Selasa, 15 Februari 2011

Jakarta Dalam Balutan Rock & Blues


Jakarta Dalam Balutan Rock & Blues
by Arie Rachmawati on Sunday, October 31, 2010 at 2:45pm

Oktober 2010 baru berlalu, penuh semarak musik diawali dengan irama musik cadas full rocker menggementam Carnaval Beach Ancol,Jakarta. Jakarta tiga hari berturut-turut, jum'at sabtu dan minggu di pekan kedua Oktober, tepatnya 8,9 dan 10 Oktober lalu para penikmat musik sehati ini seperti mendapat suguhan mengasyikkan saat bertabur bintang rock musisi kelas dunia dan Tanah Air. Hujan yang mengguyur Jakarta tepatnya lokasi pertunjukkan tak menghalangi mereka untuk menyaksikan para rockers itu bersatu semarakkan Jakarta. Sebuah harian Koran Jakarta menyoroti bahwa musik cadas itu memang tidak ada matinya, meski industri musik didominasi band-band yang lagunya mendayu-dayu, dan musiknya serbaragam. Dalam tajuk "Metamorfosis Musik Cadas" diulas habis.

Hari itu saya batal hadir dikarenakan faktor cuaca yang tak bersahabat. Gagal melihat performance MONTECRISTO sebuah band lokal yang beraliran rock progressive, mereka boleh dibilang bersyukur baru meramaikan permusikan Indonesia langsung larut dalam gemerlap Java Rockin'Land 2010.

MONTECRISTO,bukan karena ini album pertama dan obsesi aja, tapi lebih daripada itu; (1) harus fresh, (2) nggak perlu beda2 amat, (3) musiknya apresiatif (more than entertaining) tapi (4) message...itulah petikan obrolan singkat dengan Fadhil Indra, pianis MC dan KJP, melalui wall to wall, dengan saya. Kebetulan kedua grup band itu mengisi acara JRL di hari terakhir dengan waktu yang hampir bersamaan. KJP (Kadri Jimmo the Prinzes of Rhythym) lebih dulu melempar hits-nya "Indonesia Hebat" ke pasar industri musik. Sedangkan MONTECRISTO membawa bendera "Life In Never Ending Poem" belum berasa sebagai sesuatu rasa yang beda, walau secara lirik dan musiknya patut diperhitungkan nantinya. Mereka jelas tenggelam di antara nama-nama pendahulunya seperti Slank, /rif,Koil dan sederet nama band rock Indonesia. Biarlah waktu yang akan berbicara akankah mereka bisa sejajar dengan seniornya.

Bahkan sebuah majalah wanita ibukota, femina, turut menyoroti pesta rocker itu dengan menurunkan judul "Gemuruh ROCK Di Pantai" yaitu selebrasi musik rock kelas dunia makin mengembangkan sayapnya. Hampir semua harian ibukota beramai-ramai mengupas habis taburan bintang itu di pantai Ancol, Jakarta. Dan dalam waktu selang seminggu kembali Jakarta dalam balutan musik, kali ini festival blues gempitakan Istora Senayan. Jakarta Blues Festival 2010

Dua malam dalam balutan Blues, jum'at dan sabtu 15-16 Oktober 2010 lalu, untuk ketiga kalinya Festival Blues Internasional menyambangi ibukota Indonesia. Istora menjadi saksi keterlibatan beberapa musisi mancanegara.

Jum'at sore saat pintu masuk dibuka pada jam 14:00 para penukmat musik sehati perlahan memadati area Istora Senayan, yang terbagi dalam empat stage, yaitu : Black Stage, Green Stage, Blue Stage dan Red Stage. Di mana setiap stage menampilan performance terbaiknya selama dua hari berturut-turut. Black Stage mengawali pentas dengan penampilan "Lenny The Police" disusul tiga puluh menit berikutnya oleh "The Listener" semua daftar pengisi acara sudah terpampang rapi pada katalog dan sebuah papan pengumuman yang terletak di pintu masuk area dalam Istora.

Dua stage terletak di luar ruangan (Black Stage dan Red Stage) dan dua lagi terletak di dalam ruangan (Green Stage dan Blue Stage). Sore itu untuk performance pembuka di Green Stage adalah Kevin Borich. dengan aksi gayanya yang amat nyantai, gitaris asal Australia itu membiarkan kancing-kancing kemejanya terbuka.

