Rabu, 14 November 2012

My Journey Two Weeks (4)

Episode "Dandelion dalam Rindu"

oleh Arie Rie Rachmawati pada 14 November 2012 pukul 9:22 ·


Achmad Basuki - Syira - Arie Rachmawati

Rabu, 14 -11-2012
Tanggal hari ini seperti sebulan yang lalu, saat saya berencana ingin menemui tokoh-tokoh yang telah menginspirasikan saya menulis cerita pendek berjudul, "Dandelion dalam Rindu," yang telah dimuat di majalah (remaja) STORY pada edisi 22, terbitan 24 Mei-25Juni 2011 lalu. Mereka itu adalah, bapak Basuki (Achmad Basuki/Ki Suki), mbak Widya dan adik Syira.   Unik hal ini terjadi karena saya membaca obrolan (thread) kolom komentar di wall Ki Suki.

Waktu itu beliau sedang menyelesaikan study-nya di Universitas Saga-Japan, sekitar 4 tahun lamanya. Disitulah inspirasi itu muncul. Kami sama-sama suka bunga Dandelion. Saya malah tahu hal tsb karena memang saya nggak tahu nama bunga tsb. Lalu kami berdua berlatih 'graffiti' salah satu aplikasi di facebook yang membuat saya rajin belajar. Achmad Basuki itu teman semasa sekolah menengah pertama di Jember, teman kelas sebelah. Dia sekelas dengan Nanang Keceng (baca : di My Journey Two Weeks "Episode Tertular Virus) dan Fransiscus Ario Praseno teman bermain musik (jadul). 

Jumpa pertama dengan Ki Suki, di Stasiun Gubeng. saya yang ditemani sohib sekelasnya dari kelas 3B, si Nanang Keceng (NK)
 mungkin ini semacam reuni dadakan di stasiun pula. Usai berfoto-ria, si NK pamitan akan meneruskan perjalanan menjumpai teman yang lain, saya diajak jalan-jalan di teriknya yang panas Sorbeje (baca :Surabaya). Ki Suki mengenalkan semua anggota keluarganya, saya sangat menunggu bisa bertemu dengan Dik Syira yang membuat saya jatuh hati dengan barisan poni dan pipi chubby nya (dulu masih usia 2 tahun), kini berusia 6 tahun. Dik Syira agak kurusan dan mulai tinggi badannya (masa pertumbuhan). Laki-laki berkaca mata minus tebal ini sangat humoris, memiliki keluarga yang familiar meski saya sebelumnya semuanya. Namun secara perkenalan suara lewat udara (baca : interlokal) beberapa tahun yang lalu, berlanjut ke jumpa darat maka lengkaplah pertemuan siang itu dengan menikmati sajian dari Rumah Makan SAS di Surabaya. 

Soal menu saya ngikut  aja, bukan karena makanan tetapi karena kebersamaannya itu yang mahal dan sangat istimewa. Di tengah obrolan saya meminta Ki Suki (Achmad Basuki) mau berfoto dengan memamerkan postingan cerpen yang termuat di majalah STORY itu. "Matursakalangkong nggih Bas," ucap dalam batin .  Jujur ada rasa haru menyeruak, meki itu hanya fiksi namun saya benar-benar merasakan kedekatan antara bapak dan kedua putrinyaCerita pendek berjudul,"Dandelion dalam Rindu," itu adalah cerita remaja yang berkisah tentang kecemburuan sang kakak kepada adiknya. Dimana seorang bapak tampil sebagi single parent, mencoba menyelami hati putri pertama nya yang tengah remaja dan merasa kepergian Mamanya dikarenakan kelahiran adiknya itu. Sang kakak menemukan teman chatting yang membawa keperubahan karena sama-sama menyukai bunga Dandelion. Bunga rumput kering yang sering dianggap remeh karena liar tak terurus namun sebenarnya sangat indah. Bunga dandelion dan bunga Chrysanthum adalah dua bunga yang membuat saya jatuh cinta.

