karya Arie Rachmawati
Buku Kumpulan Cerpen "Dandelion dalam Rindu" |
Arie Rachmawati/penulis |
Pagi hari aku mendapat e-mail jelang waktu jadwal pengajian ( baca : tadarusan) dari penerbit yang memberi tahukan bahwa hari ini akan di-publish karyaku. Alhamdulillah, akhirnya aku mempunyai buku di usia 45 tahun, 6bulan, 12 hari setelah hari ulang tahunku. Rasanya melayang seperti bulu-bulu lembut dandelion yang tertiup angin dan jatuh ke jatuh tumbuh lagi menjadi dandelion.
Perjalanan membuat buku itu nggak semudah kita membeli buku (novel dll) di toko buku lalu tinggal membacanya. Proses kreativitas bermula secara kebetulan dari obrolan-obrolan ringan via BBM dan dilanjut via WA (baca : WhatsApp) dengan cak Tino alias Ersta Andantino, setelah aku membeli buku karyanya berjudul Karang. Sebelumnya aku mengenalnya secara kebetulan, karyanya sudah aku baca sebelum aku menegenal penulisnya, yaitu cerpen berjudul Menikahlah Denganku di majalah femina terbitan 2005 lalu. Cak Tino mengusulkan aku membuat buku kumpulan cerpen, saat dia bertanya berapa banyak cerita pendek yang aku tulis. Aku hanya tertawa saja, kalau dibanding dirinya aku ini nggak ada ujung jari, aku ini pemula dan tulisanku biasa saja. Dari obroaln itu tiba-tiba bergeraklah aku mulai menghitung dan mencari di tumpukan file. Ternyata banyak juga dan berpikirlah usulan itu.
Perlahan, aku menyusun dan mencoba bertanya kembali apakah aku pantas membuat buku (kumpulan cerpen) mengingat aku belum punya 'nama'. Wow, sambutannya luar biasa sangat mendukung dan mulailah saat itu aku memberi tumpukan fileku untuk diedit karena dia kujadikan editorku. Pertama kali menolak dengan alasan belum punya pengalaman sebagai editor sebuah buku, dan akhirnya sepakat dengan jalinan persahabatan. Hari ke minggu, minggu ke bulan akhirnya jadi itu naskah kumpulan cerpen, lalu dia bilang kalau akan dijadikan buku harus ada kata pengantar, dan endorsement.
Aduuuh, berpikir lagi siapa yang mau memberi kata pengantar dan endorsement secara gratis tanpa sesen pengganti lelah telah meluangkan waktu memeriksa tulisanku itu. Dan aku punya ide untuk meminta endorsement kepada para sahabat yang terhitung senior dibidang penulisan. Bapak Kurnia Effendi (penulis senior) dan mbak Ileng Rembulan, penggiat sastra di Wapres Bulungan juga bapak dr. Rudi Pekerti (penulis lirik lagu Nuansa Bening) untuk kata pengantar.
Bapak Kurnia Effendi dan bapak r.Rudi Pekerti pun turun tangan mengedit cerpen, untuk kejelasannya tertulis di cerita pendek masing-masing. Editor tata letak masih dipercayakan kepada Cak Tino, walau pun beliau juga sebagai editor di kumcer ini.
Semula terpikir olehku untuk meminta endorsement kepada mas Fariz RM, namun niat itu segera kuurungkan, karena takut memanfaatkan keternaran beliau, karena aku kini sebagai koordinator penggemarnya. Aku ingin siapa pun mereka dan fansnya yang terkumpul dalam wadah KFFRM (Komunitas Fantastic Fariz RM) murni membeli bukuku lantaran ingin membaca tulisan fiksi-ku bukan karena hal lain. Membaca caraku menulis, memvisualkan cerita dalam rangkaian kata, membangun tokoh cerita, mengolah emosi, menentukan ending, sebagai bentuk aplikasi ilmu cerpen yang sudah kudapatkan dalam pelatihan penulis kreatif yang diadakan 4 tahun yang lalu, di kelas cerpen dalam wadah Beken dengn Cerpen. angkatan pertama. Memulai menulis saat aku duduk bangku sekolah menengah pertama (mading). Kemudian beberapa tahun berlalu, saat sudah berkeluarga memberanikan diri mengirim cerpen pertama dan dimuat di koran Jambi Independent Pos, Agustus 2002 lalu berjudul, : "Ulurkanlah Tanganmu."
Berikutnya justru aku menodong kepada lead vocalnya Montecristo yaitu bapak Eric Martoyo dan gitaris dari Amrik Mr. Max Ridgway tokoh cerpen di Cinta Sebatas Angan, yang notabene bukan penulis tetapi mewakili sisi pemusik, dimana cerita pendek ini berilustrasi musik. Allah SWT memberi kemudahan, alhamdulillah, satu per satu beliau-beliau tsb memberikan ulasan berbentuk endorsement dengan tulus hati. Proses berjalan kembali, setiap ada perubahan selalu berkonsultasi dengan sang editor, hingga suatu hari dia nulis pesan : "Mbak, kayaknya sampeyan tawarkan saja ke penerbit besar, iki apik tenan nek wes dadi buku. Kata pengantarnya iku lho, Mbak. Endorsement-nya pisan wes percoyo karo aku, Mbak!" "Ah, mosok sih dalam hati" gumamku sendiri. Kata-kata itu membuat aku kege-eran dulu, ya senang, ya pesimis karena penulis pemula seperti aku jangan bermimpi yang muluk-muluk.
Kontak suara dan pesan singkat dengan editor atau para pendukung bukuku adalah proses diri menuju kematangan bukuku. Setiap usulan dan kritikan itu menurutku sebagai cermin diriku, bagaimana langkah selanjutnya dalam berproses. Dengan mengucap Bismillah dan menata hati, mulailah aku menawarkan naskah yang sudah mateng itu ke salah satu penerbit (besar). Menungu hari demi hari seperti menanti jawaban seorang kekasih yang sedang menunggu keputusan lamarannya diterima atau ditolak. Untungnya kegiatanku banyak, jadi terkadang lupa menghitung berapa lama aku menantikan jawaban itu. Apa pun keputusan itu harus siap, aku sudah mempunyai planing berikutnya. Dan saat menerima jawaban naskah ditolak, yup planing B dijalankan.
Sedikit perubahan susunan naskah, dan siap aku tawarkan kepada penerbit online yang dari semula adalah tujuan pertama, mengikuti jejak sang editor saat menerbitkan karyanya. Okay, tidak ada kendala dan dalam proses surat elektronik sedikit mengalami kendala dikarenakan jaringan koneksi tersendat, faktor cuaca. Tujuanku ke penerbit online leuitikaprio, karena sejak pertama klik link tsb suka cover bukunya yang didisplay bagus-bagus. Leutikaprio kendaraan mewujudkan impian itu menjadi kenyataan. Penerbit online yang mempunyai motto, Your Self Pubishing.
8 in 1
Artinya ada delapan cerita pendek terangkum dalam satu buku, kumcer berjudul, "Dandelion dalam Rindu." Empat cerpen pernah dimuat di media cetak, antara lain teenlit magazine Story (Pianoku Tercinta dan Dandelion dalam Rindu), di harian Jambi Independent Post (Meniti Asa), di tabloid Gema Publik Bnten (Di Interlude Aku Jatuh Cinta) dan dengan judul yang sama pernah dimuat dalam buku 28 Penulis Beken dengan Cerpen. Empat cerpen lainnya tergolong baru, walaupun aku menulisnya sekitar tahun 2009-2012 antara lain : Surat Untuk Keith, Nyanyian Malam Hati Perempuan, Wajah Dibalik Kerudung dan Cinta Sebatas Angan. Di antara empat cerpen terbaru, Nyanyian Malam hati Perempuan adalah cerita terpanjang yang sempat mengalami proses menthok karena, chemistry-nya keburu kabur disebabkan aku nggak punya waktu mengetik. Fokus perhatianku tercurah kepada terbentuknya Komunitas Fantastic Fariz RM awal 2011 lalu. Memang nggak mudah mengatur mood, saat ingin mengetik kembali tetapi waktu terbagi untuk yang lain. Aku lebih mementingkan kepentingan orang banyak, dan menanggalkan inspirasi yang munculnya dadakan. Waktu itu memang padatnya kegiatan, antara urusan musik di komunitas dengan kegiatan sosial disekitar rumah (baca : majelis ta'lim). Untungnya masa bakti kegiatan sosial tsb segera berakhir dan satu per satu kembali menekuni ketikan yang terbengkalai. Proses belum berjalan lancar apabila tanpa dukungan keluarga tercinta, sahabat-sahabat tersayang dan semangat dari diri sendiri yang harus dikorbarkan oleh api cinta dan tentu yang utama adalah karena izin-Nya.
Aku suka menulis cerpen, namun bukan untuk tujuan utama dalam menjalani kehidupan. Tugas utama adalah sebagi ibu rumah tangga dan menulis itu seperti kebutuhan hidup lainnya, makan, tidur, aktivitas sehari-hari. Bila sehari nggak menulis rasanya ada kegiatan ketak-ketik yang hilang. Nggak melulu cerpen tetapi bisa tulisan musik, pengalaman perjalanan ke suatu tempat, resep masakan, tausiah agamakadang pun walkthrough games, semua ada di blogku http://rachmarie-riritemaram.blogspot.com. Menulis itu nikmat, bisa melepaskan penat. Dan akhirnya rampung juga semua cerita pendek dalam kumpulan cerpen di buku perdana berjudul, Dandelion dalam Rindu.
Dandelion Dalam Rindu
Penulis: Arie Rachmawati, Kategori: Kumpulan Cerpen
bisa dikases melalui http://www.leutikaprio.com/
Terima kasih kepada penerbit Leutikaprio dan para sabahat pendukung yang sempat direpotin terlahirnya buku kumcer pertama ini. Semoga kedepannya meraih kesuksesan adalah bonus ketekunan dalam meniti mimpi. Amin YRA.
Salam,
Arie Rachmawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar