Rabu, 27 April 2011

Hari Ulang Tahun :


Empat Puluh Tiga Tahun 


Tahun 2011 ini adalah tahun ketiga di mana di dinding putih (fesbuk) itu penuh coretan, ada beberapa gambar bunga, kue tart plus lilinnya yang bertaburan di antara tulisan yang mengucapkan "Selamat Ulang Tahun" untukku sejak pergantian tanggal dari 26 April ke 27 April 2011 tepatnya jam 00:00 (semalam)

Dinding (fesbuk) itu kaya ekspresi diri mewakili masing-masing hati teman. Mereka ada yang hanya mengenal saya sebatas alam maya, ada juga teman-teman dari jalinan pertemanan masa lalu, saat bersekolah dan bertetangga dari sekian kota tempat berbagi cerita. Tetapi mereka satu, mereka adalah teman, sodara dan sahabat saya.

Intinya satu, memberi ucapan "Selamat" dan mendoakan agar dengan bertambahnya usia, (sementara kesempatan menghirup udara di dunia kian berkurang), senantiasa diberi kebarokahan hidup, kesejahteran, kesehatan dan selalu dalam lindungan Allah SWT.

Bagi saya doa mereka pun berpulang kembali pada mereka. Setiap ucapan yang baik adalah sebaris doa, dan setiap doa semoga diaminin para malaikat dan dikabulkan oleh Sang Penciptanya.

Allah memberi yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.

Napak tilas, dahulu saya begitu banyak keinginan ketika angka usia itu bertambah.
Setiap tahun berbeda doanya. Saat usia 10 tahun, ada perayan kecil di rumah di desa Baratan-Jember, mengharap banyak kado, dan itu sekitar April 1978. Yang hadir tak banyak selain sanak sodara dari kedua pihak ortu juga sebagian teman terdekat. Bukan pesta besar, hanya bersama dalam kekeluargaan. Ulang tahun dengan satu loyang kue tart, hiasan kertas krep berwarna warni di antaranya ada balon-balon, lagu wajib "Panjang Umurnya" berakhir dengan tepuk tangan, meniup lilin dan memotong kue kemudian bermain bersama di halaman yang luas itu.

Doa pun berubah saat merayakan ulang tahun di saat usia 15 tahun. Usia remaja dan pubertas, doanya tak jauh-jauh ingin mendapatkan seseorang yang terbaik dari yang baik. Sehati dalam pemikiran. Waktu itu sepulang sekolah, masih memakai seragam sekolah biru putih dengan lambang OSIS dan lokasi sekolah SMPN 1 Jember, semua teman sekelasku 3C berjalan beriringan menuju rumahku yang terletak di jalan Raya Diponegoro Jember. Ada juga teman dari kelas sebelah yang merasa dekat dan beberapa kakak kelas dari SMA1 Jember juga mahasiswa UNEJ teman kakak saya. Bukan pesta, hanya bentuk tasyakur atas nikmat-Nya.

Waktu bergulir dan tidak pernah ada perayaan lagi sejak usia 20 tahun, dan April 1988 saya sudah menyandang status nyonya Tonny Joostiono .Memasuki usia 22 tahun saya sudah disibukkan dengan urusan mengasuh anak pertama kemudian menyusul adik-adiknya lalu kami berpindah ke Jambi, meninggalkan kota Jember.

Selama 13 tahun di Jambi banyak cerita tertuang dalam diary. Ucapan ulang tahun masih terus berdatangan menjelang dan hingga beberapa hari berikutnya meski jarak telah memisahkan kami. Yang tak pernah absen selain dari ortu, keluarga dan teman dekat adalah seorang guru saya sewaktu di sekolah farmasi di Madiun, yaitu pak Christian F. Persahabatan kami boleh dibilang rada unik karena sosok yang dikenal agak garang dan pelit senyum dan disegani banyak orang ternyata sebenarnya sosok nan lembut, ramah dan humoris namun low profile. Pak Chris, menjadi sosok yang senantiasa hadir lewat gelombang frekwensi di udara alias interlokal. Semenjak saya masih menjadi siswinya hingga saya memiliki tiga jagoan kecil, anak-anak pun serasa mengenal sosok itu lewat cerita-cerita saya.

