Kamis, 22 Mei 2014

Opname : Alergi

Nikmat Membawa Sakit


sapo tahu seafood


"Belajarlah dari kesalahan-kesalahan orang lain, anda tidak mungkin mengalami semua sepanjang hidup anda."Kita belajar dari pengalaman orang yang tidak belajar dari pengalaman." (G.B.Shaw)  Pepatah tsb adalah salinan dari buku Primakata Mutiara Cerdik Cendikia oelh Didik Wahadi Yudowidoko. Semoga tulisan ini bisa sebagai pelajaran bagi pembaca yang saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi.

Setiap makanan membawa kenikmatan sendiri. Terlebih seafood yang sangat saya sukai, baik secara pribadi maupun seluruh keluarga saya doyan seafood dan selama ini aman-aman saja setiap mengkonsumsi. Hingga suatu hari, tepatnya
 

Selasa 13 Mei 2014
Saya, anak-anak dan seorang teman dari negeri kincir angin sedang bersantap siang, diantaranya ada menu Sapo Tahu Seafood, yang menurut lidah kami sangat familiar dan tidak pernah mengalami alergi. Entahlah, hari itu kira-kira 2-3 jam dari acara maksi tiba-tiba telapak tangan kanan saya merasa seperti digigit semut merah, gatal sekali. Gigitan berlalu tanpa saya hiraukan karena setelah itu saya menikmati otak-otak khas Palembang. Sore menjelang malam rasa gatal semakin meningkat meski saya sudah menelan obat alergi Citirizien rupanya tidak mempan. 


Rabu 14 Mei 2014 
Pagi, janji sebelumnya dengan tukang urut pada hari itu. Entah karena kelar diurut atau memang pengaruh alergi semakin dahsyat, beberapa bagian tubuh (paha kanan, bawah leher kanan, lengan kanan) yang agak parah muncul bintik-bintik merah gatal mulai panas. Rabu sore ke dokter di klinik perusahaan tempat suami bekerja. Rupanya obat  yang diberi oleh dokter disana berlalu begitu saja, meski ada antibiotika, obat alergi dua macam untuk pagi dan sore dengan nama yang berbeda dan racikan salep namun rasa gatal semakin menggigit. Saat sholat malam tepatnya kamis dini hari sekujur lengan tangan (kanan-kiri) semakin banyak dipenuhi bintik-bintik merah dan paling mengherankan kedua telapak tangan saya membengkak dan serasa melepuh seperti habis memegang bara api, panas sekali.

Kamis, 15 Mei 2014



Karena didorong rasa yang nggak tahan, maka saya memilih lari ke UGD RS Karya Bakti dan keputusan dokter harus opname. Menunggu administrasi dan ruang kamar, membuat saya semakin tak berdaya. Perut lapar karena semalam tidak makan dilanjut tidak sarapan, semakin lama membuat tubuh lemas. Pertolongan insfus pun serasa tak membantu, pokoknya lapar sekali. Setelah mendapatkan ruang inap (Pavio 1), kamar bernuansa biru berbagi dengan pasien lainnya yang kebetulan menderita diabetes hingga mengakibatkan sedikit stroke kecil. Pasien tsb tidak menyukai udara AC yang dingin, otomatis dengan udara gerah membuat rasa gatal semakin berkerumun mengajak untuk siap digaruk sampai lecet. Saya tidak melakukan itu karena yang lebih dominan adalah rasa panas dan nyeri seperti tubuh dicambuk. Astaqfirullah, hingga terpikir panasnya sakit ini seperti ini bagaimana nanti didalam neraka nantinya. Naudzubillahmindhaliq.

Pemberian obat alergi tetap tidak mempan, hanya dzikir kecil yang mampu meredakan airmata hingga kecapaian dan tertidur, tetapi sebentar-bentar bangun karena harus check tekanan darah, suhu dan saluran infus yang suka ngadat. Infus dipunggung tangan kanan dipindah ke kaki kiri, karena tangan saya menjadi gemuk-gemuk membengkak, perih sakit dan panas. Rupanya infus dikaki kiri ngadat lagi maka dipindah ke kaki kanan dan lancar.


Jum'at, 16 Mei 2014 (menjelang magrib ke isya')




Setiap perpindahan jam serasa begitu lamban, aktivitas baru adalah menggaruk sampai lengan terasa pegal. Diantara doa yang terpanjatkan saya ikhlas, semoga sakit ini nantinya bisa melunturkan dosa-dosa yang lalu, kini dan nantinya. 

Dalam penantian menunggu seorang dokter specialis kulit itu waktu semakin mememanjang. Dan ketika dokter cantik berkerudung dan berkacamata itu bernama dr.Rachmah datang hanya hitungan detik ke menit, serasa bertemu sang bidadari. Ya ampun cepat sekali sang dokter visite pasiennya. Belum sempat bercerita, sang dokter berlalu dengan langkah seperti dikejar hantu. Beberapa jam kemudian obat minum,salep dan suntikan injeksi hadir dapat meredakan rasa gatal yang sudah kelas tingkat dewa. 

Alhamdulillah, jum'at malam saya terlelap dan saat terbangun adzan subuh sebagian gatal sudah mereda tanpa rasa panas. Wow ternyata efek dari obat-obat alergi tsb membuat angka gula darahku melambung tinggi. Alamak sampai angkan 435! Padahal selama ini paling tinggi 363 itupun 7 tahun yang lalu. Saya penderita diabetes dengan sejarah ada faktor turunan jadi angka normalnya diatas 150-200. 





Sabtu, 17 Mei 2014



Penjelasan dokter Arief sebagai pengganti dr Agus sebagai specialis penyakit dalam memberi ketenangan bathin. Disambut dengan membaiknya kondisi kulit dibarengi dengan berita bagus saya pindah kamar ke Vanda 8, dimana ruangan sendiri. Ruangan itu memberi keluasaan untuk saya lebih memikirkan penyebab sakit ini, apakah betul dikarenakan alergi seafood, apakah kebanyakan protein yang masuk pada hari itu, atau memang waktunya saya disuruh istirahat. Mungkin saya lebih memilih pilihan ketiga, karena dalam keadaan apapun baik senang dan sedih, sehat dan sakit itulah kita diuji-Nya. Lebih berpikir positif bahwa dibalik sakit pasti ada hikmah.

Mungkin pola makan, gaya hidup yang nggak sehat atau keseimbangan aktivitas yang nggak teratur membuat tubuh yang sepertinya sehat ternyata rapuh juga. Baiklah, mari sepemikiran dengan saya, jangan melyalahkan makanannya. Sudah waktunya saya berubah mengatur pola makan, belajar lagi tetang apa itu alergi dsb. Pengalaman saya ini sangat bermanfaat khususnya buat saya sendiri dan semoga demikian dengan pembaca.


Minggu, 18 Mei 2014

Pagi kondisi semakin membaik, sudah menjalani masa puasa selama 3 hari berturut-turut dan angka untuk gula darah mulai menurun. Namun entahlah mulai siang jelang sore tiba-tiba disela-sela telapak tangan dan bagian dengkul gatal dan seperti timbul bercak-bercak merah namun tipis samar tetapi bila diraba kaku dan kasar. Hal itu sangat mengganggu sekali hingga dini hari menjelang pergantian hari masih belum bisa tidur. Malam itu acara tv sekitar HUT NET.TV yang pertama otomatis menemani saya yang mengantuk namun nggak bisa tidur karena merasakan gatal-gatal kembali.


Senin, 19 Mei 2014 

Usai subuh selang infus dilepas, karena saya sudah dinyatakan sehat. Alhamdulillah bisa kembali beribadah dan aktivitas lainnya tanpa lilitan selang infus. Saya bisa merajut lagi. Ternyata saya belum diperbolehkan pulang, karena masih ada catatan kecil 'alergi' yang timbul lagi. Mungkin itu perjumpaan terakhir dengan ibu dokter yang cantik karena esoknya beliau sudah tidak visite ke kamar ini.


Selasa, 20 Mei 2014






Horeee saya boleh pulang. Jabat tangan pak dokter Agus menandai saya benar-benar sehat dan bisa kembali ke rumah. Selama 6 hari 5 malam menjadi pasien rawat inap RS Karya Bhakti Bogor. "Good bye" untuk menu makan rumah sakit yang lebih terkesan hambar meski dalam sajian yang menarik hati adalah pilihan terbaik untuk bisa lolos menjadi pasien yang baik (selalu ditunggu kehadirannya karena amat lapar). Sekarang mulai saat saya kembali ke rumah, saya melakukan terobosan baru yaitu diet mengikuti takaran makan untuk penderita DM, tetap sehari 3 x makan namun jumlah porsi dan konsumsinya dibatasi juga diimbangi dengan rajin minum obat. Insya Allah. Untuk urusan seafood meski kata ibu dokter cantik itu tidak ada pantangan dan boleh mencoba kembali namun bagi saya sudah cukup bila mengingat sakitnya lebih baik menolak nikmat yang ditawarkan macam-macam seafood tsb. Dibawah ini adalah kutipan dari link yang menjelaskan tentang penyebab alergi.


PENYEBAB ALERGI
Alergi seafood dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :
  • Kandungan protein yang tinggi pada seafood.
  • Faktor keturunan.
  • Tubuh yang intolerant terhadap protein dari hewan/tumbuhan laut. Namun yang paling sering mengalami adalah anak-anak sebab mereka mengikat protein lebih banyak dibandingkan orang dewasa. Biasanya lambat laut alergi akan menghilang seiring bertambahnya usia.






Sebenarnya seafood selain kaya akan protein juga kaya akan Omega 3 yang dibutuhkan oleh kesehatan jantung, baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Biarpun begitu, makanan laut penyebab alergi makanan terbesar di dunia. Meningkatnya minat konsumsi udang dan makanan laut lain juga meningkatkan prevalensi alergi. Makanan seafood yang paling banyak dikonsumsi masyarakat adalah udang. Selain pasokannya banyak dan mudah didapat harganya pun masih terjangkau untuk orang banyak. Berbeda dengan kepiting atau lobster. Salah satu gejala alergi udang dan makanan laut lainnya adalah bercak-bercak kemerahan di kulit yang disertai gatal, yang bila dibiarkan maka akan menjadi eksim. Gejala lainnya adalah sesak nafas dan batuk.


Gejala alergi bisa diringankan dengan pengobatan, tetapi sebenarnya ada juga makanan yang mampu meringankannya sebagai berikut :
  • Lemon
  • Madu
  • Makanan mengandung Vitamin E
  • Minyak biji jarak
  • Jahe
  • Minum air kelapa hijau

Untuk lebih jelasnya monggo klik link berikut ini : http://www.dietrendahkalori.com/artikel-tentang-kesehatan/alergi-seafood-udang-kerang-kepiting-dan-cara-menanggulangi/





Dari hasil googling gambar-gambar akibat alergi di kulit, memang kondisi saya yang terbaik diantara mereka. Kembali ke pengalaman diatas, dibalik 'nikmat membawa sakit', kini saya mengenali tentang alergi. Dalam keadaan sakit tsb tetap bersyukur karena asma saya tidak kumat. Allah SWT tak akan menguji hambaNya melebih batas kemampuan maka benarlah sharing agama dan kesehatan kini bahwa sehat adalah harta yang berharga terutama pengalaman ini menjadi contoh bahwa faktor usia itu harus diperhatikan, harus lebih hati-hati dan lebih paham mengenali kondisi diri sendiri. 

Terima kasih Yaa Allah yang telah menegur lewat 'alergi' dan membuat lebih mensyukuri nikmat-Nya dalam keadaan lapang dan sempit, dalam keadaan senang dan sedih dan dalam keadaan sehat dan sakit. Dan semoga pembaca bisa belajar dari pengalaman orang lain termasuk saya. 


Terima kasih kepada :
  • MT, Ryan, Hera Dinov, Ori, Bibi (bagian menggaruk & mengolesi salep)
  • para dokter dan suster-suster di Pavio 1 & Vanda 8
  • Ari Purwandari & keluarga
  • Ibu-ibu Arisan Amarilis 4
  • Ibu-ibu RT 006 / RW 009 Taman Cimanggu


Salam