Kamis, 19 Oktober 2023

Perjalanan Hidupku Masih Panjang



Alhamdulillah³ saya menulis kembali dengan judul, "Perjalanan Hidupku Masih Panjang", melanjutkan cerita sebelumnya, "Mandi Yuk".

Luth Pahlevi Gardityo disingkat LPG, familiar dengan panggilan LEVI adalah awal kisah proses penamaan untuknya. Unik. Waktu itu pertemuan calon ortu Levi karena almarhumah akan membuat tugas akhir (tesis)  tentang tabung gas LPG, kebetulan yang menangani tersebut adalah calon Ayahnya Levi. Terinsnspirasi tabung gas LPG itu maka nama Levi terpilih. Levi lahir di Cirebon, besar di Indramayu, lanjut di Cilacap dan kini berada di Bogor.



HUT Levi  ke 1
Levi untuk pertama dan terakhir kalinya merayakan hari ulang tahun yang pertama bersama Mamanya. Hari ulang tahun, Levi masih tinggal di Indramayu dan  ditengah kondisi pandemi Oktober 2020 yang lalu. Kami sebagai kakek dan neneknya Levi, cukup mendapat kiriman foto dan video saja. Sikon Pandemi Covid 19 yang mencekam dunia, memang tidak memungkinkan untuk hadir di Indramayu.


HUT Levi ke 2
Usia tujuh belas bulan Levi sudah piatu, Qadarullah Sang Mama kembali ke Rahmatullah karena sakit tapi bukan Covid 19. Levi merayakan ulang tahun keduanya berada di Cilacap. Kami berempat Kakek, Nenek, Om Ryan dan Om Edo  (adik-adik Ayahnya Levi) bersama hadir ke Cilacap memberi suasana happy untuk Levi yang kian gemol dan lucu.

Levi belum bisa mengucapkan kata -  kata, hanya bergumam tidak jelas. Kontak mata pun amat jarang dan bila dipanggil namanya tidak pernah menoleh, mencari arah panggilan.

Semula ada pendapat bahwa keterlambatannya Levi  berbicara karena ada mitos setempat bahwa ari-ari nya jauh di Cirebon. Dan ari - ari nya tidak ditanam / dikubur, tetapi digantung. 

Menurut saya hal itu tentu menggiring kesyirikan, karena mempercayai bahwa anak telat berbicara dikarenakan hal tsb. Cirebon, tempat kelahiran Levi yang akhirnya berpindah ke Cilacap.

Kemudian menjadi keputusan bersama untuk mengabaikan mitos tersebut, atas saran dokter specialis anak yaitu dr Nenden di RS Hermina Purwokerto, maka pengobatan medis menjadi solusi terbaik. Levi mulai menjalani terapi wicara sebagai langkah awal.

Saya beserta kakek baru ikut berpartisipasi menemani Levi sejak 11 Desember 2021. Semula kami diminta menjaga Levi untuk beberapa hari saja, namun cerita berubah dan demi keberlangsungan Levi dengan terapi - terapinya, kami menerima keputusan itu.

Mula - mula saya berpikir segala keterlambatan Levi berinteraksi dikarena proses peralihan pengasuhan pasca Mamanya wafat, kepada keluarga almarhumah di Cilacap.

Namun setelah beberapa kali turut menemani Levi terapi. Saya amati sambil menunggu di koridor Rumah Sakit Pertamina Cilacap, membaur dengan para ibu yang juga menunggu proses terapi, mereka adalah para orang tua lengkap. Hanya Levi tanpa pendamping seorang ibu.

Di hari selasa adalah proses terapi wicara oleh Bu Anwar, menjadi proses kesabaran baik oleh terapisnya dan saya juga kakek. Levi belum menampakan tanda -tanda perubahan. Bahasa Planet Pluto diselingi gumaman seakan menjadi keasikan di dunianya sendiri. 

Setelah beberapa kali terapi wicara (tw) maka diilanjut dengan okupansi terapi (ot). Dua hal baru bagi saya, tentang apa itu TW dan OT. Jadwal terapi pun dari senin, rabu dan kamis jadwal untuk okupansi terapi yang diasuh para terapis Bu Yuyun dan Mbak Dhika.

Disini ada kelas bersama atau kelas sosialita, dimana empat anak dikumpulkan satu kelas. Biasanya berdasarkan random, kadang sesama anak yang usia sebaya. Kadang sesama anak yang dilihat dari berat badannya. Hal ini bertujuan agar si anak bisa dilihat dalam berinteraksi dengan temannya untuk melaksanakan tugas.

Belajar sabar, super sabar terlebih dengan keadaan si anak disaat tantrum. Hal baru yang belum familiar untuk kami. Begitu juga cara penanganinya.

Serasa kembali ke titik nol untuk bisa memahami pola Levi dengan setumpuk hal baru. Berjalannya waktu ada yang menyarankan untuk menjalani tes bera sebagai bentuk kepastian apakah Levi mempunyai kelainan terhadap pendengarannya.

Bulan Mei 2022, pasca lebaran kami pun berangkat ke RS dr Sardjito Yogyakarta. Dilanjut dengan dokter anak tumbuh kembang, atas saran dokter specialis anak dr. Krisna Handayani Sp.A di RS Pertamina Cilacap.

Proses untuk tes bera, Levi harus dibius. Masya Allah proses yang sulit, mengingat Levi adalah balita susah memulai tidur. Hari pertama gagal, diulang hari kedua Alhamdulillah sukses.
Untuk hasilnya masih menunggu waktu. Dan ketika tiba mendapat hasil dari penjelasan dr Ashadi Sp.THT, Levi dinyatakan pendengarannya bagus, meski ada salah satu telinga yang belum maksimal 100% tapi tak perlu dikhawatirkan karena Levi masih proses tumbuh kembang, dan tak perlu diulang.

Langkah selanjutnya ketika proses konsultasi dengan dokter tumbuh kembang anak. Saya nggak pernah menyangka bahwa saya-lah yang akan diintetview / dimintai pendapat tentang Levi. Kegiatan sehari - hari di rumah (apartement).

Nampak jelas pengaruh handphone terhadap Levi. Gerak-gerik anak selama proses konsultasi sangat diperhatikan. Sebelum menyimpulkan diagnosa, apakah anak autism dll. Kami disuruh kembali konsultasi, untuk tiga bulan kedepan.

Berikutnya kami kembali menghadap dr. Andit sebagai dokter tumbuh kembang anak. Pertemuan kedua ini, pengaruh handphone mulai berkurang. Alhamdulillah diberi kemudahan untuk proses tersebut. Kami yang terdiri dari Pak Ayah, Kakek dan Nenek sepakat tidak bermain HP didepan Levi, per 16 Juni 2022. Setiap seminggu kami melaporkan hal tsb kepada terapis setempat.

Anjuran berikutnya melepas ketergantungan terhadap televisi. Bukan hal mudah, kalau handphone masih bisa disembunyikan , sementara televisi adalah hiburan utama di kamar 604 Apartement.

Tarik ulur mengatasi hal ini. Berbagai cara pengalihan supaya mengurangi nonton televisi, yaitu dengan mengajak anak bermain outdoor dan untuk indoor kami harus lebih kreatif, karena Levi termasuk cepat bosan. Kami team work yang solid meski banyak gagalnya bila tantrumnya datang tiba-tiba mengacaukan suasana.

Teori dan prakteknya sangat berlawanan. Lelah, capek, kadang emosi karena saya dan kakek sering berbeda pendapat, lebih - lebih mengantuk menjadi sajian biasa sehari-hari. Bukan hal mudah mengatasi anak rewel,  anak tantrum dan anak super aktif, disaat kami (kakek & nenek) telah berusia diatas kepala lima dan enam.


Ikhtiar dan doa, tanpa doa pastilah kami semakin lemah. Ikhtiar lewat proses medis. Doa proses ridho keputusan Allah, menerima amanah ini. Hingga kami lambat laun jarang pulang ke Bogor. Terlebih saya harus LDR dengan benang - benang rajut. Lewat doa - doa itulah satu persatu doa diijabah. Pak Ayah menemukan jodohnya.

HUT Levi ke 3
Ulang tahun ketiga masih seputar keluarga walau tanpa kehadiran kedua Om-Om nya. Namun kini bergabungannya mas Ayin adalah sepupunya Levi, menjadi suasana jadi ramai.

Sementara kado terindah dari Allah Subhanallah wata'ala untuk Levi adalah Ibu baru (ibu sambung) yang akan dipanggilnya Bunda. Bunda banyak berperan meski baru bergabung dalam keluarga kecil, memilihkan baju dan celana. Sosok 'mommy' yang mungkin dicari Levi selama ini. Karena saya pernah dipanggil 'mommy' tapi saya segera memperkenalkan diri sebagai neneknya Levi.

Atas saran dokter anak yang di RS Hermina Purwokerto, kami untuk konsultasi menemui dr Purboyo Solek. Juga dalam proses reservasi untuk antrian ke dr Purboyo Solek di RS Melinda 2 di Bandung, karena Bunda bekerja di salah satu perbankkan di Bandung. Hal ini cukup lama, dari pendaftaran dibulan Agustus 2022 baru terpanggil 9 Mei 2023. 

Hal ini terjadi karena ketika dipanggil untuk hadir, banyak kendala. Kadang kami siap belum ada pemanggilan, ketika kami tidak ada kesiapan, ada hari yang dijadwalkan. Tidak pas sikonnya sampai hari itu tiba 9 Mei 2023,  pasca lebaran kami bisa lega, mendengar penjelasan beliau.

Mula - mula Levi harus sendiri masuk kedalam ruangan. Disana ada beliau didampingi tiga assistennya. Proses berlangsung selama tiga puluh menit. Setelah itu Levi diajak ke ruang lain, dan kami selaku orang tua dipersilahkan memasuki ruang kerja dr. Purboyo Solek. Beliau menuturkan bahwa Levi bukan autism, bukan ADHD dan juga bukan speak delay.

Anak autism dan ADHD itu bila memasuki suatu ruangan baru ada rasa ketakutan dan akan menyari sudut ruangan yang dirasa nyaman dan aman. Berdiam disana tanpa ada keinginan pergerakan. Sementara Levi begitu masuk ruangan baru, semua dilihat, semua dipegang dan segera duduk tanpa harus disuruh duduk. Bahkan mengenal empat sosok baru pun tak membuatnya takut untuk berinteraksi.

Kemudian Levi juga bukan speak delay, karena pengertian untuk speak delay itu benar - benar tidak bersuara alias diam. Sementara Levi suka bergumam maka tidak dimasukkan golongan speak delay. Apalagi ditambah dari penuturan saya, Levi lebih tertarik dengan nada dan irama, maka menurut beliau benar - benar bukan speak delay dimana banyak pendapat umum bila anak telat berbicara (ngomong) dikategorikan speak delay.

Dalam obrolan tersebut dengan durasi kurang lebih dua jam, dimana kami awal obrolan diminta keterangan sehari - harinya Levi, serta tindakan - tindakan medis yang dilakukan untuk Levi, misal tes bera. Serta tindakan sehari - hari seperti menyembunyikan handphone, dan pengurangan nonton televisi. 

Pengalihan bermain seperti membuat terowongan dari prolon pvc (talang) apapun yang sifatnya bergerak aktif untuk mengurangi energinya yang teramat berlebih. Hal tersebut termasuk bagus meski eksplorasi untuk dunia bermainnya masih kurang. Menurut beliau, anak seperti Levi itu tingkat kecerdasannya tinggi, diatas rata - rata anak sebaya seusianya. Hal itu terjadi ketika di observasi tadi, Levi bisa berhitung satu sampai sepuluh bahasa Indonesia dan Inggris. Levi lancar penyebutan alfabet dalam kondisi runut maupun acak. Bisa menyebutkan nama buah, nama jenis alat transportasi tetap dengan dua bahasa. Bisa menyusun puzzle dan membongkar mainan tanpa harus merasa takut karena diawasi. Santai dan cuek. Levi adalah anak istimewa berkebutuhan khusus yang harus ditangani dengan baik, lewat program terapi - terapi.

Sebelum meneruskan obrolan beliau sempat berpikir bisa jadi gen dari Ayah banyak andil dalam pembentukan Levi ini. Tetapi karena Ayah Levi menuturkan dengan runut maka beliau berpikir ada kemungkinan dari pihak Ibu berperan banyak.
Setelah itu beliau menanyakan tentang keberadaan Ibu, misal ketika masa kehamilan itu mengkonsumsi apa saja. Tentu hal ini cukup sulit dijawab karena sudah wafat. Dan Pak Ayah sebagai suami tidak mengontrol apa -apa saja yang dikonsumsikan. Belum ada satu kepastian penyebabnya. Segala faktor bisa menjadi pendukung terjadinya sosok Levi kini. 

Kecerdasan orang tua bisa juga menjadi faktor pendukung yang menurut beliau, anak seusia Levi kecerdasannya itu untuk anak usia 6-7 tahun. Kecerdasan ini akan berlangsung hingga mencapai 8 - 10 tahun, namun bila tidak diarahkan bisa jadi berakibat sebaliknya. Yaitu kondisi yang tadinya cerdas akan berubah menjadi dungu dan berakibat si anak cenderung menyalahkan dirinya sendiri dengan melukai dan nampak aneh.

Kesimpulannya Levi adalah anak Gifted dan GBE (gangguan berbahasa ekspresif). Jadi anak seperti Levi membutuhkan 12 jam untuk terapi, dengan pembagian enam jam bersama terapis di tempat terapi dan enam jam bersama keluarga di rumah.

Penjelasan tersebut menjadi info berharga untuk bisa disampaikan kepada Keluarga di Cilacap selaku Opa Oma nya Levi. Mereka berpendapat nanti usia masuk sekolah dasar akan sembuh dengan sendirinya.

Pendapat dari dr Purboyo Solek bukan pendapat pertama yang saya dengar, rata - rata para medis baik dokter dan terapis berpendapat yang sama. Anak berkebutuhan khusus itu tetap didampingi terapis untuk melanjutkan  terapi - terapi meski memulai pendidikan akademik. Yang jelas kehadiran Bunda menjadi sosok penguat Pak Ayah setelah sembilan belas bulan tanpa pendamping hidup.


HUT Levi ke 4
Perpindahan tugas Pak Ayah dari Cilacap ke Jakarta, tugas Levi masih melanjutkan sesi terapi - terapinya, malah kami berupaya menambah kegiatan untuk kelas terapi perilaku, namun belum terwujud.

Jelang usia ke empat Levi mendapat kado dari Allah Subhanallah wata'ala yaitu seorang adik laki-laki diberi nama Byantara Ravindra Ibrahim yang dipanggil Dik Byan. Levi menyapanya, "Hai Baby."  

Dik Byan lahir di Solo. Bunda dan dik Byan masih dalam proses cuti melahirkan. Insyaallah kedepannya formasi keluarga kecil akan menjadi komplit, keluarga  samawa.

Keluarga kecil terdiri dari Pak Ayah, Bunda, Levi dan Adik Byan. Semoga kedepannya Levi menjadi sosok kakak yang kuat,  sholeh dan sehat lahir batin. Bisa beradaptasi dengan baik, mandiri baik kekurangan dan kelebihannya

"Perjalanan Hidupku Masih Panjang", menjadi judul tulisan saya melanjutan cerita sebelumnya, "Mandi Yuk".

Semangat buat teman - teman sebaya usia Levi, yang senasib seperjuangan. Jangan menyerah para ortu, tetap semangat meski banyak kendala. Yakinlah bahwa kita mendapat ujian masing - masing menuju ridho Nya.

Setiap anak mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing tanpa harus dibandingkan. Boleh jadi justru dari kekurangan layanan itu menjadi suatu kelebihan bagi anak tersebut.

Terima kasih.

♡ ♡ ♡

Tidak ada komentar: