Rabu, 08 April 2009

P u i s i k u :



Gersang yang terhampar dalam pandangan kita adalah suatu tanah (bumi) yang tandus
tanpa pepohonan yang hijau,tanpa nafas - nafas kehidupan disekitarnya. 
Tandus menuju gersang kehidupan.
Bagaimana jika kegersangan itu tergambar pada sebuah hati? 
Hati kita manusia,umat muslim yang mengaku pengikut Rasulullah saw hingga kelak diakhir zaman. 
Tentu tak akan biarkan ketandusan hati yang bersemayam dalam jiwa dan raga kita.
Taburilah hati dengan iman dan taqwa. 
Pupuklah hati dengan akhlaq. 
Cocok tanamlah hati dengan siraman rohani.
Maka hati kita akan dijauhkan oleh Allah SWT dari kegersangan itu.
Akankah kita hanya tinggal diam berpangku tangan melihat kegersangan tanah atau sebagian bumi ini? Dibelahan bumi sana, 
karena kegersangan kepeduliaan alam oleh sebagian manusia maka lahirlah bencana alam.
 Gersang ibadah bisa menjadikan kita hilang satu kesempatan meraih nikmat akhirat,
Gersang hati bisa jadikan kita buta dan kian memupuk keserakahan diri,
Gersang alam membuat bumi semakin terpuruk dalam kehancuran..
Gersang harus terusir dari kita manusia yang mengaku
punya hati,
punya jiwa,
punya bathin,

Jangan biarkan kegersangan itu merajai kita..

NB :
(terinspirasi dari lagu Damai Tapi Gersang dan Musibah Situ Gintung,
dan cermah pengajian Rabu 1 April 2009)

Medio : Bogor,04.04.09
22.31 wib