Lanjutan :
Sebelas Kota dalam Dua Puluh Hari
(Episode Ketiga)
(Episode Ketiga)
Bundaran DPRD Jember |
JEMBER
Sabtu, 5 September 2015 berangkat naik taksi yang kebetulan supir taksinya orang Jember, dari rumah Colomadu Paulan menuju stasiun Purwosari. Ketika kami berdua berangkat, Shafira sedang sekolah. Perjalanan kali ini penumpang gerbong kereta api Logawa sangat padat, sehingga AC dalam gerbong tak terasa malah bikin gerah. Kereta melaju tersendat-sendat lantaran sering berpapasan dengan kereta lain. Menjelang pertengahan hari tibalah kereta di stasiun Gubeng, Surabaya. Disini kereta harus berganti lokomotif alias langsir. Kembali ke gerbong kereta dan segera meninggalkan stasiun Gubeng Surabaya. Penumpang mulai berkurang, hembusan AC pun terasa kembali.Ningsih - Saya - Melanni |
Ningsih - Nanang - Saya |
Ningsih dan bros rajutan |
Kunjungan itu sebenarnya sifatnya mendadak, obrolan sesaat di pagi hari dengan Sri Hayuningsih dan ia mengiyakan untuk menengok Melanni. Melanni ini istri teman sekelas kami berdua, yaitu Surya Darma Pandita, selain itu Melanni juga ex tetangga sewaktu kami tinggal di pesisir jalan Diponegoro (sekarang jln. Gajah Mada). Kunjungan tsb yang diabadikan dalam foto, kemudian Melanni mempostingan lewat tampilan profile BB-nya. Sehingga salah satu temannya berkomentar positif mengenai kami bertiga. Persahabatan tanpa mengedepankan perbedaan golongan dan keyakinan. Biar pun kami jarang bertemu nampak jelas dari pancaran sinar mata dan senyum yang menghias wajah kami bertiga. Saya rasa perbedaan tsb bila disikapi dengan pikiran yang positif dan pastinya banyak membawa manfaat. Terbukti dari kunjungan singkat dan dilanjut dengan obrolan melalui WA, akhirnya Melanni dapat membuat bros bunga. Yang lebih hebat lagi ia menerima pemesanan bros bunga dari teman kerabat terdekatnya. Kunjungan yang membawa manfaat.
Usai dari rumah Melannie yang terletak di tak jauh dari warung nasi Lumintu, saya diajak Sri Hayuningsih (Ningsih) ke rumahnya di daerah/desa Mayang. Saya ingat waktu itu kunjungan pertama di tahun 2013, saya tengah masuk angin, kemudian Ningsih membuat saya sehat kembali, terharu. Menyenangkan kembali jumpa dengan ketiga putrinya. Menunggu jemputan Nanang, waktu yang ada dipergunakan membuat bros rajutan khusus untuk Ningsih. Tak lama kemudian Nanang datang dan terlibat urusan perumahan dengan tuan rumah. Usai itu kami berdua meluncur meninggalkan desa Mayang kembali ke Jember. Menyempatkan mampir ke rumah (alm) Bapak Chasib, Beliau adalah guru mengaji yang terletak di jalan Gajah Mada, dengan harapan bisa berjumpa dengan dik Dhenok (salah satu) putra-putri Beliau. Sayangnya saya hanya berjumpa dengan adik perempuan almarhum.
Iping & Saya |
Renny 'Zoya' Ronngo & Saya |
Argo Wiroko, Vindy & Saya |
Kegiatan selama di Jember, meski tak selama waktu - waktu yang lalu tetap meninggalkan kesan walau terselip rasa kecewa. Kekecewaan itu adanya keterbatasan waktu, ketergantungan kendaraan dan kebebasan menemui teman - teman yang lain, karena harus menunggu ijin dari Mama. Seusia ini saya masih diperlakukan seperti anak gadis yang perlu pengawasan ketat. padahal saya sebentar lagi (Maret 2016) akan menikahkan putra sulung. Saya hanya bisa menemui beberapa teman saja, terutama Renny'Zoya'Ronggo, seperti kunjungan wajib. Dan kedatangan Iping Hartanto ke rumah adalah surprise luar biasa. Terhitung sejak lulusan SMPN1 Jember 1984 (usai pentas seni) benar - benar tak jumpa dengannya. Diujung perjalanan selama di Jember, saya kedatangan salah satu penggemar berat Fariz RM dari kota Jember yaitu Argo Wiroko dengan istrinya. Namanya sangat familiar di dinding grup facebook Komunitas Fanstastic Fariz RM. Cerita punya cerita ternyata Argo itu teman sekolah (SMP) adikku, Totok Ardianto. Waktu yang sempit dimanfaatin berfoto bersama, selain itu ia membeli marchandise KFFRM, jadi lengkaplah kunjungan perdana bisa all in.
Bagi teman lainnya yang mengetahui kedatangan saya melalui postingan foto di facebook, mungkin terkesan saya pilih - pilih teman, padahal bukan demikian. Keadaan yang berlaku tak bersahabat dengan waktu. Hal itu yang membuat saya malas ke Jember, selain alasan yang ditulis diatas (jarak tempuh). Bagi saya berusaha menjadi anak yang baik dimata orang tua adalah hal yang tak mudah, sebaik apapun yang saya lakukan masih tetaplah kurang, karena memang benar adanya kasih sayang kita tak'kan bisa menyamai kasih sayang orang tua.
PURWOKERTO
Kamis, 10 September 2015
Mobil angkutan umum yang disupiri oleh pak Slamet sudah datang menjemput bakda subuh, bergegas meninggalkan rumah menuju stasiun. Menggunakan transportasi KA Logawa jurusan Jember-Purwokerto (pp) dengan jadwal pemberangkatan 05:05 wib dan harga tiket Rp 80.00,-. Perjalanan yang membosankan terulang saat jarak tempuh Surabaya-Jember (pp) bisa dihalau dengan kegiatan merajut. Bakda Magrib kereta Logawa tiba di stasiun terakhir Purwokerto. Selama perjalanan dan sering menggunakan transportasi kereta api, semua jadwal kereta api dan sistem pelayanannya sudah bagus, disiplin, dan on time. Dua jempol untuk PT KAI.
GOMBONG, KARANGANYAR & KEBUMEN
CD Fariz & Dian PP di Kebumen |
Ningrum & Saya |
Ningrum & Saya |
Kak Yo |
Ditepi Sungai Serayu |
Benteng Van Der Wijck Gombong |
Patung Pangeran Diponegoro - Benteng Van Der Wijck |
Sesampainya di Cilacap, segera istirahat. Selama perjalanan berdua itu, saya menyempatkan untuk berbagi pengalaman dan mencoba menasehati untuk masa depan. Semenjak akrab dengan Ditha, setiap kedatangan saya ke Cilacap selalu dilalui bertiga atau berempat. Kurangnya kenyamanan bicara berdua sebagai Ibu dan Anak baik di Cilacap maupun di Bogor, membuat saya menunda amanah - amanah yang perlu disampaikan. Kesempatan itu sangat berharga, serasa Allah mengetahui apa yang saya butuhkan. Menata barang bawaan sebelum meninggalkan Cilacap. Mengenai barang bawaan selain berisi perlengkapan perjalanan juga buah tangan yang semuanya itu sengaja dikirimkan melalui ekspedisi. Minggu, 13 September 2016 akhir perjalanan ditempuh bukan dengan jalur kereta api tetapi dengan pesawat Pelita melalui bandara udara Tunggul Wulung Cilacap. Satu jam kemudian pesawat yang berisi tujuh belas penumpang tiba di bandara udara Halim Perdana Kesuma Jakarta dengan selamat dan saya dijemput suami dan putra kedua. Alhamdulillah.
Yang jelas saya sangat berterima kasih kepada keluarga calon besan, yang mendukung sarana transportasi selama saya di Cilacap. Tak lupa puji syukur kepada Allah SWT Sang Maha Penyayang, yang melindungi saya juga keluarga, memberi kesehatan sehingga perjalanan - perjalanan yang tertuang dalam tulisan ini berjalan lancar sesuai jadwal tanpa menemui hambatan dsb.
Menuliskan kembali apa yang saya dapat dari tausiah bahwa bersyukur itu bukan sekedar mengucapkan Alhamdulillah saja namun kita sebagai hamba-Nya yang beriman senantiasa berupaya meningkatkan ibadah - ibadah lainnya. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata, saya hanya berbagi bahagia lewat tulisan, bila ada kekurangan mohon dimaafkan. Akhir kata, terima kasih banyak buat pembaca blog ini yang singgah dan setia menanti kisah cerita perjalanan berjudul Aglenon hingga berseri 1, 2 dan 3.
Insert : Aglenon 3 "Seven Day in Japan on A Secret Mission"
Salam,
Arie Rachmawati