Kevin Borich termasuk legendaris dalam sejarah musik rock Australia. Pada tahun 1995 Kevin pernah meliris "Live di Big Kahuna" bersama dengan rekan-rekannya di Kevin Borich Express dan memenangkan Penghargaan Heritage dalam festival Musik Blues Australia 1999. *

Untuk panggung di dalam atau Blue Stage penampilan perdana adalah Kim Mok Kyung, gitaris blues asala Korea ini juga seorang vokalis. dan dia adalah salah satu gitaris blues-rock terbaik di Asia. Musik yang ia mainkan didasari pada bentuk blues tradisional dengan berbagai elemen dari rock dan musik country. Pada bulan Mei 2003 lalu, Kim Mok Kyung diundang untuk tampil selama tiga hari dari Beale Street Musik Festival, Memphis TN. Pada festival itu, ia menyuguhkan penampilan terbaiknya bersama musisi kelas dunia, seperti Joe Cocker, Willie Nelson, Bob Margolin, Steve Winwood dan Sheryl Crow. *

Bersamaan itu hadir perdana di Red Stage adalah Kartika Wede. Para penikmat musik sehati pun terpencar menuju masing-masing stage yang menawarkan performance terbaiknya. Semua penampilan mereka sebagai penghangat suasana, karena acara resminya belum dibuka yang menunggu kehadirannya bapak Gubenur Jakarta yaitu Bapak Fauzi Bowo beserta rombongannya. Yang memasuki ruang gedung di Blue Stage setengah sholat magrib berlalu. Bapak berkumis lebat itu setelah membuka acara yang ditandai dengan pemukulan gong-nya maka resmilah acara The Jakarta Bleus Festival 2010 itu dibuka dengan penampilan Mahagenta. Dalam festival ini selain menampilan musisi blues terbaik Internasional, panitia juga memberi kesempatan kepada para generasi muda yang bergeliat dalam irama blues memalui ajang kompetisi yang diadakan di tiga kota besar Jakarta, Bandung dan Jogja.* 

Malam itu InaBlues yang dipimpin oleh Oding Nasution, dengan personel gaek yang tak diragukan lagi kemampuannya dalam bermusik di jamannya seperti Raidy Noor (bass), pemain suling dari Chaseiro's Edwin Hudioro, Herman Gelly (keyboard) dan Uce Haryono (drum), dengan seorang penyayi muda cantik dan ekspesif yaitu Riffy Putri Utami. Kemudian hadir bintang tamu sebuah grup band berasal dari Jogjakarta bernama Fonticello. **

Keunikannya mereka lebih didominan alat musik Cello. Ini adalah satu-satunya band cello di Indonesia dan Asia Tenggara sejak mereka dibentuk pada tahun 2005. Formasi ini terdiri atas 4 pemain cello dan 1 drummer. Dengan formasi yang rada unik ini Fonticello berhak untuk mengklaim musik mereka sendiri sebagai "Cello Rock".

Sesuatu yang langkah bila seorang pemain cello bernyanyi, dia adalah Angga dan beberpa temannya Alex, Madey, dan Taufan. Mereka menyihir penonton yang masih betah di bangku Blue Stage.

Kemudian Oding dan teman terus bermain lagi di panggung lain beberapa jam setelah itu, yang menampilkan seorang anggota Chaseiro, Rizali Indrakesuma. Mereka membawa 6 lagu, termasuk "Hidup di Masa Lalu", "Cross Eyed Mary", "Tidak ada Else Matter" Metallica dan Jethro Tull's "Ya Tuhan".**

Inablues mengakhiri performance-nya dengan gemertak tepukan meriah. Lalu dilanjut dengan performance ESQIEF Syaharani featuring Donny Suhendra dan Didit Saad, yang banyak dibidik kamera dan mewarnai beberapa headlines media Ibukota. Syaharani yang malam itu tampil lincah seperti biasa dengan tataan rambut yang selalu berubah-ubah, selalu kelihatan menarik. Terakhir saya melihatnya saat di Jazz Craft Vaganza di Bale Pare, Padalaranng Mei lalu, dengan rambut ala Bob klasik sangat energik sekali. Malam itu semakin cantik dengan balutan blus hijau toska bercelana ala 1001 Malam. Obralan pengantar keakraban antara Syaharani dengan host acara, bahwa sebelum terjun ke jazz, irama blues-lah yang digeluti.

