Sabtu, 23 April 2011

Kangen Jember (Aku Ingin Pulang)



Pengamen khas Jember - Gaya Bul-Bul
photography by Agus 'Hadhie' Supriadi


Kemarin aku menemukan satu kotak berisi surat-surat yang ditulis tangan oleh orang-orang terdekat yang teramat sayang kepadaku. Di antaranya ada surat dari Bapak, di tulisnya di tahun 1994, 17 tahun yang lalu. Tulisan itu masih rapi dan tidak luntur tintanya. Ada juga tulisan ketikan dari Mama yang saat itu bekerja sebagai wartawati ibu kota, bahkan sempat menjadi sekretaris redaksi majalah, sebelum mengakhiri masa baktinya.Terselip pula tulisan tangan pak Christian Fatholon, guru Fisika dan Matematika saat sekolah di farmasi, dan beberapa teman sahabat pena.

Setumpuk tulisan usang itu ternyata menyimpan segudang cerita dan membawa lamunanku menembus lorong waktu. Aku rindu kota kelahiranku, Jember. "Aku ingin pulang," batinku. Terinspirasi judul lagu Ebit.G.Ade, aku memilih judul untuk catatanku kali ini. Sudah lama aku meninggalkan kota itu. Tahun 1984 saat aku melanjutkan sekolah ke Madiun. Tiga tahun kulepas Jember-ku. Perlahan teman-teman melupakanku. "Nang ndih kowe saiki,Rie?" Begitu pertanyaan yang sempat mereka tanyakan kepadaku. Waktu itu aku bertemu dengan Nine Santi (ex SDN Pagah) dan Andy Suparwanto (ex 3C/SMP1Jbr), saat dipertemukan dalam satu gerbong kereta api.

Sekitar Mei 1987 hingga Juli 1992 aku tinggal di Jember dengan suasana berbeda. Setelah lulus SMF bekerja di Apotik Bima, kemudian aku berkeluarga. Beberapa tahun kemudian suamiku memboyong kami ke Jambi. 16 Agustus 1002 untuk keduakalinya aku meninggalkan Jember. Dalam perantauan serasa dalam pengasingan. Hidup dengan beberapa suku daerah yang dulu aku mengenalnya dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Beradaptasi menjadi nilai pengalaman yang berharga.

Selama tiga belas tahun di Jambi, kepulanganku bisa dihitung dengan jari. Dan nyaris aku melupakan segala tradisi Jember-ku seperti TAJEM yaitu gerak jalan menempuh 36 Km antara Tanggul - Jember yang menjadi rangakaian penutup perayaan acara HUT RI. Bahkan dulu aku yang akrab dengan pasukan Drum Band SMP1 Jember. Jember kini terbenan dalam kenangan.

Mesjid Jami' yang berada di pusat kota, dan depan alun-alun kota Jember adalah bangunan kuno yang hingga kini masih tegar berdiri. Mengingatkan diriku saat melintas dalam sapaan pagi sewaktu berangkat sekolah.Dalam foto kiriman kakaku itu masih terlihat seperti dulu.Waktu menggulung menjadi keping-keping memori dan diletakkan pada satu kotak masa lalu.

Delapan belas bulan yang lalu saat aku sudah nongkrong di facebook, aku seperti surfing seorang diri. Jagat maya ini begitu luas, hanya aku temukan segintir manusia dari masa dulu dengan identitas baru. Bahkan hampir semua penghuni kota Jember memadati daftar pertemananku. Jagat maya-ku pun penuh sesak mereka-mereka yang pernah tinggal di Jember dan kini bertaburan di muka bumi ini.

Memoriku berloading, please wait...

Lintasan kenangan itu membawa ke masa lalu. Saat aku masih kelas 6 SD, bapak pengamen ini memiliki tubuh tinggi besar, dengan dua kaki yang besar dan bulu kakinya lebat. Gaya Bul-bul ini mempunyai ciri khasnya yang bergaya wanita seksi dengan kustom beraneka ragam. Hari ini tampil dengan kebaya, lengkap bantalan empuk untuk pengganti payudara dan pantatnya biar kelihatan semok. Sementara rambutnya berkonde besar. Besok beliau bergaya ibu rumah tangga memakai daster dan masih berkonde. Lusa beliau memakai rok mini. Khasnya yang lain adalah bibir merah merakah, make-up kontras bin menor dan gaya megal - megolnya itu dengan membawa kecek-kecek sejenis perkusi untuk irama dangdut. Aku ingat pernah juga ia membawa semacam gitar yg dibuatnya sendiri dari kotak kayu bekas dengan senar. Nadanya? Ah..jangan kau tanyakan. Nada dan iramanya pun kadang merdu kadang fals. Sepertinya banyak falsnya yang penting adalah mengihibur.

Gaya Bul-Bul, jangan bilang tak kenal. Aku yang sudah lama meninggalkan Jember-ku untuk yang satu ini aku masih ingat jelas. Cengkokan suara dan gayanya itu. Intro : Jreng..jreng lalu masuk lagu, "Guantengnya pacarku..oik...Guantengnya pacarku..oik" dan anak-anak kecil yang mengelilinginya pada ikutan njoget. Ibu-ibu mereka ikut senyum sumringah, dengan senang hati tangan-tangan kanan mereka meraih dompet, mencari kepingan logam untuk berpindah tangan pada beliau. Seikhlasnya menukar rupiah dengan hiburan ringan dan jarang. Pada kunjungan berikutnya belum tentu aku, kamu, kita dapat melihat aksinya. Kedatangannya tak diduga namun selalu bikin gemes. Lagu-lagunya pun mengikuti trend tangga lagu ala MTV Ampuh. Tapi seingatku yang tak lekang oleh waktu lagu favoritnya adalah Sekuntum Mawar Merah

Semoga di waktu mendatang aku bisa dipertemukan kembali dengan beliau yang berumur panjang itu. Akan kuajak untuk berfoto bersama itu niatku. Beliau juga seorang seniman tak mesti mengejar popularitas. Kepentingan utama adalah mengejar setoran untuk kelangsungan hidupnya. Dan tentu Beliau akan mengejar tangan-tangan yang usil bila mengganggu privacy-nya.

Terakhir aku melihat aksinta si Gaya Bul-Bul itu waktu anak sulungku sekitar 2,5 tahun (kini Ryo berumur 20 tahun,4 bulan). Ryo kecil bersama Nita sepupunya ikutan goyang dombret, sambil tertawa geli. Si Gaya Bul-Bul nggak pernah marah bila dipanggil wadam. Beliau menjalankan profesinya dengan ikhlas sebagai penghibur dari kampung ke kampung, dari gang ke gang. tat rias diwajahnya tak pernah luntur meskipun make-up telah terhapus peluh keringat. Panas dan hujan adalah sahabat dalam perjalanan. Semangat pengalamen jalanan si Gaya Bul- Bul tak memudar, seperti itu semangatku.untuk bisa pulang ke Jember.

Lagu AKU INGIN PULANG
Cipt : Ebit .G.Ade


Kemanapun aku pergi
Bayang-bayngmu mengejar
Bersembunyi di mana pun
Slalu engkau temukan
Aku merasa letih dan ingin sendiri

Kutanyakan pada siapa tak ada yang menjawab
Sebab semua peristiwa
hanya di rongga dada
Pergulatan yang panjang dalam kesunyian

Aku mencari jawaban di laut
Ku sadari langkah menyusuri pantai
Aku merasa mendengar suara
Menutupi jalan
Menghentikan pertualangan
Du..du..du..

Kemanana pun aku pergi
Selalu ku bawa-bawa
Perasaan yang bersalah, datang menghantuiku
Masih mungkinkah pintu-Mu ku buka
Dengan kunci yang pernag kupatahkan
Lihatlah aku terkapar dan luka
Dengarkanlah jerita dari dalam jiwa

Aku ingin pulang...uhu..
Aku harus pulang...uhu..
(diulang hingga habis)



Pulang meluangkan waktu mencari puzzle kenangan masa lalu yang tertinggal di sudut waktu. Menyelusuri jalanan yang pernah kulalui saat berangkat dan pulang sekolah. Menikmati lagi sentuhan kuliner di pelosok tempat tersembunyi penuh memori. Mencari teman - teman yang tercerai-berai keberadaannya. Membungkus oleh-oleh khas Jember. Menyapa sosok khas melegenda yang belum terbidik kamera kakakku. Menyusun segudang angan yang masih tersangkut dimimpi, Insha Allah saya pulang ke Jember. 


Medio, Bogor 14 April 2010 / 23 :13


Salam
Arie Rachmawati

4 komentar:

RZ Hakim mengatakan...

Ketika membuka mesin pencari, kemudian mengetikkan kata kunci 'gaya bulbul jember', saya diantar ke blog ini, hehe..

Salam kenal Mbak. Makasih buat sekeping ceritanya. Ini yang saya rindukan, gaya bulbul.. seniman sebenar-benarnya.

Ohya, sekalian mau minta ijin ambil gambar di atas ya Mbak..

Arie Rachmawati mengatakan...

Terimakasih kembali, foto itu milik mas-ku, monggo aja. Salam kenal. Di FB catatanku masih banyak, suwun udah mampir disini.

RZ Hakim mengatakan...

Mbak Rie, fotonya sudah saya ambil. Saya upload di facebook dengan sedikit edit (warnanya saya jadikan hitam putih, dan mencantumkan nama Mbak).

Ketika saya upload di jejaring sosial, ada banyak kawan (Jember) yang komentar. Sayangnya, saya masih belum tahu alamat rumahnya. Nantilah, kalau saya sudah mendapatkan alamat rumahnya, saya akan sowan ke sana.

Ohya Mbak, postingan ini saya tuliskan kembali di SINI

Makasih ya Mbak :)

Unknown mengatakan...

Tulisan Mbak, mengingatkan aku tentang kota Jember, kota kelahiran dan tempat ting Kota galku dengan pengamen gaya bul bul nya, mengingatkan cerita ibu saya tentang penyanyi gaya Bul Bul. Salam kenal Mbak....