of percussion and drum his tools. Father and son were musicians. Bravo! That was my introduction to a piece of light blue CD, picture sparrows lined the fence. Now I will introduce the CD sent from Obernbreit, Germany is "Flow" with the title "duos trios quintets"
F L O W


Art & cover design : Axel Weiss /
2012 by the musicians - worldwide
www.weiss-haenitsch.de/Ax.W.html  
www.weiss-haenitsch.de/AxW.html

Hmm. . . FLOW when translated means the flow, which probably meant is like flowing water. But not a barrier to listening 15 tracks packaged in an album titled "duos trios quintets". Of the six musicians on this album FLOW three of whom are musicians from Kazhargan World as Stanizlav Zaslavsky, Cheryl Pyle and Sean O'Bryan Smith. And the other three are, Arne Hioth (Oslo, Norway): trumpeth, Oddrun Eikli (Oslo, Norway): vocals, words and melody lines and Axel Weiss (Obernbreit, Germany): guitars and composing, rhodes piano.
Flow so wow, I honestly was not a bystander music but music lovers. So I listen to music so catchy that it will sway my head right-left to follow the rhythm of song. FLOW opening song on the album struck me as very energetic opener, welcome Cheryl Pyle voice greets the listener with his illustrations breezy flute sounding lead guitar Axel Weiis, others follow.

That's what I respond when listening to a song called "Let it go with the Flow", duration 4:54. Followed by the second track, I still do not know the vocalist named Oddrun Eikli, but so often hear their songs through fanpage Axel Weiss-Stan Z, Youtube, My Space or SoundCloud, I felt very familiar very soft melodious voice, reminds me of the sound The Groove singer, Rika Ruslan. The second song titled, "Autumnal" with typical intro Axel Weiss acoustic guitar, flute and voice trumpeth-end with tenderness Oddrun voice and guitar Axel.

F L O W , this is our intrinsic music - music for itself. We play to fulfill our love of music and heart tenderncy for original sound which range from free jazz improvisations to composed jazz ballads. We welcome you to listen.

Track list :
  1. Let it go with the Flow
  2. Autumnal
  3. Spontaneus Balladicity
  4. Little Things
  5. Dialogue in Blues
  6. Flavour from the Sun
  7. From Chaos to Heaven
  8. Spring
  9. Dessert in Heaven
  10. Sun Dance
  11. Islay Blues
  12. Oceanic Spheres
  13. Rocking
  14. Precious Energy
  15. Happy Tune

Well than 15 tracks, the most familiar to me is "Little Things and Springs", so very much household work I listen to their songs give a new color in everyday life. And to know more please contact or use it click http://www.facebook.com/media/set/?set=a.430130600366250.91958.100001079414192&type=3

Actual news:

"FLOW" is here - our new international and independent jazz album.
If you like to order our CD, please send a message to one of these mailadresses:
aw@weiss-haenitsch.de (Germany) or oddruneikli@gmail.com (Norway)

or click www.weiss-haenitsch.de/AxW.html
www.weiss-haenitsch.de/Galerievorraum.html

MAX RIDGWAY TRIO - BLUES AND CURIOSITIES



This CD comes with Kazhargan World, 4 days ago. When observed CD Max Ridgway Trio - Blues And Curiosities, recorded on May 7, 2008, that I just received the CD "A Little Night Music and Live At Borders" with the last recording in 2011. Well, I am grateful to know the new guitarist of Alva, Oklahoma - USA already mnedapat three CDs at once. This CD consists of three musicians: Max Ridgway (guitar) - Richard Martin (bass) - Tony Swafford (drums). The Cd contains :
  1. Heard It Throught the Grapevine (Barret Strong/Norman Whitfield)
  2. Chariots (John Scofield)
  3. Diotima's Strange Discoveries (Max Ridgway)
  4. The Dancin Jellyfish (Max Ridgway)
  5. The Nature Theatre of Oklahoma (Max Ridgway/Jason Franklin)
  6. See That My Grave Is Kept Clean (Blind Lemon Jefferson)
  7. The Lizard King (Max Ridgway)
  8. Turnaround (Ornette Coleman)
  9. Knockin' On Heaven's Door (Bob Dylan)
  10. Them Changes (Buddy Milles) / Born Under A Bad Sign (Albert King)
  11. In A Sentimental Mood (Duke Ellington)

Guest star named Jason Franklin, comes with a harmonica for the song "Knockin 'On Heaven's Door, and The Nature Theatre of Oklahoma", the two songs are rich play the harmonica, was instrumental. But in the song "See That My Grave Is Kept Clean", sounding vocals are the star, so very atmosphere lead to a settlement cowboy intro to the end, even the guitar Max Ridgway escape rhythms like jazz in Kazhargan World. I personally really salute to him who enjoy all genres of music.

I once wrote about in a previous entry entitled,"Ridgway Boston Performs Solo Concert."  There I deliberately asked the foreign correspondent to write more articles newspaper ran a story about him, and then I copy back in the Indonesian language and share in my blog also notes facebook. That's the reason why I am interested in American Caucasians, because he could get me a lot of knowledge and insight into the music, which I need to learn a lot to him, to anyone that I would learn. Because the study did not know the age and time.

As I write this, I have not listened properly eleven songs from the album "Blues and Curiosities.". However, two songs track 2 and track 3, are the songs that are familiar to my ears, through the CD before I had received.


MAX RIDGWAY TRIO - LIVE AT BORDERS


Cover foto by Roger Scott For booking information : maridgway@nwosu.edu


Around July 2012, for the first time I received a package containing a CD of Max Ridgway. Speechless and happy. I never thought I would receive the gift. Not only that, but he took me to a discussion of his music. Crazy! Who am I, why yes I am usually invited to a discussion about music. I was the only music lovers, not a musician or a music observers.

Okay, so say I agreed. Start the one I play the CD they will be, regardless of the composition of the songs in the album list.
From the first, until the end of the song I love the song, Ani't No Sunshine.  Both in CD titled, "Live At Borders or A Little Night Music." Older songs owned by Bill Withers turned in some versions remain caught my attention.So I asked permission to make a version of windows movie maker clip with my style.
Shoots beloved side dish arrived, he gave permission and let me make a clip with a song that I like. The difference in this album with the album "A Little Night Music", are all the songs on this album was recorded in a studio audience by including live shows, because every song sounds the end of the audience clapping. Although the same song, as Ain't No Sunshine, I was interested in her music make two versions. Other than that I'm interested in old songs of George Harrison, titled ,"Something."

