Minggu, 21 September 2014
Hari yang dinanti tiba, pagi dini hari bakda sholat Subuh, Kak Yo bersiap keluar dari penginapan, menuju lokasi penukaran tiket di tempat yang telah ditentukan panitia sesuai jenis pembelian tiket F1 yang berdasarkan kelasnya. Untuk mengantisipasi kemungkinan, Kak Yo memberi wejangan dengan menunjuk ke peta. Jika sampai jam yang disepakati, ia belum tiba, maka kami berempat harus segera meninggalkan penginapan dan bertemu dititik temu yaitu di stasiun City Hall. Sambil menunggu waktu, saya dan suami sudah siap, tinggal menunggu Ryan dan Edo, ternyata Kak Yo kembali ke penginapan lebih cepat dari prediksi. Ia membawa 5 tiket F1 dan 5 kartu transportasi yang berbeda dari yang sebelumnya. Kartu transportasi ini bisa digunakan untuk pemakaian angkutan umum baik bus maupun MRT dengan jangka waktu 3 hari dari masa pembelian kartu tsb. Terhitung murah karena dengan 26 $S kita bisa naik turun angkutan umum yang tesedia, berapa kali gesekannya, karena yang dihitung adalah hari pemakaian. Jika kartu dikembalikan akan mendapatkan uang ganti sebesar 10 $S.
Setelah menempuh perjalanan dari penginapan Lofi Inn Hamilton masih mampir kesana-kesini, akhirnya tiba di arena sirkuit. Disinilah inti cerita itu bernadi. Bagi pembaca yang ingin membaca cerita sebelum ini silahkan buka : "Menikmati Waktu (1) Backpacker in Mission".
http://rachmarie-riritemaram.blogspot.com/2014/09/menikmati-waktu-1.html
Kata kakak saya (Agus Supriadi Hadhie), penyelengaraan F1 di Singapore ini tergolong mahal, dan dikenal dengan sebutan night circuit atau Night Racing. Selain tujuan utama balap mobil, panitia juga mendatangkan penyanyi kelas dunia. Ada juga bintang tamu lainnya pengisi acara jadi bukan sekedar ajang balapan mobil. Jenis tiketnya pun beragam, untuk kelas ekonomis berwarna merah jambu dengan harga 188 $S lebih banyak peminatnya karena termasuk murah meriah.
Kesempatan untuk melihat penyanyi dunia yang menjadi headliners adalah Mayday, Robbie William, Jennifer Lopez, John Legend dan Ziggy Marley sudah menempati pos panggung masing - masing sesuai zonanya. Sajian berupa workshops, International Musicacts, Roving Artistes, Illusionists, dan Theatrial Performances melengkapi gemerlap tahunan F1 2014 putaran ke 14 di Singapore. Mereka siap menghibur penonton sejak tanggal 19 - 20 - 21 September 2014. Pembagian zona menjadi empat, semuanya info lengkap tertata dikatalog yang berada dalam kantong tiket F1. Keempat zona ditandai dengan warna yang berbeda. Melihat katalognya tempat kami berada di zona 4, sedang start dan finish-nya pertandingan berada di zona 1. Pembagian Gate ada 10 dan kami harus teliti melihat peta sirkuit agar tidak salah jalan. Tertulis di katalog sbb : Zona 4 ; accessible to all ticketholders.
Gate 6 - Gate 3 - Zona 4
Setibanya di tempat tujuan yaitu Gate 6 setelah keluar dari gedung Raffles Place, dengan pemeriksaan sangat ketat dan berlapis - lapis bahkan sampai harus buka ikat pinggang untuk kaum Adam, sedang untuk kaum Hawa isi tas digeledah dengan seksama oleh petugas perempuan.Usai melalui itu kami masih berjalan
dan berjalan lagi, melewati jalan yang dibawahnya nampak patung Merlion terkenal itu. Jalan penghubung ke arah patung tsb sengaja ditutup rapat, jadi bagi pengunjung yang sudah berada dibawah sana pastinya melalui akses lain. Bersamaan itu parade mobil antik melintas di jalan raya, dalam hitungan detik bersamaa para penonton pun merekam. Tujuan kami bukan kesana, melainkan ke The Padang yaitu sebuah padang rumput yang luas dan terdapat ada dua panggung. Panggung utama yaitu Padang Stage dan diujung lainnya Coyote Stage. Panggung utama dengan layar monitor super raksasa akan menyiarkan tayangan untuk penonton yang malas berdiri menyaksikan arena balapan. Selain itu layar tsb nantikan akan menyiarkan aksi panggung penyanyi Jennifer Lopez. Sebenarnya saya ingin sekali melihat perform-nya John Legend yang nge-hit lagu All Of Me, tetapi tempatnya sangat jauh yaitu berada di Zona 1, sementara tenaga sudah kembang-kempis, kaki pun mulai terasa pegal-pegal.
|
The Padang |
|
Fan Zone |
|
Coyote Stage |
Selama perjalanan menuju Padang Stage itu banyak moment yang bisa diabadikan kamera masing - masing dengan bidikan yang berbeda . Di antaranya terlihat parade bendera pendukung Ferrari. Terbentang lapangan nan luas sekali, rumput menghijau, bertabur para penonton menggelar tikar atau alas untuk melepas lelah, namun tiada nampak satu pun sampah tercecer merusak pemandangan. Kedisplinan masyarakat setempat yang sangat patuh pada peraturan layak mendapatkan sepuluh jempol. Hal ini sangat bertolak belakang dengan di Indonesia bila ada keramaian massa selalu meninggalkan sampah dimana - mana. Saya sangat kagum, seluas itu tempatnya, sebanyak itu penontonnya dari manca-negara kenyamanan terjaga. Fan Zone, adalah tempat atau arena yang terbatas pagar dengan penjagaan yang ketat adalah area untuk penonton yang ingin menyaksikan di depan layar raksasa tsb. Untuk mencapai tempat di depan itu bukanlah hal mudah, selain harus sabar menanti, juga harus rela memberi tempatnya bila kita sudah bergeser seperti ingin membuang air kecil dsb. Saya pikir kami akan standby sekitar Padang Stage, namun si guide itu mengajak ke lokasi lain. Sebenarnya saya bisa bertahan disana, namun kendala komunikasi yang menyulitkan berhubungan satu dengan lainnya.
Kami berjalan lagi menuju basement lalu turun lagi ke underground dan memutar sesuai garis - garis petunjuk yang nantinya tiba di sekitar Gate 3. Ya Allah agak memusingkan namun seru seperti menikmati permainan game PS adventure. Setibanya di lokasi lainnya, ternyata si guide menyuruh saya duduk manis di tempat terakhir berpisah, yaitu di dekat booth F1 karena ia akan mencari tempat melihat balap mobil tsb sesuai misinya. Bukan Kak Yo saja, ternyata Ryan, Edo dan MT pun berpencar, otomatis
saya sendiri menikmati suasana dengan menunggu barang bawaan masing -
masing. Lokasi terakhir berpisah itu tertera dalam circuit park map adalah tikungan Nicoll Highway. Di
depan banyak para penonton berjejer rapi saling mengangkat gadget-nya
masing - masing untuk bisa merekam peristiwa itu baik gambar (foto)
maupun video.
Sementara di antara deru bising mobil balap yang mirip
suara jet melintas sesaat, saya melihat bangunan menjulang tinggi dengan
layar monitor besar bukan menampilkan suasana F1 melainkan barisan
iklan. Seberang gedung itu Pan Pasific Singapore. Tak jauh dari lokasi saya duduk, ada information/lost & found, F1 village, merchandise, first aid, food & beverage, restrooms dimana tersedia barisan toilet. Tenda putih yang tempat penjualan makanan dan minuman itu hanya menyediakan beer saja bukan water bottle,
dan sepaket makanan berupa sepotong daging mirip rendang, dua sosis
bakar dan kentang goreng. Saya meragukannya, lebih baik menahan lapar.
Sementara Ryan dan Edo berupaya mendapatkan lima botol air mineral yang ada
di tempat yang berbeda dan itu mengharuskan mereka berdua untuk kembali ke sekitar area The
Padang. Allahu Akbar ....
Sebotol air mineral itu dijual 3$S, saat itu adalah barang termahal selama kami menjadi backpacker. Melelahkan namun berkesan. Ketika semuanya berkumpul, maka giliran saya untuk melihat perlombaan itu, berjubel dengan mereka yang sudah memadati pagar pembatas penonton. Menghindari petugas lapangan yang sering melintas area sekitar itu, dengan curi-curi kesempatan akhirnya saya pun bisa menyaksikan adu kecematan mobil balap itu. Para maniak F1 lebih menggila saat terjadi kecelakaan kecil ditikungan Nicoll Highway itu, mereka berseru serentak. Kekompakan sorak - sorai penonton dan riuhnya tepukan tangan membahana memberi getaran sendiri untuk saya sebagai penonton meleburkan dalam suasana malam itu membawa hanyut euforia F1.
Pertandingan usai dengan kemenangan Lewis Hamilton (Mercedes) disusul Sebastian Vettel dan Daniel Ricciardo. Penonton saling berhamburan menuju ke The Padang tepatnya Padang Stage sambil menantikan tayangan terakhir detik - detik penyematan untuk juara satu, dua dan tiga yang disiarkan melalui layar raksasa itu. Suasana malam itu semakin ramai dan banyak penonton yang mulai kelelahan dan mengantuk. Saya pun ikut menggelar kain tenun Lombok sebagai alas untuk istirahat. Tak lama kemudian layar itu menampakkan kilauan lighting lampu panggung dengan dilengkapi sound system berkelas mengiringi kehadiran penyanyi sexy Jennifer Lopez yang hits-nya "Let's Get Loud". Selama berlangsungnya F1 tsb JLo sebagai daya magnetnya pertunjukan di panggung tsb. Menurut kutipan dari Wikipedia wanita manis keturunan Latin, berkebangsaan Amerika Serikat tsb menghipnotis lautan manusia. Pemilik bokong seksi sebagai acara pamungkas hari terakhir itu. Balutan gaun putih (broke white) dengan sepoian angin (buatan) yang menerbangkan ujung -ujung gaunnya itu mengingatkan kekhasan gaya artis Marilyn Monroe. Tepukan tangan penonton dan mulailah menggoyangkan badan mengikuti irama menghentak kian enerjik membuat malam itu larut dalam kegembiraan. Kami hanya menikmati tiga lagu pembuka, selebihnya saya mengajak pulang karena rasa kantuk dan lelah semakin meninggi. Perlahan meninggalkan padang rumput kembali ke jalanan yang ramai. Sepanjang jalan raya itu masih banyak orang ber-selfie yang kini menjadi trend dunia. Malam itu sebagai malam terakhir, ditempat lain tepatnya di Village Stage menampilkan John Legend tak kalah serunya dengan Padang Stage.
|
selfie di arena balap F1 |
|
Edo & JLo perform |
Bersama penonton lainnya kami tiba dilokasi sirkuit yang masih membekas jejak roda mobil balap itu dijalanan yang tadi dilalui para pembalap kelas dunia. Seru dan bergembira bersama dengan latar belakang bertuliskan Rolex kami selfie berlima. Menyelusuri jalan yang telah ditentukan panitia sebagai jalan keluar arena sirkuit hingga mencapai stasiun MRT terdekat. Bila perjalanan sehari itu bisa diukur meteran mungkin setara dengan jarak tempuh antara Bogor ke Cawang (jalan kaki), begitulah kelakar anak - anak membuat gelak tawa mengusir rasa lelah. Di antara tiga anak, Ryan yang paling bisa menghidupkan suasana dan membuat kita tertawa terbahak - bahak. Seperti biasa saya masih menyempatkan memotret hingga baterai kamera lowbatt benar-benar mati. Mengelap keringat, berbagi air minum lalu berjalan dan berjalan lagi, berganti bus dan MRT, naik turun eskalator stasiun dengan sisa tenaga untuk mencapai titik terdekat lokasi penginapan. Ketika kami sampai di Lofi Inn Hamilton, penginapan itu dalam buaian angin malam dan redupnya sang rembulan. Jalanan lengang dan sunyi sepi. Puji syukur Alhamdulillah selama sehari (full) itu kami dalam lindungan-Nya. Dan esok hari para backpacker akan melanjutkan misi berikutnya.
F1 atau Formula One, bagi saya sangat awam, selintas lalu menonton di televisi tetapi kurang mencermati dengan seksama, siapa-siapa yang beradu kecepatan itu. Untuk menyenangkan hati anak - anak yang suka berdiskusi ajang balap mobil kelas dunia itu, saya harus melebur dengan mereka. Untuk mendapatkan chemistry dalam penulisan ini, saya harus membaca buku panduan F1 Grand Prix 2012, siapa dan apa saja pembahasan dalam buku tsb. Tak luput rajin gugling internet dan bertanya langsung kepada Kak Yo.
|
Lewis Hamilton |
Mengenal Lewis Hamilton melalui buku Guide F1 2012 itu, disana tertulis sbb : Carl Lewis Hamilton kelahiran Tewin - Stevenage Inggris pada tanggal 7 Januari 1985. Pria berwajah manis berkewarganegaraan Inggris itu mempunyai tinggi 175cm dengan berat badan 66kg. Mengikuti GP pertama di Australia 2007 dan sebagai juara dunia pada tahun 2008 lalu.
Kemudian dengan mata kepala saya sendiri dengan keluarga menyaksikannya pada minggu 21 September 2014 itu sejarah mencatat Hamilton (Mercedes) kembali sebagai juara pertama dan mengulang suksesnya pada minggu 5 Oktober 2014 di Jepang Formula 1 Grand Prix Japanese di sirkuit Suzuka 2014, begitulah isi kutipan dari berbagai media cetak/online khususnya dunai sport balap mobil.Masih kutipan dari buku Guide F1 2012 itu, disana dituliskan bahwa ayahnya sendiri pernah sebagai manajer pribadinya.
|
Daniel Ricciardo |
|
Sebastian Vettel |
Sesudah itu giliran membaca sosok Sebastian Vettel yang saat itu menempati urutan kedua setelah Hamilton. Sebastian Vettel pria kelahiran 3 Juli 1987 itu berkewarganegaraan Jerman dari team Red Bull dinobatkan juara dunia serba termuda seperti runner-up 2009 lalu menjadi juara F1 termuda 2010. Sukses berlanjut 2011 dengan memegang rekor 2 juara dunia termuda. Buat Red Bull Racing pembalap Jerman ini aset luar biasa karena sukses tim milik produsen minuman energi terbesar ini bersama Vettel. Lanjut menyimak biodata pembalap Daniel Ricciardo, pria kelahiran Perth Australia 1 Juli 1989 itu, tidak banyak yang diulas dan Daniel sama - sama satu team dengan Sebastian Vettel.
|
Michael Schumacker |
Dari sekian para pembalap di buku Guide F1 2012 tsb yang sangat familiar ditelinga saya yaitu Michael Schumacker pria Jerman yang memiliki hidung unik itu dilahirkan pada 3 Januari 1969. Kini ia sudah absen mengikuti balapan mobil dikarenakan musibah pada 29 Desember 2013 lalu. Schumi nama panggilannya adalah mantan pembalap Ferrari itu dikabarkan menderita cedera kepala serius setelah kepalanya terbentur batu dalam kecelakaan saat bermain ski, ia mengalami koma. Schumi pun sempat dikabarkan telah meninggal dunia, ternyata berita itu segera ditepis pihak rumah sakit Grenoble, Perancis Selatan. (Kutipan berita online Liputan 6 edisi 9 Februari 2014/ 11:15).
Menurut saya pribadi, arena balap mobil F1 baik pelakunya, tempatnya, kekompakan teamwork, pihak penyelenggaraan ini tergolong kelas elite. Penggemarnya mungkin tak sebanyak penggila sepak bola yang lebih mendunia. Para pembalap itu berani mepertaruhkan nyawanya di sirkuit. Laju mobil dengan kecepatan tinggi ratusan kilometer perjam dengan gesit meluncur bak kilatan petir angkasa raya menghipnotis mata dalam hitungan detik. Pembalap - pembalap itu dengan didukung para sponsor berkelas saling berlomba melajukan roda mobilnya untuk mengukir nama dan prestasinya dalam sejarah otomotif yang mengantarkan dalam kemenangan maupun kegagalannya.
|
Circuit Park Map F1 GP S'pore 2012 |
Lega rasanya ketika ketikan ini rampung, meski tidak seakurat jurnalis liputan F1 pada khususnya, setidaknya saya mencoba menggali kembali memori pas bertepatan empat minggu yang lalu berlangsungnya F1 GP Singapore 2014. Inilah persembahan saya untuk keluarga khususnya Aryo Rizky Putra. Catatan ini adalah sebagai dokumentasi keluarga kami untuk berbagi dengan pembaca. Terima kasih kepada Allah SWT yang memberi kesehatan, kelancaran dan perlindungan-Nya selama di negeri tetangga, terima kasih juga untuk waktu yang bersahabat dan untuk kekompakan keluarga backpacker in mission.
Barakallahu ...
Terima kasih buat temans yang sudah meluangkan waktunya, semoga cerita ini menginspirasikan pembaca. Bila ingin melanjutkan membacanya silahkan membuka :
Menikmati Waktu (3) Aku dan Benang Rajut
|
Circuit Park Map |
Salam,
Arie Rachmawati