foto koleksi SYMPHONY |
Edisi Khusus "SYMPHONY 1st Anniversary"
by Arie Rachmawati on Sunday, June 13, 2010 at 7:58pm
SYMPHONY UNTUK MUSIK INDONESIA
Oleh : Arie Rachmawati
Sebuah Undangan dari Oscar Adam lewat facebook, aku terima untuk hadir mengikuti sebuah taping acara. Terperanjat juga saat membaca undangan itu, SYMPHONY ber- REUNI. Reuni? Benarkah SYMPHONY masih ada?
Acara : Fariz RM & Symphony Reunion for Zona 80
"one nite only!"
Jenis : Performance
Penyelenggara: Fariz RM
Waktu Mulai : 14 Juni 2009 jam 19:00
Waktu Selesai : 14 Juni 2009 jam 22:00
Lokasi : MetroTV Studio
Tony Wenas - Fariz RM - Jimmy Paais -
Herman "Gelly" Effendi - Ekki Soekarno
Dua puluh tiga tahun berlalu setelah album ketiga berjudul N.O.R.M.A.L, mereka tak terdengar lagi gaung-nya, seakan bumi menelannya hidup-hidup. Kini SYMPHONY kembali disebut para undangan yang hadir di lobby Metro TV, menjadi buah bibir bagi sekelompok komunitas di setiap sudut ruangan. Mereka seperti bereuni, ya ini reuni yang berbeda, sebuah reuni "SYMPHONY UNTUK MUSIK INDONESIA"
Kemudian langkah-langkah para penikmat musik sehati itu digiring pada ruang studio di lantai kedua. Ruangan dengan setting alat-alat musik memadati panggung. Stage ditata sedemikian nyaman agar para musisi itu kembali menemukan dunia mudanya saat bermain musik.
Keempat personel SYMPHONY yang telah lama meninggalkan dunia musik yang sempat membesarkan nama-nama : Jimmy Paais,Ekki Soekarno Tony Wenas dan Herman "Gelly" Effendi, karena aktivitas masing-masing, kini disatukan kembali dalam acara Zona'80 itu. Kecuali Fariz RM yang masih eksis dan totalitas berkarya pada jalur musik.
Setting untuk para penonton pun tak kalah rapi dan padat merapat.Barisan kursi itu membentuk huruf 'V'. Dua barisan terdepan sudah dipesan oleh pihak panitia, dan aku mendapat di urutan ketiga dekat dengan drum berwarna keemasan pada stage kanan. Pandangan mata menyapu seluruh penjuru ruangan.
Ida Ari Murti |
Beberapa menit dipergunakan untuk testing & check sound masing-masing alat musik,sedang si mas Pengarah Acara menunggu kedatangan dua presenter acara Zona'80 yaitu Sys NS dan
Ida Arimurti. Dua presenter itu adalah mantan penyiar idola di Radio Pambors, Jakarta - tempat anak muda mangkal saat itu. Ida Arimurti dengan senyum manisnya hadir dengan gerai rambut sebahu dan berponi, mengingatkan gaya rambut pernah trend sekitar '80-an. Gaun putih bermotif sulaman bunga bertebaran menambah keanggunannya.
Sedang Sys NS datang agak tergopoh memasuki studio dan segera mengambil posisi. Bapak satu ini mengenakan t-shirt hijau teduh dan bercelana putih kian terlihat muda. Wajah familiar-nya itu menjadi kelengkapan acara Zona'80 siap beraksi.
Suasana hening, kemudian terdengar aba-aba dari Ekki 1..2..3.. (ya!) satu gebukan dari si tampan suami dari seorang peragawati '80an Soraya Haque itu begitu bersemangat dan energik menarikan dua stick drum. Wajahnya masih tetap cakep dan memikat walau bapak ini sudah memiliki putra-putri beranjak remaja,dan usia telah merambahnya. Ekki mantap dengan intro pembuka ASTORIA.
Kretaaak..kretaak perkusi-Ekki, disusul keyboards-Gelly dan Tony mewakili sound sirine/the source di antara sentuhan synthesizer, lalu masuk petikan lead guitar-Jimmy beriringan dengan besitan bass Fariz. Maka bersorak-sorailah audience namun hanya terwakili dengan sorotan mata gembira, karena proses taping dimulai, tanda "Recording" merah menyala.
ASTORIA
Symphony
foto koleksi arie rachmawati |
Trapesium, 1982
Composer/Arranger/Musician
Fariz Roestam Munaf, Jimmy Paais,
Herman Gelly Effendi, Ekki Soekarno.
Producers
Akurama Records & Symphony
Ku berdiri disana, gemerlap lilin menyapa
Suasananya bagaikan pesta kalangan mewah
Sebuah meja tiada terisi, disitulah ku berharap menyepi
Menikmati lingkungan manusia yang bergaya
Ku langkahkan kaki menuju tempat di sudut itu
Ada sepasang mata yang mengikuti arah pintu
Dia menatap ku dalam gaya anggunnya yang dulu
Ku datangi gadis itu dan duduk di kursi biru
Pelayan menghampiri sisi meja tempat ku
Sehelai daftar menu menunjuk pesanan ku
Niat pinta ku kau pun telah tahu
Segelas anggur murni abad lalu sentuhan sisa tahun 1060
Ku layangkan pandangan mengitari sekelilingku
Berbagai rupa yang datang menguji penampilannya
Bagai semacam kontes busana yang menyolok mata
Betapa tingginya kadar kehidupan yang kujumpa
“Grand Premiere” terlukis untuk malam nanti
Terletak di tiap sudut publikasi
Semarak suasana kehidupan di Astoria
Ole sio nona rasa sayang jangan pulang
Sio nona manise pancuri hati beta
Dengar lagu berdansa orang pung suka suka
Beramai-ramai di Astoria.. Astoria.. Astoria
Teringat waktu yang lalu saat kujumpa dirimu
Masih ada yang tertinggal di sudut yang tak ku tahu
Tiada sengaja ku rapatkan wajah dan berpadu
Hangatnya bagaikan segelas anggur yang telah ku tunggu
Pelayan menghampiri namun (ku) tiada perduli
Pesanan yang ku tunggu mengusik hasrat kalbu
“Les cruisses de grand au illes” ada disitu, sebuah nama yang tiada ku ragu
Persilakan dirimu menikmati pertama
Ceria musik berlagu mengiring santap malam ku
Duduk berdamping keharuman parfum Paris milik mu
Kan ku jelang keindahan dan hangatnya malam nanti
Berlalu membagi impian kehidupan insani
“Rock Wine” pun beraksi hangat dalam diri
Melengkapi syarat untuk malam nanti
Menjalin rahasia peristiwa di Astoria
Ole sio nona rasa sayang jangan pulang
Sio nona manise pancuri hati beta
Dengar lagu berdansa katorang baku rapat
Beramai-ramai di Astoria.. Astoria.. Astoria
Ole sio nona rasa sayang jangan pulang
Sio nona manise pancuri hati beta
Dengar lagu berdansa orang pung suka suka
Beramai-ramai di Astoria.. Astoria.. Astoria
Symphony
Fariz Roestam Munaf (Bass, Vocal) Jimmy Paais (Guitar, Vocoder, Vocal)
Herman Gelly Effendi (Keyboard, Piano, Vocal) Ekki Soekarno (Drum, Percussion, Vocal)
©1982 akurama records-symphony
Semarak suasana dan riuhnya ASTORIA masih menggema di penjuru studio dihujani tepukan tangan bersemangat para audience. Lantai studio pun serasa gemeretak kaki-kaki orang berdansa penuh ceria. Satu lagu pembuka yang menghentak, menghangkatkan suasana studio yang mulai melawan suhu dingin AC. Dalam satu tarikan nafas lega yang hadir memenuhi studio itu.
Jeda memberi kesempatan Sys NS dan Ida Arimurti menyapa SYMPHONY dan audience. dengan sapaan khas : "Zona'80 ...Masih Ada" "Masih Ada," saut audience serempak. Dua presenter beken itu memperkenalkan masing-masing personel.
Jimmy Paais - gitar\vocoder
Ekki Soekarno - drum\b-vox\perkusi
Tony Wenas - piano\keyboard\vocal
Herman'Gelly"Effendi - keyboard\piano\the source\vocal
Malam itu Sys NS menyapa sang vocalis Faiz lebih akrab dipanggil si Bule dikalangan kerabat dekatnya, kembali bercerita proses terbentuknya Reuni Symphony itu. Mencari waktu yang pas untuk kelimanya bisa berkumpul, seperti saat muda dahulu, adalah hal tak mudah. Walau mereka tinggal satu lokasi di Bintaro. Lebih-lebih beberapa hari sebelum jadwal taping itu, Jimmy Paais sempat dalam perawatan rawat inap. Nampak Jimmy Paais memberi senyum ramahnya kepada audience,disusul cerita-cerita kecil yang menyemarakan proses latihan. Si Bule Faiz itu juga menceritakan telah memesan kacamata khusus untuk melihat tulisan jarak jauh. "Maklum bos..umur..umur," ujarnya berkelakar.
Herman Gelly |
Mereka mulai kembali melanjut proses taping untuk lagu kedua adalah SIRKUS OPTIK DAN VIDEO GAME masih dari album perdana Trapesium. Cerita tentang berita-berita di televisi saat itu mirip sebuah permainan/video games dengan pelaku yang tertindas. Intro tak jauh berbeda dengan ASTORIA, seperti lengkingan peluru ke udara kemudian disusul gebrakan drum. Sedang Jimmy masih bergaya tenang dengan sesekali menebar senyum. Sorot matanya berbinar melihat antusias audience.
foto koleksi arie rachmawati |
Symphony
Album
Trapesium, 1982
Composer/Arranger/Musician
Fariz Roestam Munaf, Jimmy Paais,
Herman Gelly Effendi, Ekki Soekarno.
Producers
Akurama Records & Symphony
Korban cemo'oh dan ratap dusta menjadi pokok lembar berita..
Sorak-sorai massa yang mencerminkan tertekan nya jiwa..
Hasrat tak kuasa mendukung pahlawan tiada bernama
yang tak kan selama nya mengerti akan suasana..
Sadarkan dia dari kelaliman yang tiada terpuji
Buat apa kita jadi manusia yang tiada merdeka
Akan tercapai dibalik tirani bukanlah prestasi
Hanya sesumbar akrab membanggakan pinjaman semata..
Biarlah jerit mu menjadi saksi angkuh dan tegar melanda pribadi
Menjadikan darah mu perisai ambisi..
Tingkah-laku bagai mainan video game keluarga
Merebutkan kekuasaan 'tuk ambisi pribadi semata
Dijadikan nya tahta sebagai sirkus optik penuh pesona
Biarkan rakyat jelata menderita karena nya
Kemelut hidup saling mengisi layar tv berwarna
Dimana damai didalam nya tiada dapat kan kau jumpa
Akan tercapai dibalik tirani bukanlah prestasi
Hanya sesumbar akrab membanggakan pinjaman semata
Tuliskanlah ini dalam sejarah agar penerus tak lagi bersalah
Menjadikan ini semua wajar belaka..
Sadarkan dia dari kelaliman yang tiada terpuji
Buat apa kita jadi manusia yang tiada merdeka
Akan tercapai dibalik tirani bukanlah prestasi
Hanya sesumbar akrab membanggakan pinjaman semata..
Kemelut hidup saling mengisi layar tv berwarna,
Dimana damai didalam nya tiada dapat kan kau jumpa
Sadarkan dia dari kelaliman yang tiada terpuji
Hanya sesumbar akrab membanggakan pinjaman semata
Buat apa kita jadi manusia yang tiada merdeka
Dimana damai didalam nya tiada dapat kan kau jumpa
Akan tercapai dibalik tirani bukanlah prestasi
Hanya sesumbar akrab membanggakan pinjaman semata..
Symphony
Fariz Roestam Munaf (Bass, Vocal) Jimmy Paais (Guitar, Vocoder, Vocal)
Herman Gelly Effendi (Keyboard, Piano, Vocal) Ekki Soekarno (Drum, Percussion, Vocal)
©1982 akurama records-symphony
foto koleksi arie rachmawati |
foto koleksi arie rachmawati |
Symphony
Album
Normal, 1986
Composer/Arranger/Musician
Fariz Roestam Munaf, Jimmy Paais, Herman Gelly Effendi.
Producers
Union Artis & Symphony
Angin senja menyibakkan rambut mu
Terurai lembut mengusap airmata mu
Ku melangkah berjajaran dengan mu
Menuju tempat yang kan memisah kita
Temaram datang kini menggores kelabu di wajah mu
Tiada kata, tiada janji, tiada satu yang pasti kini
Hanya berjalan tak sanggup menatap langit
Bergandeng tangan mencoba menunda jalan nya waktu
Hari hari ku janjikan pada mu
Tak sadar lagi tentang tantangan dunia
Dua tahun berlalu dalam perjalanan cinta semu
Usai kini dan kau pergi menurunkan tirai ini
Selamat jalan.. pergilah tinggalkan semua
Terlanjur sudah menggores diangan-angan dan mimpi
Selamat jalan.. pergilah tinggalkan semua
Terlanjur sudah menggores diangan-angan
Mendekap lagi untuk yang terakhir kali
Dalam pelukan diri mu tak mungkin kugapai lagi
Untuk
Dewantarie
Symphony
Fariz Roestam Munaf (Bass, Drum, Vocal) Jimmy Paais (Guitar, Bass, Vocal)
Herman Gelly Effendi (Keyboard, Piano, Vocal)
©1986 union artis -symphony
Format aslinya di album N.O.R.M.A.L, lagu itu hanya dilantunkan oleh vocal Fariz RM. Namun perpaduan vocal Faiz dan Tony telah membuat yang hadir malam itu larut,terhanyut dalam suasana cerita yang tertuang dalam lagu itu. Lyrik lagu itu dahsyat...It's touching lebih indah dari aslinya.Tanpa terasa air mata-ku membuncah dan jatuh. Petikan gitar, keempat gitaris keren itu mengalun bersama dengan berpadunya dentingan harmonis berpadu orkestrasi keyboard dalam rangkaian sesi akustik.
Break...istirahat lagi, Faiz menenggak air mineral yang disediakan kru, nampak sekali rasa hausnya itu. Sambil menunggu taping berikutnya, suasana off-air di studio tetap "hangat", apalagi Tony menawari audience mau nambah lagu lagi? Ya tentu saja dengan serempak kami yang hadir mengiyakan.Beberapa kepalan tangan kosong menunjuk keatas tanda setuju. Tiga lagu spontan mengalir dalam format medley sebagai BONUS "hanya" bagi yang hadir di studio. Audience pun ikut bernyanyi mengikuti penggalan lagu Hotel California by Eagles, And You And I by Yes,dan Love of My Life by Queen, rangkaian akustik itu lebih gempita dari sebelumnya menghantar decak kagum. Hebaaaat....!!!
Usai suasana yang mengharu-biru itu, posisi kembali pada sesi taping berikutnya. Kedua presenter itu Sys NS dan Ida Arimurti bergantian mengajukan pertanyaan kepada SYMPHONY, yang diwakili oleh Faiz untuk menjawab pertanyaan "Siapa penulis lyrik yang menyentuh di lagu MENGGAPAI BINTANG itu?" Kemudian dijelaskan oleh si Bule penciptanya adalah Jimmy Paais.
Jimmy Paais
Lagu itu dibuat khusus untuk seseorang yang tak disebutkan namanya karena istrinya berada di antara audience membaur dengan para istri personel lainnya."Siapakah dia..?" tanya Sys NS. " Ada bini..bos!" canda Faiz diikuti senyum personel lainnya. Jarang sekali orang mengenal sosok Jimmy Paais yang jauh dari sorotan publik atau para pemburu berita, pada masa itu bahkan kini. Dia adalah orang yang banyak bergerak dibalik layar dan terlibat dalam beberapa album Fariz RM atau album musisi lainnya. Saat itu kamera tertuju pada sosok pria bersahaja,berkemeja hitam dan style rapi, hanya menebar senyum disela kata-katanya yang minim. "Saya tersesat di jalan yang benar." katanya kalem. Ia duduk merapat dengan Herman Gelly.
Di antara jeda yel-yel Zona'80 bergema di studio. Selanjutnya cerita diteruskan oleh Faiz bahwa Jimmy lebih detail bertutur lewat lyrik-lyrik lagunya yang ditulis. Lyrik itu seperti sebuah cerita pendek yang bernyanyi. Itulah ciri khas dari lyrik lagu SYMPHONY yang banyak bercerita tentang pengalaman hidup, curahan hati dan topik pemberitaan saat itu melalui media massa/elektronik yang menjadi headlines. Hal itu disatukan dengan keempat sahabatnya dalam kemahiran bermain musik. Lahir grup band beraliran progessive beraliran new wave dengan sentuhan musik digital.
Team crew berbenah lagi, panggung kembali disulap dalam keadaan semula. Sedang 4 kursi bar masih nongkrong di atas panggung. Obrolan berlanjut, Herman Gelly yang low profile nyaris terlupakan, kemudian membaur dengan keempat sohibnya. Sementara Sys NS dan Ida Arimurti bergantian mengajak 5 personal untuk bercerita perjalanan mereka saat meramaikan blantika musik Indonesia. Dari proses terbentuknya SYMPHONY yang diprakasai oleh Jimmy Paais, semula dari obrolan berlanjut setelah masing-masing lepas SMA 3 Jakarta, bersama Herman Gelly dan Ekki Soekarno (bukan alumni SMA 3 Jkt) sedang Fariz RM yang datang belakangan karena waktu itu dalam perawatan (sakit lever).Cerita berakhir saat album pertama,kedua dan ketiga meluncur di pasar musik. Asyik menyimak obrolan itu semakin lama,semakin menggigit.
Dulu mereka adalah pemuda-pemuda single dengan paras rupawan dan beken, kini 28 tahun kemudian mereka adalah seorang bapak dan suami dari keluarga masing-masing. Cerita-cerita sederhana yang terjadi pada masing-masing keluarga yang diwakili anak-anak mereka (Symphony Junior) ternyata seumuran dan kebetulan lagi berada dalam lingkung sekolah yang sama, begitu Herman Gelly bertutur kata.
Herman "Gelly" Effendi
Dari situlah mengalir cerita bahwa ayah-ayah mereka akan bereuni bermain musik mengulang cerita masa mudanya. tentu hal ini adalah langkah baru buat para fans SYMPHONY juga keluarga masing-masing karena para junior belum melihat kehebatan ayah-ayah mereka.
Gideon M |
Di antara perbincangan itu, aku sangat terganggu dengan penonton yang berada di depan samping kiriku. Perempuan itu dari usai lagu Sirkus Optik dan Video Game sudah berulang kali berkata,"Kok nggak ada lagu Sakura ya atau Barcelona. Kok lagunya nggak pernah dengar ya?" Hmm..geram juga suara-suara keluhan itu mengganggu kosentrasiku menyimak obrolan mereka di atas panggung. Kemudian penonton di samping kananku pun mengiyakan. Tanpa perlu disuruh aku pun menjelaskan siapa SYMPHONY itu dengan menunjukkan kaset-kaset mereka yang kubawa dari rumah.
SYMPHONY |
Ternyata penjelasan singkatku yang mungkin belum detail tetapi bermanfaat juga, perempuan itu dan beberapa bapak-bapak mengangguk-angguk. Andai aku dulu tidak dikenalkan oleh kakakku Agus Supriadi, aku pun seperti mereka yang awam tentang SYMPHONY. Untung saja minat musikku memberi nilai lebih dari mereka kaum hawa yang hanya sebatas mengenal Fariz RM saja. Obrolan pun terhenti karena satu lagi tembang dari album M E T A L hadir. Cerita tentang ketergantungan seseorang (perempuan) pada barang haram yang menawarkan ilusi dan mimpi, teramu apik dalam lagu LENSA KAMAR PUTIH.
foto koleksi arie rachmawati |
Symphony
Album
Metal, 1983
Composer/Arranger/Musician
Fariz Roestam Munaf, Jimmy Paais,
Herman Gelly Effendi, Ekki Soekarno, Tony Wenas.
Producers
Akurama Records & Symphony
Tempatkan dirimu dan diriku dalam satu cita
Dialog sederhana dan mudah saja, tegas tapi nyata
Adakah kau ragu selama ini atau tak kuasa
Rangkulan butiran tablet berwarna membuat mu lupa
Kau bawa diri dalam khayal lensa kamar putih
Pengisi sepi akrab selama ini
Berjalan kaku tak sanggup berlagu
Berjuta harta terkubur dibawah sadar mu
Wajahmu tak lagi cerah ayu, berganti sendu
Tubuh yang menuntut tak kompromi tak mau tahu
Kau jual diri sebagai pengganti jenuh dan frustrasi
Membiarkan racun datang mengabdi untuk meronta
Terlentang tak sadar di dalam lensa kamar putih
Mencari mimpi yang tiada berarti
Tenggelam kenyataan hidup ini dalam semu
Mencoba lupakan yang lalu
Kau bawa diri dalam khayal lensa kamar putih
Pengisi sepi akrab selama ini
Berjalan kaku tak sanggup berlagu
Berjuta harta terkubur dibawah sadar mu
Terlentang tak sadar di dalam lensa kamar putih
Mencari mimpi yang tiada berarti
Tenggelam kenyataan hidup ini dalam semu
Mencoba lupakan yang lalu
Symphony
Fariz Roestam Munaf (Bass, Vocal) Jimmy Paais (Guitar, Vocoder, Vocal)
Herman Gelly Effendi (Keyboard, Piano, Vocal) Ekki Soekarno (Drums, Vocal) Tony Wenas (Keyboard, Vocal)
©1983 akurama records-symphony
Waktu berjalan tanpa terasa hampir tiga jam dalam studio. Satu per satu lagu yang hadir menghipnotis. Bahkan mereka para Bintang Panggung dan yang hadir betah duduk menikmati suguhan.Hingga pada ujung acara, satu lagu pamungkas yang pernah merajai anak tangga radio di pelosok Nusantara waktu itu. INTERLOKAL yang bercerita kisah perjalanan percintaan sepasang kekasih yang terhalang jarak dan waktu. Antara helaan nafas panjang,gelisah menunggu jawaban diseberang sana lewat percakapan SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh) atau lebih dikenal dengan istilah INTERLOKAL.
INTERLOKAL
Symphony
Album
Trapesium, 1982
Composer/Arranger/Musician
Fariz Roestam Munaf, Jimmy Paais,
Herman Gelly Effendi, Ekki Soekarno.
Producers
Akurama Records & Symphony
Masih berbunyi nada bicara
Kesekian kali telah ku coba
Gelisah datang tiada terundang
Mengajak prasangka mengusik keadaan
Ku hela nafas panjang menyesali waktu terbuang
Yang ku harapkan dapat bercakap dengan mu
Mengulas rencana kedatangan ku tertunda
Yang ku harapkan kau mengerti kan sebab nya
Namun halangan merintangi harap itu
Ku coba nomor itu masih tak terjawab
Ku hela nafas panjang menyesali waktu terbuang
Bila rencana tiada tertunda
Mungkin kenyataan tak ku jumpa
Gelisah datang tiada terundang
Mengusik prasangka didalam keadaan
Ku hela nafas panjang menyesali waktu terbuang
Namun ku yakin bukanlah itu sebab nya
Hanyalah waktu yang ku pinta belum ada
Yang ku harapkan dan ku rindu dalam kalbu
Bercanda kata mengurangi sikap ragu
Ku coba nomor itu masih tak terjawab
Ku hela nafas panjang menyesali waktu terbuang
Symphony
Fariz Roestam Munaf (Bass, Vocal) Jimmy Paais (Guitar, Vocoder, Vocal)
Herman Gelly Effendi (Keyboard, Piano, Vocal) Ekki Soekarno (Drum, Percussion, Vocal)
©1982 akurama records-symphony
Kekompakan gebukan Ekki dengan dentingan keyboard Herman Gelly diakhir lagu INTERLOKAL mengakhiri satu rangkaian taping Zona'80 dengan audience yang diarahkan oleh pengarah acara untuk berdiri dan bergoyang mengikuti irama yang nge-beat itu. Interlokal lagu yang paling akrab ditelinga para pendengar radio pada tahun 1982-1983 (saat itu aku masih SMP) dan hingga kini masih masuk 150 deretan terlaris dalam sebuah polling majalah musik Rolling Stone Indonesia, urutan ke 94.
Wow..dahsyat ending Reuni SYMPHONY itu. Tapi eeeiiiitzz.. ternyata karena kesalahan teknis maka lagu INTERLOKAL itu di-take ulang. Ah..andai semua lagu di-take ulang pasti bukan aku saja yang setuju. Jaket putih bersulam emas dengan kemeja warna senada ala Sinbad Si Pelaut,kostum Faiz yang selama proses taping setia menemani tiba-tiba dilepasnya berganti bolero hitam polos dan sederhana. Rupanya energi mereka benar-benar terkuras hingga suhu dingin ruangan studio pun tanpa terasa. Proses akhir telah usai, para audience ada yang mulai beranjak meninggalkan tempat duduknya namun tiba-tiba telingaku menangkap intro yang aku kenal akrab. Intro detingan piano Herman Gelly dan disusul bunyi-bunyian alat musik yang lain....itu adalah penggalan SEPERTIGA PULUH-DUA. Gilaaaa bouw ..surprise bangeet 1/32 merinding dibuatnya. Entah apakah mereka pun sempat mendengarkannya?
Pasca taping, seluruh fans berhamburan menyerbu masing-masing idola untuk berfoto-ria.Tak luput para kolega yang kebanyakan orang top dibidangnya menjadi sasaran mengklak-klik kamera saku dan sellulernya masing-masing. Hal yang amat ditunggu untuk mengabadikan moment langka itu.
Foto : Koleksi Arie Rachmawati
Mungkin hanya aku fans SYMPHONY yang masih sempat berpikir untuk membawa kaset-kaset mereka plus kaset-kaset Fariz RM dan satu kaset album solo Herman"Gelly"Effendi yaitu Litograf-01, untuk diminta tanda tangani idolaku yang selama ini hanya bisa dilihat dalam layar kaca televisi beberapa puluh tahun yang lalu.
Minggu,14 Juni 2009 setahun yang lalu, kenangan REUNI SYMPHONY itu masih tergambar jelas dalam ingatanku. Hingga timbul tanya kapankah akan bereuni lagi? Mengingat satu tahun berlalu tanpa gebrakan yang ada. SYMPHONY harus bangkit lagi, cukup sudah 23 tahun kalian tertidur.
Semangatlah bahwa kami para penggemarmu yang tergabung dalam wadah SYMPHONYsentris facebookers atau mereka diluar sana yang tak bergabung di dunia maya, masih merindukan masa kejayaanmu. Satu album terbaru akan mengobati rasa rindu yang terpendam itu.
Diceritakan kembali oleh Arie Rachmawati, sebagai wujud apresiasi kepada salah satu grup band yang lahir di masa emas dunia musik, era '80 yang mempunyai nilai chemistry mendalam.
Terima Kasih untuk semua pembaca, semoga menikmati tulisan hati ini yang ditulis oleh seorang ibu rumah tangga, bukan jurnalis atau pengamat musik, hanya penikmat musik sehati yang Cinta Musik Indonesia. Terima kasih.
SYMPHONY MASIH ADA!! SYMPHONY...BRAVO !!!
foto koleksi SYMPHONY |
Salam,
arie rachmawati