Blue Stage masih menampilkan Syaharanil di sisi lain Red Stagemenampilkan grup band asal India yang disebut-sebut sebagai bintang tamu yang paling dinantikan yaitu Soulmate adalah band blues yang musiknya terinspirasi oleh suara akar dan alur The Blues, Blues-rock, Soul, Rock n 'Roll, Funk dan R&B.

Soulmate terutama terdiri dari Rudy Wallang (gitaris/vokalis/songwriter) dan 'TIPS' Tipriti Kharbangar (vokalis/gitaris). Pada bulan Februari 2007, Soulmate bersama 150 musisi blues dari seluruh dunia tampil pada acara "Internasional Blues Challeng", yang diselenggarakan oleh The Blues Foundation Amerika Serikat. Hingga kini, Soulmate telah merilis dua album, "Shillong" dan "Moving On" (juni 2008). Pada tahun 2009 Tips terpilih sebagai "Best Female Vocalis", sedangkan Rudy terpilih sebagai "Best Guitarist Player" dalam Jack Daniels Rock Award.*


Beberapa pendukung acara dibalik kesuksessan Jakarta Blues Festival 2010 adalah :

* Matt Schofield (United Kingdom)
* Ana Povovic (Yugoslavia)
* Kevin Borich (Australia)
* Kara Grainger (Australia)
* Gary Clark Jr. (United States)
* Soulmate (India)
* Kim Mok Kyung (Korea)
* Oding Nasution and InaBlues Band
* Gugun Blues Shelter
* Rama Satria & The ELectric Mojos with Lance Lopez (United States, TX)
* Endah N Rhesa
* Abdee Slank & Friends feat Candil
* John Paul Ivan
* ESQIEF Syaharani feat Donny Suhendra
* Oppie Andaresta
* Adrian Adieoetomo
* Andre Harihandoyo & Sonic People
* The S.I.G.I.T
* Tjahjo Wisanggeni


Dll TOR-ORE-The Blacksuit-SnR Band-Noor Bersaudara,Yopie Item-Yuyun George & The Jazmint Big Band, Fonticello, Yeah Yeah Boys, Hello Mister, Jakarta Blues Brothers, River Blues, No Generation Gaps, Alligator, Foxy Train, Kartika Wede, The Trees & The Wild.

Usai Rock dan Blues membalut Jakarta pada minggu kedua dan ketiga bulan Oktober,kini giliran Java Soulnation Festival 2010 melilitkan satu gulungan pamungkas sentuhan musik di tubuh Jakarta setelah alunan musik ala David Foster memoleskan suguhan terbaiknya di Ritz Carlton,Pasific Place Rabu minggu terakhir Oktober. Lengkaplah sudah penikmat musik sehati yang berada di kota Jakarta dan sekitarnya larut dalam gemerlap berbagai macam jenis musik. Dan suguhan saya ini sebagai cerita penutup Oktober buat teman-teman di daerah yang jarang sekali menikmati gemerlap lampu beriringan dengan alunan nada gemerancang hingga panggung redup.

Terima kasih banyak buat mas Riandy Kurniawan,yang mengizinkan untuk menyalin hasil reportasenya ke dalam bahasa Indonesia, melengkapi catatan saya. Terima kasih juga kepada mas Unggul Tw, jurnalis musik situs online yang memberi saya setumpuk file tentang JakBluesFest 2010. Tanpa bantuan mereka saya belum tentu dapat menuntaskan catatan ini. Selamat membaca.


Catatan Data Referensi
* Koran Jakarta, Sabtu 16 Oktober 2010
* Kompas, Minggu 17 Oktober
* femina, no 41/XXXVIII-23 s/d 29 Oktober 2010
* www.jazzuality.com
* Reportase Riandy Kurniawan**
* File dari Unggul Tw*

Salam
arie rachmawati