Duh, perasaan jatuh cinta melulu. Memang jatuh cinta itu indah dan membuat semangat hidup seperti warna pelangi cerah dan ceria. Bagi saya pribadi jatuh cinta pada satu keluarga mereka adalah anugrah, karena saya nggak mengenal sebelumnya. Menu makanan kini tersaji di meja makan. Saya lupa nama menu saya dan menu mereka, yang ada dipikiran saya adalah rasa senang, karena saya mendapatkan beberapa kartu pos yang pernah dijanjikan oleh Ki Suki sewaktu masih di saga, namun keterbatasan waktu hingga Ki Suki kembali ke Indonesia tepatnya di Surabaya. Kini Ki Suki menjalani profesinya menjadi seorang dosen politeknik elektro - ITS. Teman belia saya itu hebat, selain menciptakan mesin pembuat puisi, juga mengajar fotografi bahkan menawari saya sebuah impian yang pernah saya cita-citakan. semoga niat dan semuanya mendapat ridhonya. Berita bahagia itu, sangat special hingga saya hanya berucap syukur dari relung bathin.

  

Setelah menikmati makanan siang dengan nikmat, saya bersama ibu Basuki juga anak-anak menjalankan sholat Dzuhur. Ada yang aneh, air wudhunya terasa asin sekali. Pertama saya pikir lidah saya yang aneh, ternyata dibenarkan oleh beliau. Disela kami akan meninggalkan rumah makan itu, saya mendapat telephon dari saudara sepupu bernama Denny Kastrianto. Kebetulan secara pertemanan di facebook, antara Ki Suki dan Denny sudah akrab melalui beberapa komentar, pertautan kata secara alam maya itu lebih dahsyat karena keduanya menyukai puisi dan foto.

Keinginan untuk bergabung yang bermula ditunggu di rumah makan, hingga acara selaesai tetapi belum juga menongol akhirnya beralih lokasi ke halaman rektorat kampus ITS.        
  Waduuhh, malah lebih parah dari yang pertama pertemuan di Stasiun Gubeng. Ya begini adanya saling menyempatkan waktu untuk saling menjaga ukhuwah pertelian silaturahmi. Antara saya dengan Denny pun terakhir bertemu sekitar enam tahun lalu, saat mereka mampir di rumah kontrakan saya di Bogor. waktu itu saya baru pindah ke Bogor. Di halaman (tempt Ki Suki hunting gambar) kami saling memperkenalkan diri, antara ibu Basuki dengan Dina istri Denny, yang kebetulan membawa putri sulungnya bernama Naning. Obrolan sambil berpotret dan berdiri ala kadarnya, tak berlangsung lama karena saya harus bergegas menuju stasiun Gubeng lagi. Di ujung perpisahan yang nggak layak kami mengakhiri dengan peluk kehangatan, Kali ini saya diantar Denny sekeluarga menuju stasiun dimana Nanang Keceng sudah menunggu saya untuk melanjutkan perjalanan kebmali ke Jember.

14-10-2012/14-11-2012,
Saya baru menuntaskan tulisan ini. Sebulan tanpa terasa berlalu. Serasa saya ingin menikmati saat itu, ya perjalanan Surabaya-Jember (PP) dan semua canda tawa bersama keluarga Ki Suki dan Keluarga Denny, semoga kedepannya Allah SWT memberi izin kembali untuk mengulang kisah indah. My Journey Two Weeks Episode "Dandelion dalam Rindu", ini saya akhiri. Untuk temans yang ingin membaca cerpen saya itu bisa dibongkar blog saya http://rachmarie-riritemaram.blogspot.com atau di kumpulan note facebook  ini, atau juga tunggu kumcer saya terbit dimana "Dandelion dalam Rindu" tsb terpilih sebagai cerpen utama. Cihuuuuyy....!!!

Sekali lagi terima kasih tak terhingga buat Ki Suki dengan keluarga atas jamuannya dan kartu posnya,
buat Denny sekeluarga yang repot-repot menemui saya (tretan dhibik) dan mengantarkan ke stasuin Gubeng dan
buat Nanang Keceng yang menemani perjalanan dan menuturkan kisah indah. Jazakumullahu khairan taksiro.

