Minggu, 27 September 2009

Opname : Dehidrasi



PINDAH  KAMAR
Oleh : Arie Rachmawati 


Ini cerita sederhana yang mewarnai hari-hariku di suatu tempat berbaur dengan mereka senasib karena kondisi tidak sehat.

Bermula dari suatu pagi usai sholat Subuh. Udara pagi masuk melalui jendela-jendela kamar dan ruang tamu. Semilir menerbangkan kantuk segera kutepiskan dengan membuka jendela dunia lalu berseru '' Selamat Pagi Dunia ''

Canda, tawa dan sapaan mulai berdatangan dari penjuru tempat yang masih semarak merayakan Hari Raya Idul Fitri 1430 H. Rutinitasku masih seperti kemarin, bahkan tak ada perubahaan.Lebaran biasa dirayakan dengan sederhana. Tak ada baju baru, tak ada perabot baru, tetapi ada hati yang baru penuh ceria dan tasyakur meski tidak bermudik-ria. 

Namun riangku berganti rupa. Rasa mual menyeruak kerongkongan, naik turun seperti grafik equalizer dan akhirnya semua isi perut keluar tertumpah. Sekali, dua kali bahkan tak terhitung kalinya. Perut seperti di sedot alat vacum cleaner dan rasa sakit melilit hingga berasa ulu hati tertusuk. Lemes, mual dan pusing hingga gelap pandang mata ini. Brruuuuuk, pingsan.

Hari Pertama.

Tiba di UGD ditambah lagi dengan mengigil yang amat sangat dingin. Lebih-lebih saat pemeriksaan gula darah hingga jantung. Ada apa dengan jantungku? Gula darahku? Asmaku? Lho kok jadi banyak pemeriksaan.

Terlintas beberapa bahan masakan yang terbengkalai di dapur dan file-file di flashdisk-ku. Saat adzan dzuhur berkumandang aku ditetapkan jadi penghuni kamar paviliun Pafio 2 pada sebuah rumah sakit swasta di Bogor.

Diagnosa sementara dehidrasi dan kemungkinan keracunan makanan. Infus segera dipasang bahkan dalam hitungan 2 - 3 jam lebih aku menghabiskan 3 kantong Ringer Lactat itu plus 1 kantong infus kecil. Untuk pemulihan dianjurkan banyak minum air putih sebanyak - banyaknya.

Mataku bernas, mukaku pucat, itu yang aku dengar. Masya Allah..jika Allah berkehendak. Dalam hitungan menit pertama masih tertawa terbahak karena hasil test quiz aplikasi dari facebook sempat membuat sensasi di dinding. Kemudian, dalam hitungan menit berikutnya lunglai, bahkan cairan muntahan terakhir berupa lendir kuning dan pahit.

Dalam ruangan itu aku bersebelahan dengan pasien seorang ibu korban kecelakaan dengan sakit yang amat teramat. Jenis penyakitku sering berurusan dengan kamar kecil, sangat mengganggu kenyamanan pasien sebelah. Kemudian dirujuk pindah kamar ke 
Pafio 1. Saat perpindahan aku sudah berbaur dalam kelelahan terpaksa perjalanan ke dunia mimpi ditunda dulu.

Pindah ke kamar sebelah, " Aah..nyaman.." gumamku dalam hati. Aku lebih suka sendiri daripada berbagi dengan orang lain.Bukan egoistis tetapi untuk urusan istirahat lebih baik dalam kesendirian, tetapi dalam pergaulan aku lebih suka suasana ramai dan menghidupkan suasana adalah 'khas'ku. 

Malam berlalu dalam istirahat panjang. Tetapi bukan terlelap dalam tidur yang nyenyak karena aku selalu mengalami sindrom malam pertama di tempat yang baru.


Hari kedua.
Pagiku semarak.Anak-anak berdatangan dan mulai berceloteh seperti tak merasa sakit dan berharap segera pulang. Namun, pihak rumah sakit masih menahanku karena hasil laboratorium tak sebagus yang diperkirakan. Masih ada tes laboratorium lagi. Berarti ada injeksi dan beberapa butir kaplet, tablet berwarna yang harus antri kutelan.

Keluhan yang masih tertinggal adalah mual, pembuangan tinja belum stabil, dan pusing. Sementara gula darah dan jantung normal. Sekelebat aku membayangkan jari jemariku akan menari lagi di atas keyboards merangkai kata membentuk tulisan bukan untuk publikasi tetapi hanya konsumsi pribadi. Dengan tangan kiri masih di infus dan pada jam tertentu di suntikkan cairan ke dalam infus itu..dalam inbox
" You've Got Mail ", e-mail dari seorang sahabat : '' Awas...jaga kondisi....inget pesanku...mesti pandai-pandai atur waktu...kerja keras boleh tapi jangan sampai diperbudak pekerjaan "

Saat akan menulis balasan, ada pasien baru menempati ruangan Pafio 1 bersebelahan denganku. Dari awal kehadirannya sudah heboooh..seperti para pengungsi penggusuran, para pasukan pengantarnya banyak sekali. 

Mereka baru datang sudah bikin ulah. Remote AC diotak - atik hingga tidak berfungsi dan suhu kamar menjadi 30 derajat.Ruangan tempat kami berbagi berebut oksigen dan bikin geraaaah..!!!!

Heboh dan heboh, ditambah kejadian toilet tak berfungsi dikarenakan salah satu pengunjung pasien sebelah membuang pembalut ke dalam closet. Petugas cleaning servis yang berdinas berusaha memperbaiki tapi tidak berhasil karena terlalu banyak kertas tisyu yang menyumbat lubang closet itu. Mereka baru datang sudah bikin ulah. Pasien baru tersebut menderita DBD tetapi tidak bisa berdiam diri otomatis thrombosit kian menurun. Sering kali lalu lalang menuju kamar kecil dengan alasan tidak nyaman memakai pispot. Akhirnya pasien itu ditegur oleh suster yang berdinas. Tanpa aku pungkiri, aku pun ikut juga mensyukurin... " Hahaha rasain loe "

Karena aku pasien penurut dan tanpa banyak ulah. Pihak rumah sakit menawarkan pindah kamar lagi ke kamar Pafio 3, karena closet tidak berfungsi dan tentu untuk urusan buang hajat akan merepotkan. Selintas bayang tergambar adegan itu dengan menenteng kantong infus, bisa - bisa bila tidak cekatan akan jatuh berantakan di koridor.rumah sakit.

Wah, suatu pemandangan tidak mengasyikan, Dan aku menerima tawaran tersebut. Acara bebenah dimulai. Aku dengan memangku laptop siap diglinding pindah ke suasana baru. Baru menghela nafas panjang dan urusan bebenah belum kelar, eh ternyata pasien itu pun ikutan pindah dengan alasan takut tidur sendirian. Alamaaak, berarti aku berbagi lagi dengan mereka serta aroma 'angin natural' dengan hitungan sering tanpa ada rasa sungkan sedikit pun. Aku merasa seperti berada pada pertempuran peperangan dengan dentuman meriam bertubi-tubi menghujani pihak musuh. Duuum..!!!

(bersambung, karena jadwal dokter visite)

(dilanjutkan hari ini, setelah memakai PC, bukan facebook selluler)

Bukan cuma itu saja, malam pun berbagi dengan paduan suara dengkuran semua yang tertidur di ruangan itu dan aku yang mengalami 'sindrom malam pertama' untuk kedua kalinya. Dengan terpaksa bermain dengan langit-langit kamar dan sesekali menengok dunia luar lewat handphone namun pada jam - jam sepertiga malam mereka sudah pada terlelap dalam tidurnya. Sepiii . . . dan dalam dua malam nerirutan, aku tanpa mimpi. Hmmm . . .

Hari Ketiga.
Alhamdulillah sudah dinyatakan sehat dan boleh pulang. Yang aku ingat kejadian ini, ketika awal masuk ke UGD dalam waktu 3 jam, menghabiskan 4 kantong infus. Situasi yang parah karena dehidrasi karena muntaber tak terhitung jumlahnya.

Nikmat sehat, nikmat sakit tetap dipanjatkan sebagai rasa wasyukurillah bil nikmati.


S a l a m

Tidak ada komentar: