Aku & Empat Lima
(45 Usiaku, 45 Semangatku)
Empat puluh lima tahun yang lalu, aku dilahirkan di dunia ini. Menurut cerita Mama, menjelang lahir Sabtu 27 April 1968, bebarengan dengan sebuah konser musik Dara Puspita di Lapangan Telangsari, Jember Jawa Timur. Kebetulan kedua orang tuaku sama-sma penyuka musik dan kesenian lainnya. Konser musik yang menampilkan para wanita kelas dewa pada jamannya jelas membuat decak kagum para muda-mudi saat itu. Kekaguman tiada tergantikan hingga masa kini. Konser baru dimulai, perut Mama sudah mules nggak karuan, kemudian dengan naik becak menuju Rumah Sakit Bersalin Margirahayu di daerah Pagah. Jarak tempuh termasuk lumayan, merasakan rasa sakit (pembukaan) diatas sebuah becak yang dikayuh oleh seseorang yang agak tua, membuat proses kelahiran saya kedunia semakin lancar, karena setibanya di rumah sakit tsb, kepalaku sudah mau menongol. Alhamdulillah lahirlah aku dengan proses normal, lahir sehat, normal dan lengkap melengkapi perananku sebagai anak perempuan pertama pasangan Mama Hj Ida Fatimah dengan Bapak Soetjipto dan sebagai adiknya mas Agus Supriadi (Hadhie) juga sebagai cucu perempuan pertama di keluarga besar H.Moh.Nawawi. Oewek...oewek tangis bayi memecah keheningan malam, menjelang pergantian waktu ke tanggal 28 April.
Itu cerita 45 tahun yang lalu, saat melengkapi jutaan manusia lainnya yang tersebar di bumi ini. Selanjutnya dalam memperingati hari ulang tahun, seingatku baru dirayain dengan mengundang teman/sahabat dan tetangga terdekat sebanyak dua kali yaitu saat ultah ke 10 tahun dan ke 15 tahun. Keluargaku bukan orang kaya raya, bukan juga miskin papah, jadi merayakan hari ulang tahun adalah peristiwa hebat dalam catatan hidupku. Iringan cerita menjelang ulang tahun selalu diawali dengan kondisi badan yang kurang sehat, biasanya kalau nggak sakit asma yang kumat, ya sering diserang malaria. Proses kelahiran waktu itu menurut cerita Bapak, untuk urusan ekonomi sangat memprihatinkan, walau kemudian setelah kesulitan itu ortu mendapat rejeki yang tak terduga hal tsb dianggap sebagai rahmat dari Allah SWT. Oleh sebab itu maka beliau menamaiku Arie Prihatini Rachmawati.
2013 |
Arti sebuah nama, mungkin karena nama tengah itu 'Prihatini' membawa pengaruh kekesehatan diri. Hingga akhirnya nama tengah itu dihapus, tinggallah nama Arie Rachmawati saja. Toh tetap saja penyakit asma itu senantiasa menyapa diri. Mungkin selain faktor keturunan keluarga besar mbah H. Moh Nawawi, atau memang pengaruh pikiran, alergi atau sikon cuaca. Yang jelas 'asmuni' (*asmaku muni/bunyi) nantinya akan hilang dengan sendirinya saat waktu perjalanan hidupku berakhir, karena itu salah satu pemberian dariNya sebagai ujian sakit, bukan beban.
Kembali ke soal perayaan ulang tahun. Setelah dua kali perayaan ultah itu berlalu tanpa harus ada perayaan lagi, biasanya hanya sekedar ngumpul bareng beberapa teman/sahabat. Dan setelah menikah malah nggak sama sekali ada waktu merayakan ultah, karena suamiku kebetulan bukan dididik yang selalu ingat ulang tahunnya. Keluarga mertua cuek bebek sangat berbeda dengan keluargaku, yang senantiasa memberi ucapan 's e l a m a t' bagi yang berulangtahun siapa pun dia, akhirnya menurun kepadaku dan anak-anak hingga kini. Bentuk ucapan adalah sebagian dari perhatian dan kasih sayang kepada ybs, menurutku juga adalah kepedulian sesama walau sekedar mengucapkan tanpa harus memberi kado. Terlebih empat tahun terakhir ini era facebook, ucapan H a p p y B i r t h d a y mengalir bak air pancuran, fenomena dumay lebih bombastis daripada dunia nyata. Ucapan itu bagiku itu hadiah, karena setiap ucapan baik adalah doa, dan setiap doa semoga Allah SWT mengabulkannya, Amin YRA. Semakin banyak yang berdoa, semakin baik.
Dua kali dalam dua tahun terakhir ini adalah moment bahagia bersama keluarga. Sebelum tepat usia 44 tahun, tahun kemarin, Aryo Rizky Putra (Ryo) anak mbarep dan Aryanto Rachmadi Putra (Ryan) anak tengah datang dari Yogyakarta dadakan disusul dengan Ardianto Ridho Putra (Edo) anak ragil dari Bandung, kebetulan memang jatah bapaknya anak-anak pulang ke Bogor. Tanpa diduga sore hari setelah magrib, ujuq-ujuq anak-anak masuk kamar, di saat aku lagi 'dung tedungan' alias tidur-tiduran menantikan adzan Isya'. Surprise tenan, mereka menggiringku ke ruang tengah dan ada sekotak kecil kue tart bertuliskan 'Happy Birthday Mamake' ha ha ha sebutan 'Mamake' biasanya Ryan yang suka memanggilku begitu. Senang dan nggak ngira mau dapat kue tart dari patungan uang jajan mereka. Pantesan dari tadi terdengar semacam obrolan seru mereka dan salah satu sahabatnya bernama Beno, kebetulan tanggal lahirnya sama denganku, dia turut meramaikan suasana yang berlaku saat itu.
Lalu, keesokan hari kami berlima, sekalian nge-lunch merayakan dengan makan-makan ke Botani Square. Tempat yang kami tuju adalah , menu yang tersedia sengaja dilipih yang bisa mewakili lima mulut, lima selera tentunya dalam satu sajian yang enak. Terpilihlah Dim Sum, Sapo Tahu Seafood, Gurame Asam Manis, nasi dan minuma sebagai pelengkap isi perut yang mulai keroncongan. Oya ada satu menu yang lupa disebut dan kebetulan lupa, seingatku cumi goreng crispy, pokoknya enak deh kriuk...kriuk rasanya. Wong sampai pesan seporsi lagi buat dibawa pulang. seusai acara makan siang itu, Edo si ragil pamit pulang ke bandung dengan bus umum MGI yang letak terminalnya nggak jauh dari Botani Square. Kemudian, malamnya suamiku kembali ke tempat bertugas dan kedua anakku kembali ke Yogyakarta, Sendiri lagi.
Kami memang banyak tidak satu atap, namun bukan alasan kami tidak berkomunikasi. Long Distance itulah pilihan hidup fase kini yang harus dijalani. Hal serupa terjadi lagi saat kemarin ulang tahun ke 45. Jauh hari aku membayangkan sulitnya berkumpul yang kebetulan saat ini anak mbarep Kak Yo sudah bekerja dan tinggal di Cilacap, adalah waktu yang sulit untuk pulang karena belum mendapatkan cuti. Jauh hari pun aku berdoa kepada-Nya mohon diberi waktu bersama lagi dengan mereka, ternyata doaku terjawab. Subhanallahu mereka ngumpul lagi seperti tahun kemarin, namun kini bersama jalan-jalan ke Jakarta. Tempat makan nggak harus di suatu tempat istimewa, mengingat ke Jakarta ada urusan penting jadi acara makan hanya mengikuti waktu yang berlangsung. Senangnya di mobil membawa bekal sarapan dan seperti piknik saja. Lengkap magicjar, piring, sendok, garpu dan lauk. seperti biasanya Mamake bertindak sebagai seksi konsumsi. Kali ini Ryan dan Edo bergantian dengan papanya, tahun ini anak-anak baru punya SIM A jadi sekarang papanya agak nyantai nyopirnya. Biarpun mereka telat, tetapi setidaknya kini papanya sudah memberi kepercayaan kepada mereka dan tak lagi dianggap anak kecil. Perjalanan berakhir di Bakmi GM jalan Sunda, belakang pertokoan Sarinah jalan MH.Thamrin. Ini salah satu doaku yang lampau ingin membawa anak-anak kesini Bakmi GM, lengkap personel dan Alhamdulillah terwujud.
Kenapa harus ke Bakmi GM? Cerita punya cerita, waktu itu Sabtu 9 Januari 2010 baru terbentuknya wadah kecil untuk fans Fariz RM yang pertama kalinya kami kopi darat dengan fans FRM disini saat merayakan ulang tahunnya sederhana hanya beberapa gelintir penggemarnya, namun dari situlah terbentuk cikal bakal Komunitas Fanstastic Fariz RM yang kini berperan sebagai wadah komunikasi antara fans dan idolanya. Menu dan harga disini terjangkau selain tuntutan perut yang mulai bernyanyi di dalam perut masing-masing.
QS Al Mulk |
Intinya setiap usia yang bertambah sebenarnya adalah waktu yang berkurang. Mau nggak mau nantinya akan berpulang, sebelum berpulang marilah kita berintropeksi diri. Salah satu yang membuatku senang di ulang tahun 45 tahun ini, selain waktu bersama mereka adalah aku nggak punya hutang puasa jauh sebelum tiba pada tanggal kelahiranku, tepatnya bulan Maret kemarin semua terselesaikan. Biasanya jelang puasa Ramadhan aku masih disibukkan dengan membayar hutang puasa. Apa yang menjadi niat dan keinginanku untuk beribadah sebagian terwujud dengan mudahnya, antara lain kembali menekuni belajar membaca Al-Qur'an khususnya (sebagai hapalan surah). Keinginan menengok kedua ortu di Jember dalam tempo (7-8 bulan) bisa tiga kali, Subhanallahu tenan padahal dulu izin mudik sangatlah susah dan sikon waktu itu memang tidak memungkinkan. Sekarang Allah SWT telah banyak memudahkan keinginanku, semoga ini wujud dari doa temans. sahabat, ortu, keluarga (anak-anak dan suami) sebagai tanda keberkahan usia.
Inilah cerita ulang tahunku ke 45 tahun, serasa seusia 25 tahun saja. Usiaku empat lima, semangatku juga empat lima sepatriot pahlawan bangsa yang mengusir penjajahan jaman dulu. Tentu perananku berbeda, aku masih ingin cita-citaku yang lain terwujud antara lain menjadi penulis yang mempunyai buku sendiri, senantiasa menjadi manusia yang bermanfaat untuk sekitarnya. Kini doaku pun bertambah sesuai waktu bergulir, yaitu mendoakan anak-anak agar nantinya mendapat jodoh seorang muslimah yang sholeh yang kelak melahirkan anak-anak yang sholeh & sholeh. Yang penting senantiasa bersyukur dalam keadaan lapang dan sempit, dalam keadaan suka dan duka. jangan suka mengeluh, tapi perbanyaklah besyukur karena Allah SWT akan menambah nikmat itu, dan janganlah kau dustakan nikmat-Nya. Sekali lagi terima kasih buat yang sudah membaca tulisan ini, semoga tahun depan dan tahun berikutnya masih diberi usia yang panjang dan bermanfaat. Jumpa lagi dicerita berikutnya . . .
Salam
Arie Rachmawati