NB : Mohon maaf buat teman - teman lainn yang belum sempat saya kunjungi karena keterbatasan waktu dan jadwal perjalanan saya,
terima kasih atas pengertiannya. 

Selamat 1 Muharram 1434 H
Selamat Tahun Baru Islam, semoga kita sebagai kaum muslim bisa menjaga ukhuwah ini hingga akhir jaman.



Salam,
Arie Rachmawati
Bogor, 141112 / 9:09 AM






Selasa, 13 November 2012

My Journey Two Weeks (3)


My Journey Two Weeks

oleh Arie Rie Rachmawati pada 13 November 2012 pukul 19:00 ·

Episode Pantai Papuma



Nama itu menjadi akrab setelah putra saya (kedua) bernama Ryan, bertandang ke pantai itu bersama pakdenya yaitu, mas Hadhie. Selain info dari Ryan, saya pun sudah kesemsem sama postingan foto milik mas Hadhie. Dalam hati harus ada target kesana, kebetulan pas sebulan yang lalu, Sabtu 13 Oktober 2012, saya berduaan dengan mas Hadhie menuju daerah Ambulu-Jember-Jawa Timur. Sepanjang jalan langit cerah, bahkan warna jingga ke-oranye-an memenuhi langit sore. Sesekali mas Hadhie menengok ke arah langit, lalu dipacunya kendaraan roda dua itu. "Mengejar Sunset," gumamnya.

Di atas sepeda motor Tigernya, saya teringat lagu "Cakrawala Senja," nya Fariz RM..." termenung ku kagumi cakrawala senja nan merah merekah, berbaur warna lembayung pesona jiwa indah merona, merasuk sukma, membentang kurnia dewata, menaburkan sejahtera, lukisan alam, berderai  melambangkan damainya"

Saat memasuki gerbang utama bertuliskan,"Selamat Datang Ke Wisata Pantai Papuma," saya melihat dari kejauhan pepohonan kurus kering kerontang. Dan benar saat sangat dekat, nampak jelas seperti pohon telanjang bulat, tanpa satu pun daun menempel. Menurut saya sangat indah serasa berada di benua lain, pada musim gugur. Pepohonan tsb mengingatkan pada beberapa gambar coretan iseng saat luang, saya suka pohon dan ranting. 
 

Pohon dan Ranting
by Arie Rachmawati

musim kemarau memanjang
sepanjang musim dedaunan gugur
akar mengais air sampai ke perut bumi
mengharap hujan turun
tak pernah datang
seakan lebih suka menggantung di langit
tertahan oleh awan mendung

pohon dan ranting
seperti tangan gemulai penari
pemuja hujan dengan ritual adat istiadat
menari-nari mempermainkan jemarinya

pohon dan ranting
seperti tubuh telanjang
berdiri dan meringis
namun nampak indah
biar pun kemarau

pohon dan ranting
tetap menawan
terukir dalam slideshow gambar-ku
lalu aku jatuh cinta...

Medio : 13-11-2012
3:34 PM


Di antara pepohanan yang kering krontang itu, ada beberapa rumput hijau dan semak-semak subur. Hijaunya meneduhkan, rimbunnya menyejukkan. Perjalanan berlanjut hingga melewati jalanan aspal yang mulai terkikis, hal ini tentu bisa membahayakan para pengguna jalan, terlebih bila hujan turun. Mengingat jalan tsb adalah jalan utama, mungkin pihak pengeolah wisata ini mulai memperhatikan keamanan dan kenyaman pengunjung. Jalan melingkar-lingkar, naik turun, akhirnya bau air laut tercium oleh hidung saya. Sore yang indah, saat para nelayan dan perahunya merapat, menambatkan jangkar dan berlabuh. Perahu-perahu itu mirip pasukan pedagang jaman penjajahan yang ilustrasinya ada di buku sejarah. 

Riuhnya para nelayan seperti rayuan angin senja membawa saya turun ke laut. Ke tepian pantai, lalu saya membiarkan  kedua kaki dipermainkan deburan ombak. Buih-buih nya yang nakal mulai ramah bila ke tepi pantai beralas pasir putih. karang kecil dan tumbuhan laut yang terbawa arus bersandar ke bibir pantai. Sungguh indah bermain air laut, sudah lama sekali saya melewati masa seperti itu masih kanak-kanak. Di pasir putih ini saya merasakan kebebasan, meloncat berkali-kali ke udara, serasa saya melayang. Jadi ingat sebuah judul lagu lawas milik R Kelly, "I Belive I Can Fly."  Beberapa kali take serasa ringan melayang ke udara, padahal lihat sendiri sambil meloncat saya tak pernah lepaskan gembolan ha ha ha. Sore nan indah, kemudian, kami berdua beranjak, meninggalkan dataran rendah menuju tempat yang lebih tinggi dengan tujuan masih sama, mengejar sunset.

Jujur saya takut ketinggian, namun karena berpikir kapan lagi bisa seperti ini, ya sudah saya kuat-kuatin berada di atas dataran yang tinggi. Ngeri sih, tapi tertantang juga, bergaya la fotomodel walau setengah terpaksa. Mas Hadhie menawarkan untuk menuruni tebing, waduuh  pikir saya kalau terpeleset bakalan jadi iwak peyek nih. Nggak-lah, cukup bagi saya menikmati panorama senja di atas tebing, keren dan Subhanallahspeechless tenan deh! Alat membidik sunset sudah standby, lengkap dengan tripotnya, namun sayang tiga kali penampakan sunset merah jingga merah merona tiba-tiba tertutup awan kelabu. Awan itu seakan merengut dan membawanya lari, alhasil kami gigit jari. Aaarrggh....!!!


Pantai Papuma bersebelahan dengan pantai Watuulo yang lebih beken dari jaman dahulu. Tetapi keeloknyan sangat jauh dari pantai Watuulo yang mulai terkikis batu berbentuk ular naga panjang (raksasa) itu. rasanya nggak percaya, saat saya mengambil gambar batu berbentuk ular itu, legendanya masih teringat di memori otak saya. Terakhir saya melihat bebatuan panjang itu saat sekolah menengah pertama bersama keluarga. 


Pantai Watuulo terdiam sendiri menyelami irama gelombang samudra di temaramnya senja. Burung camar pun tak nampak lagi di langit sore. Sepi dan mulai dingin menerpa tubuh, dan kami bergegas meneruskan perjalanan pulang seraya mengucap salam perpisahan, entahlah kapan saya bisa kembali ke sana. Bau harum ikan bakarnya belum sempat dinikmati, gubuk di atasnya tebing pun sempat menggoda saya, belum terjajaki. One day in my life...mengalun samar-samar dan deru motor pun mengikuti, kembali ke kota Jember. malam pun menyambut kami berdua di rumah Mama, di Milinia Mangli.


Salam,
Arie Rachmawati
Medio, Bogor 13-November-2012


G A L E R I  F O T O

Catatan : Semua gambar foto karya saya Arie Rachmawati 
dengan menggunakan BB tipe Curve 9320 dan Camera SONY -14.1







Suka ·  ·  · Bagikan · Hapus




You & Me .... My first love



Buku tulis ini saya beli sudah lama, lihat saja covernya rada jadul. Tetapi buku tulis ini baru saya tulis, menyalin beberapa puisi sahabat yang mulai menyukai menulis puisi. Dia bilang ini semua gara-gara saya, membawa virus jadi ikutan puitis.

Hmm...sebenarnya bukan karena saya, tetapi karena dia sendiri-lah. Meski saya dinobatkan sebagai pembawa virus, bila ybs tidak mempunyai jiwa seni (pujangga) saya rada sebaris kata pun nggak akan tercipta.

Saya hanya diam saja, saat dia ngedumel tetapi tetap menulis puisi hingga tuntas dan merasa sudah terbebas virus, namun toh akhirnya dia menulis kembali malah bisa menjadi sebuah cerita pendek.