The song is familiar ears, when I was a teenager, I think is very fitting to post photos once owned by Max Ridgway who display the shoelaces in various forms. Something is really something, I made a clip of her using Picasa 3, the clip shows the end it really is a song and a slideshow that something was the one, because it is packed with rhythm very slowly and blues jamming. Good to Something Max Ridgway version!.
Arrangement of 14 songs on the album Live At Borders, among others:         1. Scrapple from the Apple (Charlie Parker)
        2. Freddie Freeloader (Miles Davis)
        3. Master of War (Bob Dylan)
        4. Chariots (John Scofield)
        5. Is not NO Sunshine (Bill Whiters)
        6. Angel Eyes
        7. Ziphim (John Zorn)
        8. Herat it Trough The Grapevine (Strong / Whititfield)
        9. Blue Monk (Monk theolonius)
       10. Something (George Harrison)
       11. Diotima's Strange Discoveries (Max Ridgway)
       12. I Shot the Sheriff (Bob Marley)
       13. Isolde (Max Ridgway)
       14. A Little Night Music (Max Ridgway)      Recorded March, 2011 by Richard Martin
     mastered by Dave Skinner, Skinner Audio Serviices

M A X  R I D G W A Y - A LITTLE NIGHT MUSIC 


Inside photograph by Troy Brooks
Contact Max Ridgway at www.maxridgway.com


I first heard the songs on the album titled, "A Little Night Music", I fell in love with the last song is, "I Close My Eyes". Addition to the song Ain't No Sunshine which I mentioned above. Apparently after a chat around ngidul, my song choice is the latest song added to the composition of the new track list. Once again I reiterate, each listening to a new song that I just listen, (whatever that is) I accidentally let the mind, ears and feelings which I rolled find the songs that I like. And it turned out really led me to express, and will normally be followed further to make something shaped paper clips. Given my recent more enjoy making clips with limited applications, software and mood. Without feel I have made some clips for him, among other things:
Ain't No Sunshine (2 versions), Something, A Little Night Music, I Close My Eyes and Isolde. Last three tracks are original Max Ridgway, whereas random selection of songs when I was interested in making his clip. Thank you for your trust and Max Ridgway appreciates the opportunity.

Link to video clip of the song in the list above Arie Rachmawati Youtube account as follows:

http://youtu.be/lWKQIWXKuew - Ain't No Sunshine by Max Ridgway from album A Little Night Music
http://youtu.be/_ZuGKFvLy-s - Ain't No Sunshine by MR Trio from album Live At Borders
http://youtu.be/HBnLgad4Ydo - Something by Max Ridgway
http://youtu.be/Am3M7xc9BvY - A Little Night Music by Max Ridgway
http://youtu.be/dxTdkfJprM4 - I Close My Eyes by Max Ridgway from album A Little Night Music
http://youtu.be/h6e-WsOnA0Q - Isolde by Max Ridgway


In the songs on the album 'A lilttle Night Music' as follows:     1. BB Blues (Larry Coryell)
    2. Is not No sunshine
    3. Help (Lennon / Mc Cartney
    4. Bernie's Blues (Max Ridgway)
    5. Come Together (Lennon / McCartney)
    6. A Little Night Music (Max Ridgway)
    7. Isolde (Max Ridgway)
    8. I Close My Eyes (Max Ridgway)


I am very lucky to know them through social networking media, especially facebook. It all started with a friend of my brother named Mr. Yayan Wachyana who introduced to pianist from Russia, Stanislav Zaslavsky about a year ago. Then I was invited to join his group FB, and became acquainted with the painter, artist proof, cool again named Axel Weiss and eventually befriended guitarist from Alva Oklahoma, he's Max Ridgway the one I was friends with all of them. Amin, because my intention is to establish communication then all given the ease and smoothness.

Hopefully, as more and more of my friends from around the world, from a variety of languages and cultures. With this I was gradually introduced Indonesian music, the musicians, especially my idol Fariz RM, and later others (Montecristo and Moving On his Tono Supartono). And they gradually became interested in listening to our music, the music of Indonesia. Indonesia is very rich in culture and the arts may not merely in name only, this might be the way my little way for me personally still love the culture, the arts Indonesia, Cinta Indonesia.
Overall, I am a music lover who was not familiar with the rhythm of the blues, ever since I started to get to know Max Ridgway love blues music. Through music by Axel Weiss a confidentiality jazz ballade or in my little new to my ears, because the rich improvised instruments both acoustic guitar and the electric guitar that. Plus the distinctive sound  Cheryl Plye and Oddrun Eikli a new atmosphere. Then through his piano playing musician Stanislav Zaslavsky also another fifth CD eventually became my homework to see and enjoy when his leisure while performing routine tasks housewife.

No harm in accepting them, their music for our country. Not because I am a part of their friendship, and I applaud. Not because of that, but because of the music that brought me also they become part of the musical world.As I wrote at the beginning of this note, that music is the language of the world, it's the rhythm tone despite the communication link with the limitations of each. And Transcontinental Music notes, I end. Glad I could share and thank you so much for readers who have stopped by and read, and hopefully it helped to listen to their music.

Thanks to Stanislav Zaslavsky (Russia), Axel Weiss (Obernbreit, Germany), Cheryl Pyle (New York City), Oddrun Eikli (Oslo, Norway), and the artists in the Modern Art Group & Kazhargan World Jazz that has embraced me, and Thanks for evrything to Max Ridgway.

Bogor - Bandar Lampung, 28-29 October 2012
Regards,
Arie Rachmawati




Senin, 29 Oktober 2012

Tentang Mereka




Musik Lintas Benua   
Oleh : Arie Rachmawati
oleh Arie Rie Rachmawati pada 29 Oktober 2012 pukul 15:49 ·

Unik, ini hanya berawal dari perbincangan saya dengan beliau-beliau (para bule) tentang musik dengan keterbatasan bahasa masing-masing. Namun karena intensitas komunikasi akhirnya dengan bahasa musik kami pun menjadi bersahabat. Bersahabat melalui facebook, dan meluncurlah CD-CD itu ke rumah saya.
Menurut saya, selain musik adalah bahasa dunia, musik pun tanpa harus diterjemahkan sedetail mungkin bagi orang awam, cukup memfokuskan pada alunan lagu, pikiran dan hati lepas mengikuti birama, maka kita pun dapat menjadi penikmat musik. Tentunya sesuai selera masing-masing orang. Kebetulan kelima CD tersebut sebagian besar berisi instrumentalia dan mereka adalah para musisi dari manca negara dengan kemampuan memainkan alat musik masing-masing hingga mampu menciptakan harmonisasi nada indah. Musik lintas benua, demikianlah saya menyebutnya. 
Unik, sekali lagi unik, karena kelima compact disc itu saling bersinambungan dimana saya mengenal para musisi tersebut secara terpisah dan benar-benar tidak mengetahui bahwa mereka adalah satu pertemanan. Kelima compact disc  tersebut ya nge-jazz, ya nge-blues, ya nge-ballad banget itu adalah :
  • Kazhargan World - Wonderful Times
  • Flow - duos trios quintets
  • Max Ridgway Trio - Blues And Curiosities
  • Max Ridgway Trio - Live At Borders
  • Max Rigdway - A Little Night Music

KAZHARGAN WORLD

(coverphoto by Tanya Truang /
design by maxim Aspirin Rymarev)

Tertulis pada cover CD berwarna biru muda (biru laut) ini para musisi sbb :
  • Stanislav Zaslavsky - Piano
  • Hans Peter Saletin - Trumpet
  • Cheryl Pyle - Flute
  • Max Ridgway - Guitar
  • Brian Mitchell Brody - Saxophone
  • Tony Cimorosi - NS Double Bass
  • Sean O'Bryan Smith - Electric Bass
  • Papa Z - Drums & Percussion
Adapun 12 lagu yang ditampilkan antara lain :
  1. Wonderful Times
  2. Children Of The World
  3. Mayan Prophecy
  4. Other Constellations
  5. AfterTime
  6. Spirit of Discovery
  7. Invisible Celebration
  8. Live Under Water
  9. My Motherland
  10. Irene Was Here
  11. All Day Rain
  12. Cuban Snow
Poem and voice by Cheryl Pyle - Music by Stan Z
www.kazhargan.com
email :  zaslavsky@bk.ru

Secara chemistry saya sudah mengenal akrab lagu pertama berjudul Wonderful Times baik melalui akun Youtube sang pianis Stan Z dan Max Ridgway si gitarisnya sering memberi link ke wall facebook  saya, jauh sebelum CD tersebut rilis. Kemudian baru lah saya mendengarkan secara keseluruhan lewat compact disc original ini memang terasa beda. "I enjoyed!" Irama lembut sangat pas untuk menemani waktu santai sambil menikmati panorama jatuhnya senja secara perlahan, benar sesuai dengan judulnya lagu pembuka yaitu Wonderful Times. Kemudian sang gitaris memperkenalkan saya kepada si peniup flute yaitu Cheryl Pyle, yang ternyata piawai membuat puisi sbb :

K A Z H A R G A N ... a word of open gestures a word with no specific translation
open values in the meaning for us all to seek out find your own way
in songs of worlds born in heart sauna jazz. (Cheryl Pyle 10.29.2011)

Pada track nomor 4, Cheryl Pyle membacakan puisi yang diringi ilustrasi flute-nya sendiri, disusul irama lainnya. Dibalik CD, pada cover belakang tertulis seperti ini, "I express my gratitude and admiration for my wonderful friends and excelient musicians : Hans Peter Salentin from Germany, Cheryl Pyle and Tony Cimorosi from New York, Sean O'Bryan Smith from Tennessee, Max Ridgway and Brian Mitchell Brody from Oklahoma. Thanks for their skill and devotion to music, good sensitivy, patience and love." - Stan Z. Hal ini menandakan bahwa mereka berada tidak berdekatan tapi mampu melahirkan satu musik yang apik. Dalam CD ini justru perhatian saya tertuju pada Papa Z atau Aleksandr Zaslavsky, beliau adalah ayah dari pimpinan grup ini. Hebat!.

Suatu kepercayaan dari beliau saya pernah mendapatkan beberapa link khusus untuk melihat kepiawaian si ayah yang sangat menggemari perkusi dan alat gendang-nya. Ayah dan anak adalah pemusik. Bravo !  Itulah sepenggal perkenalan saya dengan CD berwarna biru muda, bergambar burung-burung gereja berjejer dan bertengker di pagar pembatas. Kini saya akan memperkenalkan CD yang dikirim dari Obernbreit, Germany yaitu "FLOW" dengan judulnya "duos trios quintets"
F L O W  

Art & cover design : Axel Weiss / 2012 by the musicians - worldwide
www.weiss-haenitsch.de/Ax.W.html
www.weiss-haenitsch.de/AxW.html
 Hmm . . . F L O W bila diterjemahkan artinya aliran, mungkin yang dimaksud adalah seperti air mengalir. Saya pernah bertanya tapi hingga saya menulis ini saya belum menerima jawaban. Sekali lagi keterbatasan waktu dan kesempatan. Namun bukan halangan untuk menyimak 15 lagu yang dikemas dalam album berjudul " duos trios quintets". Dari enam musisi di album FLOW ini tiga di antaranya adalah para musisi dari Kazhargan World seperti Stanizlav Zaslavsky, Cheryl Pyle dan Sean O'Bryan Smith. Dan tiga lainnya adalah, Arne Hioth (Oslo,Norway): trumpeth, Oddrun Eikli (Oslo, Norway): vocals, words and melody lines dan Axel Weiss (Obernbreit, Germany) : guitars and composing, rhodes piano.

Flow begitu wow, jujur saya ini bukan pengamat musik tapi penikmat musik. So jadi saya mendengarkan musik kalau enak didengar maka kepala saya akan mantuk-mantuk  mengikuti alunanan lagu. Lagu pembuka di album FLOW menurut saya sebagai pembuka sangat energik, disambut suara Cheryl Pyle menyapa pendengar dengan ilustrasi flute-nya semilir terdengar lead gitarnya Axel Weiis, yang lain mengikuti. Itu yang saya tanggap saat mendengarkan lagu berjudul "Let it go with the Flow", durasi 4:54. Disusul track kedua, saya sih belum mengenal vokalisnya bernama Oddrun Eikli, namun saking seringnya mendengar lagu-lagu mereka lewat fanpage Axel Weiss-Stan Z, Youtube, My Space atau Soundcloud, serasa saya akrab banget suaranya yang sangat lembut merdu, mengingatkan saya pada suara penyanyi The Groove, Rika Ruslan. Lagu kedua berjudul, " Autumnal " dengan intro khas petikan gitar akustiknya Axel Weiss, lalu suara trumpeth-flute berakhir dengan kelembutan suara Oddrun dan petikan gitar Axel.

F L O W , this is our intrinsic music - music for itself. We play to fulfill our love of music and heart tenderncy for original sound which range from free jazz improvisations to composed jazz ballads. We welcome you to listen.

Track list :
  1. Let it go with the Flow
  2. Autumnal
  3. Spontaneus Balladicity
  4. Little Things
  5. Dialogue in Blues
  6. Flavour from the Sun
  7. From Chaos to Heaven
  8. Spring
  9. Dessert in Heaven
  10. Sun Dance
  11. Islay Blues
  12. Oceanic Spheres
  13. Rocking
  14. Precious Energy
  15. Happy Tune
Nah dari 15 track lagu, yang paling akrab di telinga saya adalah "Little Things and Springs", jadi sangat banyak pekerjaaan rumah saya mendengarkan lagu-lagu mereka memberi warna baru dalam kehidupan sehari-hari.  Dan untuk lebih mengetahui silahkan kontak atau klik use it http://www.facebook.com/media/set/?set=a.430130600366250.91958.100001079414192&type=3

Actual news:
"FLOW" is here - our new international and independent jazz album.
If you like to order our cd, please send a message to one of these mailadresses:
aw@weiss-haenitsch.de (Germany) or oddruneikli@gmail.com (Norway)
atau klik www.weiss-haenitsch.de/AxW.html
www.weiss-haenitsch.de/Galerievorraum.html
MAX RIDGWAY TRIO - BLUES AND CURIOSITIES

CD ini datang bersama Kazhargan World, 4 hari yang lalu. Bila diperhatikan CD Max Ridgway Trio - Blues And Curiosities, direkam pada 7 Mei 2008, artinya justru saya menerima CD "A Little Night Music dan Live At Borders" dengan rekaman terakhir 2011. Wah, bersyukur sekali saya baru mengenal gitaris dari Alva, Oklahoma - USA sudah mnedapat tiga CD sekaligus. CD ini terdiri dari tiga musisi : Max Ridgway (guitar) - Richard Martin (bass) - Tony Swafford (drums). Adapun Cd tersebut berisi :
  1. Heard It Throught the Grapevine (Barret Strong/Norman Whitfield)
  2. Chariots (John Scofield)
  3. Diotima's Strange Discoveries (Max Ridgway)
  4. The Dancin Jellyfish (Max Ridgway)
  5. The Nature Theatre of Oklahoma (Max Ridgway/Jason Franklin)
  6. See That My Grave Is Kept Clean (Blind Lemon Jefferson)
  7. The Lizard King (Max Ridgway)
  8. Turnaround (Ornette Coleman)
  9. Knockin' On Heaven's Door (Bob Dylan)
  10. Them Changes (Buddy Milles) / Born Under A Bad Sign (Albert King)
  11. In A Sentimental Mood (Duke Ellington)
Bintang tamu bernama Jason Franklin, hadir dengan harmonika untuk lagu "Knockin' On Heaven's Door, dan The Nature Theatre of Oklahoma", dua lagu ini kaya permainan harmonika, masih instrumentalia. Namun di lagu "See That My Grave Is Kept Clean", terdengar vokal si bintang tamu, amat sangat suasana membawa ke suatu perkampungan koboi dari intro hingga akhir, bahkan petikan gitar Max Ridgway lepas dari irama jazz seperti di Kazhargan World. Saya pribadi sangat salut kepada beliau yang sangat menikmati segala genre musik.

Saya pernah menulis tentangnya di catatan sebelumnya berjudul,
" Ridgway Performs Solo Boston Concert ."  Di sana saya sengaja meminta ybs untuk menulis lagi artikel koran yang memuat berita tentang dirinya, lalu saya menyalin kembali dalam bahasa Indonesia dan membagikan dalam catatan facebook juga blog saya. Itu alasan saya kenapa saya tertarik pada bule Amrik itu, karena dia saya bisa mendapatkan banyak pengetahuan dan wawasan musik, dimana saya perlu belajar banyak kepadanya, kepada siapa pun yang saya akan belajar. Karena belajar itu tak mengenal usia dan waktu.

Ketika saya menulis ini, saya belum menyimak benar sebelas lagu dari album "Blues and Curiosities.". Namun, dua lagu track 2 dan track 3, adalah lagu-lagu yang sudah familiar di telinga saya, lewat CD sebelumnya yang telah saya terima.

MAX RIDGWAY TRIO - LIVE AT BORDERS

Cover foto by Roger Scott
For booking information : maridgway@nwosu.edu

Sekitar Juli 2012 lalu, untuk pertama kalinya saya menerima paket yang berisi CD karya Max Ridgway. Tertegun dan bahagia. Saya nggak pernah berpikir saya akan menerima bingkisan itu. Bukan itu saja, tetapi beliau mengajak saya diskusi tentang musiknya. Gila! Saya ini siapa, kok ya bisanya saya diajak diskusi mengenai musiknya. Saya ini khan hanya penikmat musik, bukan pemusik atau pengamat musik.

Okelah, begitu kata saya menyanggupi. Mulai-lah saya memutar CD tsb, tanpa melihat susunan lagu dalam list album. Dari pertama, hingga akhir lagu saya suka lagu, Ain't No Sunshine.  Baik di CD bertajuk, "Live At Borders atau A Little Night Music."  Lagu lawas milik Bill Withers itu ternyata dalam beberapa versi tetap menarik perhatian saya. Maka itu saya mengajukan izin ingin membuat klip versi windows movie maker dengan berbagai gaya saya.

Pucuk dicinta ulam tiba, beliau memberi izin dan mempersilahkan saya membuat klip dengan lagu yang saya sukai. Perbedaan album ini dengan album "A Little Night Music", adalah semua lagu di album ini di rekam dalam sebuah studio dengan menyertakan pendengar menikmati pertunjukkan l i v e , karena setiap akhir lagu terdengar tepukan tangan penonton. Meski lagu yang sama, seperti Ain't No Sunshine, maka saya pun tertarik membuatkan klipnya dua versi. Selain itu saya tertarik pada lagu lawas milik George Harrison, berjudul "Something."

Lagu yang akrab ditelinga, saat saya remaja, menurut saya sangat pas sekali dengan postingan foto milik Max Ridgway yang menampilan tali sepatu dalam berbagai bentuk. Something ya something banget, saya membuat klip-nya memakai Picasa 3, akhirnya tayangan klip itu benar-benar merupakan lagu dan slideshow yang something-lah, karena dikemas dengan irama yang sangat slowly dan rada nge-blues. Good to Something Max Ridgway version!.

Susunan 14 lagu di album Live At Borders itu, antara lain :
  1. Scrapple from the Apple (Charlie Parker)
  2. Freddie Freeloader (Miles Davis)
  3. master of War (Bob Dylan)
  4. Chariots (John Scofield)
  5. Ain't NO Sunshine (Bill Whiters)
  6. Angel Eyes
  7. Ziphim (John Zorn)
  8. Herat it Trough The Grapevine (Strong/Whititfield)
  9. Blue Monk (theolonius Monk)
  10. Something (George Harrison)
  11. Diotima's Strange Discoveries (Max Ridgway)
  12. I Shot the Sheriff (Bob Marley)
  13. Isolde (Max Ridgway)
  14. A Little Night Music (Max Ridgway)
Recorded March, 2011 by Richard martin
mastered by Dave Skinner, Skinner Audio Serviices

M A X  R I D G W A Y - A LITTLE NIGHT MUSIC

Inside photograph by Troy Brooks

Contact Max Ridgway at www.maxridgway.com

Pertama kali mendengar lagu-lagu di album berjudul, "A Little Night Music", saya jatuh hati pada lagu terakhir yaitu ,"I Close My Eyes".
Selain lagu Ain't No Sunshine yang saya sebut diatas. Ternyata setelah ngobrol ngalor ngidul, lagu pilihan saya itu adalah lagu terbaru yang baru ditambahkan di susunan list track.  Sekali lagi saya tegaskan, setiap mendengarkan lagu baru yang baru saya dengarkan, (apapun itu) saya sengaja membiarkan pikiran, telinga dan perasaan saya menggelinding mencari lagu mana yang sangat saya sukai. Dan itu ternyata sangat menuntun saya berekspresi, dan biasanya akan diikuti selanjutnya untuk membuat sesuatu bisa berbentuk tulisan atau klip. Mengingat saya akhir-akhir ini lebih enjoy membuat klip dengan keterbatasan aplikasi, software dan mood. Tanpa terasa saya telah membuat beberapa klip untuknya, antara lain :

Ain't No Sunshine (2 versi), Something, A Little Night Music, I Close My Eyes dan Isolde. Tiga lagu terakhir adalah karya asli Max Ridgway, padahal pemilihan lagu secara acak saat saya tertarik membuat klip-nya. Terima kasih Max Ridgway atas kepercayaan dan kesempatan berapresiasi untuk saya.

Link video klip lagu karya (iseng) untuk daftar di atas di akun Youtube Arie Rachmawati sbb :

http://youtu.be/lWKQIWXKuew - Ain't No Sunshine by Max Ridgway from album A Little Night Music
http://youtu.be/_ZuGKFvLy-s - Ain't No Sunshine by MR Trio from album Live At Borders
http://youtu.be/HBnLgad4Ydo - Something by Max Ridgway
http://youtu.be/Am3M7xc9BvY - A Little Night Music by Max Ridgway
http://youtu.be/dxTdkfJprM4 - I Close My Eyes by Max Ridgway from album A Little Night Music
http://youtu.be/h6e-WsOnA0Q - Isolde by Max Ridgway

Dalam lagu di album 'A Lilttle Night Music' sbb : 
  1. BB Blues (Larry Coryell)
  2. Ain't No sunshine
  3. Help (Lennon/Mc Cartney
  4. Bernie's Blues (Max Ridgway)
  5. Come Together (Lennon/McCartney)
  6. A Little Night Music (Max ridgway)
  7. Isolde (Max Ridgway)
  8. I Close My Eyes (Max Ridgway)
Saya sangat beruntung sekali mengenal beliau-beliau tsb diatas hanya melalui jejaring sosial terutama media facebook ini. Semua berawal dari seorang teman kakak saya bernama pak Yayan Wachyana yang memperkenalkan kepada pianis asal Russia, Stanislav Zaslavsky sekitar setahun lalu. Kemudian saya diajak bergabung ke grup musiknya, lalu berkenalan dengan pelukis, seniman tulen, cakep lagi bernama Axel Weiss dan akhirnya berteman dengan gitaris asal Alva Oklahoma itu, dan dari Max Ridgway-lah saya bersahabat dengan semuanya. Amin YRA, karena niat saya ingin menjalin talisilaturahmi maka semuanya diberi kemudahan dan kelancaran.

Semoga setelah ini semakin banyak teman saya dari belahan dunia, dari berbagai bahasa dan kebudayaan. Dengan ini saya pun sedikit demi sedikit memperkenalan musik Indonesia, para musisinya terutama idola saya Fariz RM, lalu menyusul lainnya (Montecristo dan Moving On-nya Tono Supartono). Dan mereka pun sedikit demi sedikit mulai tertarik mendengarkan musik kita, musik Indoensia. Indonesia yang sangat kaya budaya dan kesenian semoga bukan tinggal nama semata saja, mungkin cara saya ini menjadi jalan kecil untuk saya pribadi tetap mencintai kebudayaan, kesenian Indonesia, Cinta Indonesia.

Overall, saya sebagai pemikmat musik yang tadinya belum mengenal irama blues, sejak mengenal Max Ridgway saya mulai menyukai musik blues. Melalui musik karya Axel Weiss yang lebih kearah jazz ballade atau menurut saya sedikit baru di telinga saya, karena kaya improvisasi intrumen gitarnya baik yang akustik maupun yang gitar elektriknya. Ditambah suara khas Cheryl Plye dan Oddrun menjadi atmosfer baru. Kemudian melalui permainan piano nya Stanislav Zaslavsky juga pemusik lain akhirnya kelima CD itu menjadi pekerjaan rumah yang harus saya simak dan nikmati dikala senggang sambil melakukan tugas rutinitas RT.

Tak ada salahnya menerima mereka, musik mereka untuk negeri kita. Bukan karena saya bagian dari pertemanan mereka, lalu saya memuji. Bukan karena itu, tetapi karena musik-lah yang membawa saya juga mereka menjadi bagian dari permusikan dunia. Seperti yang saya tulis di awal catatan ini, bahwa musik adalah bahasa dunia, nada irama itu yang mempertautkan komunikasi walau dengan keterbatasan masing-masing. Dan catatan Musik Lintas Benua ini, saya akhiri. Senang bisa berbagi dan terima kasih banyak buat pembaca yang sudah mampir dan membaca, syukur-syukur turut mendengarkan musik mereka itu.
Terima kasih buat Stanislav Zaslavsky (Russia), Axel Weiss (Obernbreit, Germany), Cheryl Pyle (New York City), Oddrun Eikli (Oslo, Norway) dan para seniman di Modern Art Group & Kazhargan World Jazz yang telah merangkul saya, dan Thanks for evrything to Max Ridgway.

Bogor - Bandar Lampung, 28-29 Oktober 2012


Salam,
Arie Rachmawati

G A L E R I  F O T O
Me with CD's Flow & Kazhargan World

Kamis, 25 Oktober 2012

My Journey Two Weeks (1)

My Journey Two Weeks

oleh Arie Rie Rachmawati pada 25 Oktober 2012 pukul 6:06 ·

Episode One
Judulnya memang "My Journey Two Week" tapi saya ndak  akan menulis dalam bahasa Inggris.
My Journey Two Week terjadi selama dua minggu terakhir ini, tepatnya hari Minggu pertama sampai minggu ke tiga dibulan ke sepuluh 2012.
Ujuq-ujuq saya dapat persetujuan dari si Ojob, ketika saya mengajukan ingin pulang ke Jember Ohoi cihuuuyy....!

Sepanjang perjalanan dari Bogor ke Jember lancar dan tidak membosankan, karena ada segenggam rindu dalam angan yang ingin terwujud nyata.
Sewaktu menginjakkan kaki di Terminal Tawang Alun Jember, saya sengaja tidak memakai jasa taksi melainkan memanggil tukang becak.
Sepanjang jalan menuju rumah, saya melihat orang menjual minuman "Legen" dan saya berhenti, minum segelas sambil mengajak tukang becaknya. Sepertinya tukang becaknya heran, lalu berujar, "Sampeyan niku TKW yah mbak, sampun pirang tahun mboten mudik?" (artinya : Sampeyan itu TKW, sudah berapa lama nggak mudik?). Ya spontanitas, saya geli dan hampir keseleq. Dalam hati apakah ada potongan saya ini TKW, wkwkwkw :-)
Minum ditempat dan memborong sebotol Legen, walau rasa legen-nya nggak seperti yang jadul, tetapi untuk tombo kangen nggak apalah.

Perjalanan dilanjut hingga sampai di depan rumah Mama, di Perumahan Surya Milinia, Mangi Jember. Mama kaget dan tertawa.
Untuk tahun ini saya cukup banyak bertemu dengan Mama, saya ingin kesempatan ini digunakan mencari beberapa teman satu grup (vocalgrup ABC jaman SMPN1 Jember), selain ingin bertemu Bapak. Senangnya bisa menikmati kembali masakan Mama, dan seperti biasanya acara bongkar-bongkar oleh-oleh segera dimulai.

Sehari berada di Jember, saya memulai aktivitas dimulai dengan menyapa Atik 3D (Tri Mei Wati Haryoto) , meski saknyut  say hello dan berjanji akan bertamu lagi. Lalu saya mencoba menyelusuri memori lama, mencari keberadaan pemain bass cetolnya ABC Vocal Grup, bernama Agus Rachmad Hadi atau lebih akrab dengan sebutan "Nanang Keceng". Berdasarkan feeling saya mencari info ke tetangganya di Jalan Tampak Siring daerah GNI, entah sekarang bernama jalan apa, saya nggak memperhatikan itu.  Ternyata saya mendapatkan info dan sedikit kecewa karena rumah yang saya tuju ternyata sepi seperti tak berpenghuni. Walau saya telah mendapatkan nomor telepon rumahnya.
Nyaris putus asa akhirnya secarik kertas saya lempar ke halaman, belum meninggalkan rumah sepi itu, saya sangat berharap bertemu dengannya.
Berbicara tentang Nanang Keceng ini, sebenarnya setiap ada kesempatan ke Jember saya sempatkan mencarinya namun sampai hari itu tak membuahkan hasil. Saya menelpon nomor itu tak pernah ada jawaban. Lalu saya melanjutkan menemui sanak saudara dan beberapa teman sekolah yang bisa saya temui tanpa membuat janji sebelumnya, karena saya takut tidak menepati janji itu.


Pagi yang ramah mengantarkan saya bertemu Anggraeni Rita Sari atau Renny Ronggo, si pemilik Zoya Jember di Kreongan itu. Renny sangat terkejut saya ujuq-ujuq muncul di halaman rumahnya yang asri dan penuh kehijauan di kebun belakang. Bergaya sebentar dan segera pamit melanjutkan target berikutnya.     Terlebih saya mendapatkan nomor hape nya Atim Sahri, saat saya berkunjung ke rumahnya di Gang Parit. Rumah itu masih seperti dulu, berjejer di lorong sempit dan wajah-wajah familiar menyapa dan memberi tahu bahwa ybs sedang bekerja di Bali. Meski tak bertemu wajah namun jalinan silaturahmi kembali terjalin dalam obrolan seluler. Atim Sahri itu teman sekelas dari kelas C-1 s/d 3 SMPN 1 Jember, teman berangkat dan pulang sekolah berjalan kaki. Saya nggak akan pernah lupa wajahnya. Saat memperhatikan REUNI SMPN 1 Jember setahun lalu, sepertinya saya tidak menemukan sosoknya dalam upload-an foto-foto dari para alumnus.

Hari berikutnya dan berikutnya saya senang sekali hampir semua target satu persatu terpenuhi. Bahkan yang nggak termasuk daftar pun yaitu temannya pak Eric Martoyo vokalis MONTECRISTO, MC-KJP-Makara mempunyai fans bernama bapak Bambang yang kebetulan beliau rekan bisnis nya pak Eric Martoyo. Unik, unik sekali saat berjabat tangan beliau langsung bercerita tentang koleksi kaset-kasetnya.  Kebetulan lagi, beliau ternyata atasan tante saya (Yuli Anwar) yang bekerja di RS Dr.Soebandi Jember. Dunia ini sempit sekali. Ternyata di rumah sakit pun bisa dijadikan ajang reuni sodara, ada Merry adik sepupu.
Sebelumnya itu saya mengunjungi seorang kakak kelas di SMP yang baru saya ketahui bahwa beliau salah satu fans Fariz RM-SYMPHONY. Ternyata sekarang, kakak kandung dari Ika Riska itu, seorang dokter di bagian khusus PMI RSU Dr.Soebandi.   Kunjungan tsb kebetulan dengan jadwal Mama ke laboratorium, sekalian mengantar dan menemui, sekali menyelam minum air, begitulah kira-kira peri bahasa yang tepat untuk sikon saat itu, Kamis 11 Oktober 2012. Terima kasih banyak, mas Dudung Ari Rusli sangat ramah dan akrab.
Hape berdering terus menerus dari nomor yang tidak saya kenal, ragu namun akhirnya saya angkat juga. Ternyata suara diseberang sana menyapa, "Arie, kemarin ke rumahku ya? Apa kabar, kamu sekarang dimana?" Oaalah itu Nanang Keceng, walau ia tak nyembutkan namanya namun saya masih ingat itu suaranya. Obrolan singkat kemudian dilanjut setelah ia pulang dari rumah temannya. Malam itu sepanjang malam, kami melepas rindu lewat telepon rumah.
Senang dan senang sekali bercakap dengannya, ia berjanji besok pagi akan mampir ke rumah sebelum pergi ke kantor.

Benar, pagi hari ia muncul dri depan pagar rumah dan tersenyum melebar. Puluhan tahun sejak perpisahan SMPN 1 Jember 1984, saya kehilangan kontak dengannya. Ia masih tinggi jangkung dan cengengesan. Dia bilang, "Wuiik Ar kowe lemu, tapi wajah manismu masih kusimpan di saku bajuku!"  "Ar ini aku beliin soto ayam, murah lho tapi enak!" Hahaha, saya ngakak mendengar dia bercerita dengan tingkahnya yang nggak pernah diam. Kadang duduk, kadang berdiri, muter-muter bikin kepala saya pusing. Bertukar cerita dan menanyakan schedule selama saya di Jember, akhirnya kami sepakat pergi bersama ke Surabaya, walau nanti di sana tujuan kami berbeda. namun setidaknya saya mempunyai teman seperjalanan Jember-Surabaya/ Surabaya-Jember.

Pagi itu setelah kami berdua sarapan nasi goreng, bikinan sendiri. Langsung menuju Stasiun Jember untuk menukar tiket agar kami bisa sebangku. Soal tiket, saya sudah membelinya 3 hari sebelumnya. Semua cerita berjalan seperti air mengalir. Selama perjalanan dari stasiun ke rumah, ia bercerita tentang episode dimana kami terpisah waktu dan jarak. Ia merasa kehilangan saya. Kehilangan teman bermusik, yang katanya unik (berani dan pede) susah mendapatkan seperti saya. sekali lagi saya tertawa. Setelah urusan selesai, ia mengantarkan kembali ke rumah, dan ngobrol dengan Mama dan kemudian pamit ke kantor lagi.
Nanang Keceng, sejak ia muncul di hadapan saya Jum'at pagi itu, sejak itulah ia rajin bertandang ke rumah. Di balik senyum ramahnya sebenarnya ia sangat tertutup dan saya tidak banyak bertanya tentangnya, saya ingin ia bercerita sendiri dan merasa nyaman. Kenangan manis, saat berlatih musik jelang pentas seni dan obrolan kecil mengurai kisah-kisah lama saat remaja. Hari yang sama, malam ia datang lagi menawarkan semangkok angsle yang masuk daftar hunting kuliner selama di Jember. Malam itu, ia membawa ke tempat langganan-nya di dekat masjid Al-Huda.  Nanang mulai bercerita dan diam-diam saya ambil fotonya. Hmmm...ia susah sekali diajak berfoto-ria, bahkan semua foto di kamera sudah dihapusnya saat saya mampir ke ATM Mandiri depan Alun-Alun. Ini adalah kesempatan melihat kotaku di malam hari. Tawaran jasa Nanang sangat bermanfaat. Meski ia menawarkan untuk menikmati makanan yang lain, saya menolak dengan alasan angin malam nggak baik untuk kesehatan, lebih baik melanjutan obrolan di beranda rumah lebih nikmat. Maklum faktor usia kena angin malam bisa bikin encok ta'iye tretan. Ia pun menyetujui.
Bagi saya sosoknya tak berubah, selalu gelisah tingkahnya, humoris dan selalu menatap mata saya. Jadi bila saya mendapat info tentangnya yang sangat jauh dari sosok yang saya kenal, itu menimbulkan tanda tanya. Nanang Keceng dahulu dan kini seperti itulah yang saya kenal. sangat akrab dan familiar sama keluarga saya. Bukan Nanang Keceng yang pendiam dan misterius. Bahkan selama saya di Jember, ia seperti siluman, kadang sudah berada di depan  rumah, sebentar kemudian ia pamit pulang.

Rupanya virus mencari teman lama menular ke Mama, seusai kuliner gado-gado dan bakso di samping SDN Jember Kidul, di lorong yang sama, Mama ingat ada rumah teman lama. Teman lama itu bernama Ibu Hj Siti Hawa, yang tak lain adalah ibu kandung mas Dudung Ari Rusli juga Ika Riska 3G, teman SMP1 dan sekaligus ibu mertua Pipin Indahyani, teman SDN Pagah. Ya begitulah orang-orang Jember, muter-muter menthoq juga orang-orang itu juga. Alhasil, saat mertamu mendadak, si tuan rumah kaget kedatangan Mama dan saya. Ternyata kunjungan tak terduga menyambung cerita lama. Senang rasanya melihat keakraban yang tersisa. Sementara yang lainnya satu per satu telah pulang ke Rahmatullah. 

Hari yang sama Sabtu, 13 Oktober 2012, saya akhirnya bisa menepati janji ke Atiek 3D, malah saya disuguhi sepiring nasi soto ayam.
Tentang Atiek 3D, meski pun bukan teman sekelas. Tetapi kegiatan drum band semasa sekolah dan hubungan erat pertemanan orang tua sangat merapatkan keakraban. Bahwa sewaktu putra saya (pertama) Aryo Rizki Putra berulang tahun yang pertama, yang membuat kue tart-nya adalah almh ibunya Atiek. Itu sebabnya saya sempatkan bertandang ke rumahnya. Atiek ramah dan masih tetap langsing.
Alhamdulillah banget dan selepas sholat Ashar, saya dan mas Hadhie memulai petualangan ke Pantai Papuma dengan mengendari motor Tigernya. Ah ternyata perjalanan berdua ini adalah perjalanan pertama berboncengan dengan kakak sendiri. Pemandangan pedesaan sepanjang perjalanan membawa ke suasana jadul saat tinggal di desa Barathan sekitar tahun 1978-an.

Sebelum memasuki kawasan wisata, melewati deretan pepohonan telanjang tanda dedaunan, mungkin karena kemarau yang panjang, dan nampak seperti musim gugur. Akhirnya tiba di lokasi. Saya melihat dengan mata kepala sendiri, keindahan Papuma itu. Sebelumnya hanya melalui cerita dari anak saya Ryan dan melihat upload-an foto milik mas Hadie. Kagum, ternyata Jember mempunyai obyek wisata pantai yang bagus dan harus gencar dipromosika. Atau saya-nya yang kurang mengikuti perkembangan kota Jemberr sendiri? Hmmm..., apa pun itu kesempatan ini tidak boleh dilewatkan begitu saja. Bermain buih, membiarkan kaki telanjang berjalan di pesisir pasir putih tersandung karang-karang kecil yang dibawa gelombang samudra ke tepian, membuat semakin manja keinginan bermain di pantai. Sayang waktu yang tersedia hanya sebentar. Berburu Sunset itu tujuan utama, untuk misi kali ini buat mas Hadhie.
 Cuaca yang sangat terang benderang tiba-tiba menjadi mendung, baru nampak tiga kali matahari kemerahan jatuh di ujung garis samudra luas. Sunset pun sudah tertutup awan kelabu, lalu langit pun redup. Deburan ombak di pantai Papuma masih menyanyikan lagu temaram, sambil menepis rasa ketakutan saya mencoba bergaya dan memotret sendiri dari atas tebing dengan kamera saku. Sebelum gelap, kami segera meninggalkan Papuma dan mampir sebentar ke Watuulo yang lebih termanggu dalam sepi. Padahal seingat saya pantai Watuulo dengan kekhasan batunya berbentuk ular naga panjang serasa panjang sekali, sekarang terlihat menyusut.
Setibanya di rumah, belum surut rasa lelah, saya kedatangan teman fesbuker yang dulunya teman satu vocal grup, dia gitaris kami yaitu Fransiscus Ario Praseno. Ario atau Nono nama bekennya, dengan wajah familiar dari PP di FB-nya membawa CD MONTECRISTO. Ario ini salah satu teman yang mau belajar dengan saya membuat klip. Dan karena intensitasnya itu kami akrab. Malam itu gantian saya yang mengajak Ario mencari si Angsle yang saya inginkan. Di depan Matahari Dept Store, duduk berdua dengannya. Ario itu seingat saya, ia sangat pemalu juga pendiam. Kumis rapinya membuatnya familiar. Serasa 28 tahun yang lalu hanya kemarin berlalu. Usai menikmati semangkok angsle, tiba-tiba Ario mengajak ke rumah Nanang Keceng. Alhamdulillah ybs ada dan setengah terkejut kedatangan kami tanpa konfirmasi. Rumah besar itu sepi dan berantakan. Tapi di meja tamu terbuka album jadul. Saya menangkap mungkin ini-lah yang ingin ditunjukkan kepada saya, saat Nanang berkata, "Aku masih menyimpan tanda tanganmu di saku bajuku, Arie!". 


Obrolan ngalor ngidul membuka cerita lama yang nggak pernah saya mendengar atau mengetahui, karena saya waktu itu sudah meninggalkan kota Jember. Sekali lagi tentang tingkah lakunya Nanang selalu tidak pernah diam. Saya mengingatkan bahwa besok ba'da Subuh jangan telat menjemput saya. Kemudian kami berpamitan dan Ario menunjukkan rumahnya yang tak jauh dari rumah Mama. Senang sekali ngobrol dan ditemani Ario.
Minggu Subuh, 14 Oktober 2012
Ia sudah nongol di depan pintu tepat waktu, secangkir teh hangat bikinan Mama, hanya sekedar diseruputnya. kami berdua segera meninggalkan rumah dan meluncur ke Stasiun. Dinginnya angin subuh membaut sejuk perjalanan, dan tepat waktu kereta apa Legowo membawa kami berdua menuju Surabaya. Nggak pernah terlintas dalam pikiran akan melakukan perjalanan berdua dengan pemetik bass cetol itu.
 Hari itu saya sudah kontak Achmad Basuki, atau beken di FB dengan sebutan Ki Suki, untuk bertemu keluarnya dan menjemput kartu pos yang pernah dijanjikan. Sepanjang perjalanan, menambah keakraban. Tiba-tiba ia mengeluarkan dua album jadul dari tas laptopnya. Dalam hati berkata,"Niat banget nih!" Rupanya kesempatan ini ia pergunakan untuk bercerita tentang episode yang hilang selama seperempat abad lamanya. Satu per satu halaman album menyingkap misteri hingga menjadikan ia seperti ini. Yang saya ingat dalam obrolannya itu, "Inilah hidup saya yang sebenarnya!". Roda berputar dan tibalah di Stasiun Gubeng, sementara suara Basuki di seberang sana mengatakan aku sudah hampir tiba di tempat. 
Kedatanganku bersama Nanang Keceng sangat membuat Basuki surprise, karena keduanya pernah satu kelas di kelas 3B SMPN1. Sementara si Nanangnya sendiri seperti segera meninggalkan kami dan enggan diajak berfoto bersama. Usai itu ia berpamitan menuju tempat tujuannya, saya bersama keluarga Basuki diajak lunch di SAS. SAS ada sebuah tempat makan keluarga yang dilengkapi dengan servise kendaraan para pelangan restoran tsb. Di saat menunggu hidangan datang, kami bertukar cerita dan berfoto ria dengan 3 tokoh cerpen Dandelion dalam Rindu, yang pernah dimuat di majalah STORY, edisi no 22, terbitan 24 Mei-25 Juni 2010 lalu. Senang saya bisa berfoto dengan dek Syira tokoh kecil yang kini usianya sudah 6 tahun.

Keakraban saya dengan Basuki, terjalin saat ia menuntaskan study S3-nya di Saga Japan. Selain pandai bercerita khususunya pewayangan juga piawai dalam fotography. Saat akan meninggalkan lokasi, saya mendapat telepon dari sepupu saya bernama Denny Kastrianto, yang ingin ikutan bergabung. Meski sama-sama teman fesbuker, tapi belum pernah kopi darat. Akhirnya kami berkumpul di halaman Rektorat ITS. Benar-benar saya berada di kampus ITS. Nama yang pernah mengisi buku harian saya, tentang seorang mahasiswa Elektro-ITS, di masa remaja dulu. Benar-benar reuni dadakan tidak pada tempatnya setelah di Stasiun Gubeng kini di halaman ITS. Ternyata di tempat itu, saya berpisah dengan Basuki sekeluarga, dan Denny sekeluarga yang mengantarkan kembali ke stasiun Gubeng. Di tempat itu Nanang sudah menunggu, rupanya ia lebih cepat dari perkiraan. Sekitar 30 menit kami duduk berdua di ruang tunggu yang kebetulan menampilan suguhan musik live. Hingga kereta Logowo membawa kami kembali ke Jember, ia masih bersemangat bercerita, melanjutkan yang tertunda. Ternyata banyak sekali episode-episode yang hilang, dan kami saling mencari keberadaan masing-masing. Namun bila Allah belum mempertemukan ya tak akan bertemu walau kami berdua pernah satu kota di dua kota yang sama, Jember dan Bogor, Bila indah pada waktunya maka semuanya dimudahan oleh-Nya. Dan selama saya di Jember, ia lah yang banyak berkunjung ke rumah.


Senin, 15 Oktober 2012
Memulai aktivitas dengan ziarah ke makam leluhur di daerah Cukil Gebang. Meski pemakaman banyak tumbuh bunga liar dan cantik-cantik warnanya. Lewat sebaris doa dan shodakoh Al-Fatihah berharap orang-orang terdekat yang berpulang diampuni dosanya, diterima amal ibadahnya dan dilapangkan kuburnya. Amin YRA. Setalah itu meluncur ke rumah Ninis Rollah ex vokalis ABC vocal grup. Ternyata Ninis tinggalnya bukan di situ lagi, rumah induk itu menjadi tempat kerajinan Batik Jember yang dikelolah oleh mbak Irene, kakak kelas saya. Meluncur meluncur lagi dan tiba-tiba telepon berdering dari Nanang, "Ar, ayo kita makan bakso depan sekolah. Kamu dimana, aku jemput!". Wah ini benar-benar sebuah nostalgia manis. Kami berjanjian di perempatan Jln Melati-Jln Trunojoyo dan ia menjemput kemudian saya berpisah dengan Ammar sepupu saya yang sepanjang hari mengantarkan ke sana-sini. dari nyekar, beli oleh-oleh, menjemput purtinya si Ame, bertemu tante Ella sampai ketemu mas Jumadi di tengah jalan.




Setelah dua mangkok angsle, kini giliran dua mangkok bakso-nya pak Man, langganan terfavorit siswa siswi SMPN 1 Jember priode 1981-1984. Entah sekarang, yang jelas rasanya nikmat walau hanya sederhana. Suasana mendukung, mendung menggantung, bahkan sebungkus es jeruk pun paruhan karna beli setung. Layar terkembang slideshow seragam biru putih bet Osis kuning menyolok disaku. Pada jam-jam istirahat dan pulang sekolah biasanya warung bakso pak Man ini diserbu seragam biru putih. Tiga pelajar SMP1 berjalan menjauh dari warung bakso, satu siswi dan dua siswa. Melangkah kaki melewati bioskop Kusuma untuk mampir ke toko fotocopy lalu berpisah, berjanji untuk jumpa sore hari berlatih musik. Itulah selintas kenangan tentangnya, nggak jauh dari urusan musik. Ia bukan teman sekelas, namun intensitasnya selain latihan musik kadang meminjam buku Tintin, sambil membawa coklat FullCream. Lalu layar tiba-tiba tertutup berganti sekeranjang pisang berpindah tangan, ia pikir saya ini doyan makan pisang hingga banyak sekali dibelikan. Ah dasar Nanang, ulahnya pun belum kelar, sebungkus rawon buat Mama. Hari yang padat, belum sempat merapatkan dua mata untuk terpejam, telepon berdering lagi, kali ini dari Ninis Rollah.


Ia mengajak saya  ke rumahnya, ia sekarang jadi pengusaha dan designer. Di rumahnya saya disuguhi bakso lagi, dan kami membuka nostalgia sewaktu performing menyanyikan lagu Quando by Los Morenos. Derai tawa serasa tak ingin berkesudahna. Dua vokalis, 1 gitaris, 1 bassit sudah saya temukan di antara tumpukan usang memori lawas. Melihat teman beliaku rasanya saya tak ingin meninggalkan Jember, walau saya gagal mendapatkan si Gaya Bul-Bul tapi saya mendapatkan cerita yang mengepul.
 Seperti kepulan air rebusan yang disiapkan untuk merebus jagung manis. Nanang datang lagi di saat saya ingin rebahan, ia bergegas ke dapur dan merebus jagung hingga matang dan di kupasnya lalu kami makan bersama Mama juga. Jagung manis, semanis itu ia memberi semua waktunya, menjadi romantis, indahnya persahabatan. Malam itu bahkan ia membuatkan secangkir teh hangat, benar-benar perjalanan ke Jember yang indah.

Selasa, 16 Oktober 2012
Subuh membawa cerita terlipat dalam tumpukan baju di travel bag, Nanang dan Ammar menunggu di stasiun, Nanang nggak mau bersalaman hanya memberi flashdisc, yang katanya ada file yang harus dibaca setibanya nanti. Ia ngeyel  akan menerobos pintu masuk setelah pemeriksaan tiket. Sekarang ketertiban dan peningkatan pelayan untuk kereta api benar-benar diterapkan dengan tegas. Karena ngeyel, akhirnya saya pun tak menjumpai wajahnya lagi dan walau sekedar ucapan "Selama Jalan". Ontime sepur itu membawa saya dan Mama pergi meninggalkan stasiun Jember, tanpa lambaian tangan-nya. Kereta menuju Surabaya, turun di stasiun Wonokromo dan akan melanjutkan perjalanan Bandara Juanda, terbang ke Balikpapan untuk Mama, dan saya melanjutkan ke Solo untuk esok harinya....

(bersambung)