Selasa, 15 September 2015

Aglenon 2.1


Sebelas Kota dalam Dua Puluh Hari
(Episode Satu)

dari stasiun Gambir sampai stasiun Purwokerto

BOGOR - JAKARTA
Selasa, 25 Agustus 2015
KA Argo Lawu Jkt-Solo
Aglenon 2, rasa lelah belum beranjak namun schedule perjalanan sudah didepan mata. Enam hari setibanya aku di Bogor setelah dari Cilacap, kini mempersiapkan koper lebih besar dari sebelumnya karena perjalanan ini lebih dari dua minggu kedepan. Sore itu naik commuter line menuju stasiun Juanda bersama Edo (anak ragil), kemudian menuju stasiun Gambir Jakarta dengan naik bajaj. Meski kami menuju ke stasiun sama namun beda tujuan perjalanan. Edo, akan meneruskan dengan kereta Argo Parahiyangan ke Bandung sedang aku meneruskan perjalanan ke Solo (stasiun Solo Balapan) dengan kereta Argo Lawu. Kereta yang membawa Edo berangkat lebih dulu, semua jadwal kereta api on time. (baca sebelumnya ini http://rachmarie-riritemaram.blogspot.co.id/2015/08/aglenon-1.html )

Malam itu aku masih melanjutkan rajutan (knitting) dan penumpang disebelahku laki-laki bertubuh kecil, berambut ikal ( sedikit mawut-mawut) dan berkacamata minus, tidurnya gelisah. Aku ? Ya masih setia merajut dan melanjutan doa. Doa seorang musafir itu Insya Allah diistijabah, Amin YRA, kemudian mengistirahatkan sepasang mata. Membaur dalam mimpi bersama penumpang lainnya. Perjalanan lancar hingga tiba di stasiun Tugu Yogyakarta itu penumpang sebelahku turun, sekitar jam 4 subuh.

Shafira 

SOLO 
Rabu, 26 agustus 2015
Shafira ke sekolah
Satu jam kemudian sampailah aku di stasiun Solo Balapan, dan tak lama dari itu adikku Totok Ardianto menjemput tepatnya ia mengawal dan taksi mengantarkan hingga tiba di depan rumah Tiara Asri Colomadu - Paulan, dengan selamat dan sehat. Jumpa pertama dengan keponakaku Shafira shapilo.

Sekarang Shafira sudah sekolah TK A, jadi kegiatan pagi adalah persiapan sekolah, sementara aku istirahat di kamar. Sepulang sekolah, kami bermain seperti waktu Fira di Bogor. Shafira cerdas, sedikit usil mewarisi keusilan Ayahnya dan rasa ingin tahunya tinggi seperti Neneknya, ia menyebutnya "Mbah bro". Lucu dan manisnya masih seperti yang dulu, Shafira shapilo iki anak'ae sopo lho? itu lagu asbun tercipta seketika sewaktu Fira masih kecil untuk menggodanya agar tidak menangis bila Ibunya tidak ada didekatnya.

Kamis, 27 Agustus 2015
Sepulang sekolah dengan berboncengan kami beriga (Shafira, Ika, aku) untuk pertama kalinya Ika (adik ipar/ibunya Fira) memberanikan diri mengantarku beli benang rajut dan memilih oleh-oleh di Solo (kota). Meski lelah dan pengalaman pertama ini naik motor penuh waspada karena membawa banyak barang, tapi menyenangkan. Andai ini sebuah permainan game tentu hal ini bolehlah disebutkan "mission completed".


YOGYAKARTA
Jum'at, 28 Agustus 2015

Kami & Mbak Elis
jalan Maliobro
Berbekal sarapan pagi nasi sepincuk 'sego liwet' lalu bergegas menuju kota Yogyakarta untuk kunjungan wajib ke klinik Wacala mengantar adik ipar dengan menggunaka kendaraan umum dilanjut bus Batik dan becak sampailah ke tujuan. Setibanya di klinik tsb, disambut sama penjaga meja repsionis bernama mbak Elis, sangat ceria. Melihat keberadaannya Shafira mengira mbak Elis seperti teman sepermainannya. Mbak Elis pun cepat akrab dengan kami yang tak lain sohib dekatnya Vivi (adikku). Suasana klinik yang tadinya sepi hening berubah menjadi seperti taman bermain balita. Jumpa pertama yang sangat berkesan hingga mbak Elis pun bergelayut manja kepadaku, sebagai tanda pertemanan foto dan souvenir rajutan. Beranjak dari kinik menuju jalan Malioboro hanya naik bus Batik (sekali) lalu turun dekat Hotel Inna Garuda, lalu menyelusuri gang kecil terletak disebelah Maliobro Mall, aku segera menuju ke tempat penjual benang rajut, Toko yang tempo hari aku kunjungi kini aku berada disana kembali, penjualnya pun masih ingat kepadaku."Lho ini sudah pulang ke Bogor, sekarang ke Yogya lagi toh?" "Iya Cik, keliling wira-wiri...."  Kedatanganku ini hanya beli benang empat gulung saja, karena kemarin di Solo sudah memborong banyak benang yang berbeda dari yang biasanya. Bertiga (aku, Ika dan Shafira) menyelusuri troyoar jalan Malioboro, pertama ada titipan dari budhenya Fira yaitu tolong dibelikan sarung tangan yang biasa dijual pedagang kaki lima sepanjang trotoar itu, kedua tujuan akhir menuju toko Mirota Batik.

9 pcs daster batik Malioboro
Namun sepanjang jalan itu tidak nampak pedagang yang menjajakan sarung tangan. Justru di depan persis Mirota Batik pedagang baju daster dsb menawarkan barangnya, dari sepotong baju empat puluh ribu menjadi tiga puluh lima ribu dan harga pun menjadi lumer menjadi tiga potong daster seharga seratus ribu rupiah. Wow, sebenarnya aku anti memakai baju daster tetapi yang ada dipikiran dibeli saja karena selain harga terjangkau, kainnya lembut dan motif coraknya ceria sekali. Sementara Ika membeli baju dengan motif wayang yang harganya tidak boleh kurang yaitu lima puluh ribu rupiah. Persis urusan kelar, budhenya Fira menjemput. Budhenya Fira itu budhe Vivi.. Perpisahan terjadi, Fira dan Ika melanjutkan perjalanan kembali ke Solo dengan bus umum. Aku dan Vivi menuju rumahnya di daerah Krapyak, bertemu dengan Mama.

Ternyata daster yang kubeli di depan Mirota Batik itu diminati Mama dan adikku, akhirnya waktu membawaku kembali kesana untuk memilih-milih daster, tapi sebelumnya diajak mampir ke toko benang lainnya yang menjual pernak-pernik ketrampilan, mirip Crayon & Craft Co di Bandung namun agak semrawut penataan benangnya. Semalam tidur dirumahnya Vivi dan keesokan hari dengan Mama naik kerta Pramex menuju Solo.

SOLO
Sabtu 29 Agustus 2015 sebelum ke stasiun Tugu Yogyakarta diajak mampir ke Yogya City Mall. Disini untuk pertama kalinya kami bertiga foto bersama bertiga, adalah momen yang jarang sekali, ini adalah keberkahan waktu walau hanya hitungan jam saja. Berfoto-ria sambil menunggu pesanan kroket di salah satu konter kue disana. Aku nggak suka kroket cukup membungkus rujak cingur saja dan segera melahapnya di stasiun Tugu Yogyakarya sebelum kereta Pramex membawa kembali ke Solo. Perjalanan kali ini terasa sangat lamban kurang lebih dua jam dikarenakan (waktu itu ) ada orang bunuh diri jelang stasiun Purwosari. Kami berempat bersaudara tetapi kami tinggal dimasing-masing kota, kakak sulung (mas Hadhie) di Surabaya, aku di Bogor, adikku Vivi di Yogyakarta dan adik bungsu Totok (ayahnya Shafira) di Solo sedang Mama menetap di Jember. Begitulah masing-masing berjauhan namun komunikasi lancar didukung saat kini era 3G-4G berbagai media sosial serasa berdekatan, meminjam istilah yang umum, mendekatkan yang jauh. Barakallahu fiikum simak cerita berikutnya ..... b e r s a m b u n g 

http://rachmarie-riritemaram.blogspot.co.id/2015/09/aglenon-22.html

Kota berikutnya :
Solo - Madiun - Solo - Jember - Purwokerto - Kroya - Cilacap - Jakarta - Bogor


Salam 
Arie Rachmawati