Berdasarkan email yang saya terima (tadi siang) dia bilang,"Ini yang terakhir, Arie!, Kamu jahat, menjengkelkan!"  Bagi saya, apapun itu omelannya saya anggap angin siang hari yang membuat mata mengantuk dan ingin terpejam, padahal saya harus menyelesaikan ketikan mengejar 'deadlines." Seru banget beradu pendapat sama dia, serasa kami kembali muda dan masih berseragam biru-putih.

Bahkan saya sendiri berdecak kagum saat saya menerima email yang berisi puisi dibawa ini, saya belum bisa membuatnya walau menurut dia saya ini sangat puitis dan pujanggi (pujangga kan buat kaum Adam).
Dia seorang seniman, bahkan lingkungan tempat tinggal bahkan tempat nya bekerja pun tak mengetahui bahwa seorang berjiwa 'rOckOn' berada di sekitarnya.



"Sujud Untuk Kekasih"
by Nanang Keceng

tertidur pulas
dalam mimpi
ku bersujud
pada Kekasih

Maha Suci Tuhanku,
dari segala kekurangan
dari hal yang tak layak bagi mu
Maha Suci Engkau Ya Allah
aku memuji Mu. (1)

Ya Allah, ampunilah dosaku.
Engkau Tuhan Yang Maha Suci, Maha Agung,
Tuhan Jibril dan para malaikat lainnya (2)

Ya Allah,
hanya untuk Mu aku bersujud,
pada Mu aku mengakui,
bagi Mu aku menyerahkan diri, (3)

wajah ku tersungkur pada Yang menciptakan ku
yang membentuk rupa, telinga,& penglihatan (4)

Maha suci Allah sebaik baik Pencipta.
Maha suci Tuhan pemilik
Keperkasaan, dan Keagungan (5).

Ya Allah, ampunilah seluruh dosa ku
yang kecil atau besar, tlah lewat dan kan datang,
ku lakukan dengan sembunyi atau terang-terangan(6)

Ya Allah, sesungguhnya aku ber-lindung pada Mu
atas  keridhaan Mu agar selamat dari kebencian Mu,
dengan keselamatan Mu aku terhindar dari siksaan Mu.(7)

            aku tidak membatasi pujian untuk Mu.
demi kebesaran dan keagungan Mu
seperti pujian Mu pada diri Mu sendiri (8)      

Maafkan aku Tuhan
jika, terlalu sayang dp dirinya
sebab pada Mu dia pun mengadu                     
seperti aku merindukan Mu
padanya janganlah Kau cemburu

NK -  tengah malam 11-11-2012

note:
doa diatas disarikan dari macam2 doa dlm sujud: 
1) Shahih At-Tirmidzi 1/83. 
2) HR. Al-Bukhari dan Muslim, Bab Doa Ruku'. 
3) HR. Muslim 1/533, lihat no. 35. 
4) HR. Muslim 1/534, 
5) HR. Abu Dawud 1/230, 
6) Shahih Abi Dawud 1/166, 
7) HR. Muslim 1/350, 
8) HR. Muslim 1/532.      


Virus dalam Mimpi
by Nanang Keceng


angin kering pantai
batu karang membelai
ombak berlari
membawa buih menuju tepi

pasir putih
hamparan mimpi
virus dalam diri
meradang pergi

kekasih hati
jangan bersedih
mekar bersemi
telah terjadi
                                                                                      
jejak-jejak kaki
kepiting2 kecil meniti
menggali sisa2 duri
kepala ikan tenggiri

samudera luas
sejuta arus
menelan virus
di dasar laut

nanang keceng
minggu 11-11-2012

note:
terima kasih Tuhan……
diberi anugrah virus di hati
walau Kau titipkan 
pada sahabat yang ku sayangi

terima kasih sahabat
virus mu telah pergi
bersemanyam bersama mimpi
di jurang laut tak bertepi

usai kisah perjalanan virus ku ini
tenggelam menuju dasar bumi
dan tak mungkin lagi ku temui
walau harus di selami



Sabtu, 10 November 2012

P u i s i k u :


Puisi Puisi by NK
(ditulis kembali oleh Arie Rachmawati)



Aku dan Layang-layang
by NK *16 -Oktober-2012

di ranting kering tersngkut layang-layang
benangnya berurai melilit dahan
terik mentari membuat tanahnya gersang
cinta dunia membuat cemburunya Tuhan
dihalaunya rasa itu membuatku tenang
hanya tersisa rinduku pada pencipta bintang
bagai layang-layang yang putus dari benang
kemana pun angin menerpa disitu aku senang
tak kusangka ada tangan lembut meraih benang
yang dulu gadis ayu berbaju putih biru
sambil meloncat kegirangan menggapai layang-layang
oh mungkin hentak ia mainkan
aku tatap ia dari kejauhan
disela-sela rel gerbang kereta
dibawanya layang-layang itu dalam pelukan
entah apa yang membuatnya sangat ceria
saat itu juga seolah Tuhan berbisik
janganlah kau jadi layang-layang
namun jadilah pembuat layang-layang
agar dapat membahagiakan semua orang
Tuhan, aku tahu dikotanya sering turun hujan
maka izinkanlah ku bawakan esok nanti
layang-layang berbalut plastik dengan warna ungu, berajut merah hati  



Setetes Virus Bersemi
by NK *6-Nov-2012

bias mentari smakin merah
menuntun perlahan senja tiba
tampak hati mulai gelisah
rasakan sunyi menyelimuti diri
karena kekasih telah jauh pergi
bila bulan telah tampil gemerlap
nuansa malam semakin gelap
bintang pun genit berkedip
tersibak jendela batin
jika terselip senyuman dimatamu berkedip
haruskah menangis bila hatiku rindu
haruskah menganis bila virusku kambuh
ingin rasanya kuulang kembali
masa-masa indah dua puluh delapan tahun lalu
namun semua khayalan itu tak akan mungkin terjadi
 jika kuingin sendiri
bukan berarti tak menyanyangi
maafkan bila melukai hati
dekaplah saja aku walau tak disini
masih tersisa setetes kristal asmara
di antara hujan badai menerpa
saat kasih sayang telah bersemi
takkan mungkin kutanam dilain hati
katakanlah duhai kekasih
tiada yang dapat mampu mengubah
meski pun sedikit saja
perjalanan nostalgia bahkan hanya titik dan koma
di dalam sebuah kisah cerita . . .   



Bogor - Bandung
by NK *10 Nov 2012

seruling rindu malam
gemilang seni pujaan
tarian penamu memberi kean
saat kubaca dalam perjalanan 
ujung jari kucium mesra
bagai ibu pada bayinya
kau memuja dalam mimpi
aku bahagia setengah mati
di taman khayalku
kau tabur permata biru
alirkan air sungai madu
demi kasih karya ceritaku
perjalanan bogor - bandung
melepas rindu himpitan mendung
bersama rindu aku kan bersenandung  


Virus Diatas Pelangi
by NK*1Nov 2012 -11:45wib
bagaimana mungkin,
aku yang hilang separuh ingatan
berenang sebrangi lautan tanpa ada nahkoda di buritan
bagaimana mungkin,
jiwa yang tertutup kini sedikit terbuka
hasil jerih payah sahabat lama
membawaku di alam maya
hingga tertular virusnya
bagaimana mungkin,
virus itu cepat menjalar 
sedang tubuhku sering di atas tikar
jika pun pagi aku cuci tembikar
dikolong gudang siangnya aku terbakar
bagaimana mungkin,
aku dapat nikmati indahnya dunia
dari baju rajutan benang laba-laba
makan minum harus kupetik kelapa
bagaimana mungkin,
virus ini dapat sembuh
tersusun kata indah tiap kali kambuh
sampai kapan aku akan berlabuh
melepas penat sekujur tubuh
bagaimana mungkin.
jemari ini berhenti menari
sementara bidadari mengajakku pergi
telusuri daun meniti anak tangga pelangi
demi keutuhan persahabatan sejati