Selama di Jambi hadirlah dua sahabat yaitu ibu Arini dan ibu Helen, keduanya ini selalu menghadiahkan sesuatu yang membuat sudut mata saya berkaca-kaca. April 1998 saat usia ke 30, tiba-tiba ada ketukan di depan pintu, ternyata ibu Arini Vidyasih membawa kue tart dan kado mungil, saya malu karena di rumah tidak menyediakan apa-apa, bahkan saya sudah membuang indahnya keramaian saat berulang tahun.

Lain lagi dengan ibu Helen Suryani, beliau lebih kocak, ramai dan spontanitasnya tinggi. Saya bersyukur dipertemukan orang-orang yang sangat sayang kepada saya, walau saya belum bisa membalas kebaikkan semua itu. Saya percaya itu adalah hadiah (rejeki) dari Allah lewat tangan sahabat-sahabat. Selain kedua sahabat di atas itu ada juga sosok lain seperti Sri Tuti Sudomo, Anny Choiriyah dan Yeni mereka boleh dibilang di bawah usia saya namun kami disatukan dalam chemistry.

April 2005 menjelang perpindahan ke pulau Jawa tepatnya di Bogor,karena mutasi dari kantor, suami saya ditempatkan di PT Telkom Jakarta Selatan. Sosok perempuan yang dari dulu ingin sekali saya mengenalnya, beliau bernama Hj.Ketut Sutari Suweca, justru di detik-detik terakhir keakraban itu kian dekat, dan "everlasting moment" saya berdua dengannya menikmati semangkok sup ayam dan secangkir mocca di sebuah Pizza Hut yang baru saja ada di Jambi. Setelah itu semua kenangan tertinggal di kota Sepucuk Jambi Sembilan Lurah. Kepindahan kami ternyata bersamaan, uniknya kami berdua berbagi bulan yang sama berulang tahun. Ritual saling mengucapkan dan mendoakan masih berlanjut, beliau tinggal di Jakarta dan saya di Bogor.

Tahun berganti tahun, usia kian merajut tua, namun semangat tetap muda. Belum setahun di Bogor saya mendapat banyak teman, semenjak bergabung dalam majelis ta'lim Uswatun Hasanah. Menjelang usia 39 tahun, saya mendapat kepercayaan menjadi salah satu pengurus majelis ta'lim yang mengurusi 170 anak dhuafa-yatim, dan aktif di kegiatan sosial lainnya di sekitar tempat tinggal saya. Usia ke 40 tahun (2008) dengan menu tekwan dan es rujak para ibu pengajian dan ustadz bersama mendoakan saya, setelah jam pembelajaran usai. Saya selalu bertemu dengan orang-orang baru, tentunya dengan beragam cerita. Namun saya tidak pernah melupakan teman-teman lama. Dunia saya selalu berwarna dan indah.

Cerita lain setahun kemarin ada dua peristiwa yang berkesan. Saya berkesempatan mengunjungi seorang idola Fariz Roestam Moenaf, dengan di antar oleh seorang teman yang kebetulan ingin bersilaturahmi dengan Sang Maestro. Setelah deal waktu maka meluncurlah kami berdua. Uniknya saya yang berulang tahun tetapi justru saya yang amat sibuk, dari mempersiapkan sepingan makaroni panggang, masakan daging sapi cah cabe hijau dan memberi bingkisan dari sahabat saya Asep Gunawan yang memproduksi kaos "limited edition" kepada beliau. Selain itu hari pertama launching kaos "SYMPHONY" untuk design "Trapesium dan Metal". Malam itu obrolan kami tak terlalu lama. karena tuan rumah dalam keadaan kurang fit, kemudian kami pamit pulang. Ada setangkup rasa lega, karena inilah salah satu keinginan saya saat remaja, yaitu ingin saat berulang tahun dan berfoto bersamanya.

Tiga hari berikutnya, masih seputar ulang tahun. Setahun kemarin, tahun kedua berfesbuk ria, banyak sekali para sahabat dunia maya dan nyata mengirimkan doa dan ucapan di dinding (fesbuk) padahal saya bukan seorang publik figur atau selebritis. Saya hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang menyukai jalinan pertemanan dengan siapa pun tanpa memandang agama,suku dan bahasa dan tentunya bisa mengakrabkan diri karena suatu obrolan ringan yang bersautan.

Rasa bahagia masih berputar-putar tak jauh dari saya. Ketika menghadiri pertemuan di Langsat Corner, basis Komunitas Pecinta Musik Indonesia,bersama para senior mendoakan saya, dibawah komandan pak Gatot Triyono dan diaminin mereka yang hadir. Ada hal yang berkesan lagi, saat itu terdengar kabar bahwa pelantun lagu Nuansa Bening bang Keenan Nasution. akan hadir. Tetapi bukan semata-mata karena saya berulang tahun, namun beliau ada keperluan lain dengan KPMI.

Di antara para teman, sodara dan sahabat yang memberi ucapan "Selamat" dan doa itu seperti pepatah hilang satu tumbuh seribu. Saya selalu mencatat teman yang telah berpulang, yang tak lagi hadir memberi saya sebaris doa. Dan sampai usia kapan cerita saya menikmati setiap pertambahan usia akan berakhir. Wallahualam, usia bagian dari misteri Illahi. Kita hanya menjalani.

Kini dengan bertambahnya usia, perlahan kebijaksanaan dalam berpikir pun turut mempengaruhi. Sudah tak ada lagi seribu keinginan yang menggebu-gebu seperti waktu-waktu yang lalu, cukup sebaris doa saja.Ssemoga diri ini tetap berguna untuk sekitarnya, tetap bersyukur atas semua nikmat-Nya dalam keadaan lapang dan sempit, dalam keadaan suka dan duka. Dan bila tiba saatnya nanti semoga tutup usia dengan keadaan khusnul qatimah, disamping keinginan saya menjadi orang tua yang bisa dibanggakan anak-anak dan keluarga. Keinginan yang lain semoga mimpi itu terwujud nyata, yaitu memiliki buku kumpulan cerpen dan antologi puisi ... semoga dan semoga. Aamiin Ya Rabbal alamin.


Salam

Arie (Prihatini) Rachmawati

(lahir : Jember 27 April 1968 jam 23:40)

4 komentar:

Anonim mengatakan...

sebuah hasil perenungan panjang yang amat matang!
Memang benar, bahwa semakin tambah usia semakin "matang cita-cita"
Dan benar perumpamaan ttg : hidup adalah 'mampir minum'
saya dpt berempati dng apa yg bu Arie saripatikan dari perjalanan hidupnya
Teruslah berkarya bagi sesama

Anonim mengatakan...

Mbak Arie, ternyata kita punya hobi yang nyaris sama, tapi karena keterbatasan waktu, menulis dan melukis sudah tidak pernah aku sentuh lagi... bagus mba, bahasanya mengalir... sigit

Unknown mengatakan...

Ane salut padamu Bu,disamping kesibukan tiap hari,masih sempat sempatnya menulis.Tetap berkarya bu,kareana generasimu masih haus menimba ilmu dari pengalaman ibu yang berharga.Salam dari Papua and Happy blogging ajah

Arie Rachmawati mengatakan...

Jawaban saya :
terima kasih banyak kepada 3 tamu blog saya, atas atensinya, waktunya udah mampir dan berkomentar.

semoga usia ini bermanfaat dan berkah