Empat Hari di Cilacap
Oleh Arie Rachmawati
Hari Pertama, 3 Januari 2015 Perjalanan ini sebagai pengisi liburan semesteran, penghilang kepenatan belajar sekaligus melepas rindu kepada anak mbarep, Kak Yo. Malam menjelang subuh baru tiba di Cilacap. Melelahkan namun segera ingin memulai edisi petualangan kali ini pengawal tahun. Hari pertama tiba di Cilacap hanya seputaran Benteng Pendem dan menikmati asiknya minum kelapa muda. Menyaksikan suasana keramaian Pantai Teluk Penyu yang lokasinya diseberang Benteng Pendem. Tentang Benteng Pendem, kunjungan saat itu adalah yang kedua kalinya, walau masih menikmati suasana depan benteng saja. Bukan karena ketebatasan waktu saja namun kendala suasana hari itu sangat tak mendukung yaitu sepi pengunjung, maklumlah pengunjung baru meramaikan awal pergantian tahun Masehi, sehingga hari sabtu weekend pun sepi. Usai menikmati suasana pantai yang berlaku, segeralah kami bertiga melaju seputaran pusat kota. Walau namanya pusat kota tapi nampak lenggang, jauh dari hiruk pikuk kendaraan melaju atau pun lalu lalang orang. Kembali ke komplek perumahan dan istirahat siang. Jelajahi kota Cilacap di waktu malam hari, masih sepi meski pun dipusat kota tepatnya berada di alun - alun sudah berhiasan gemerlap lampu - lampu hias dan becak hias. Keramaian hanya terdiri dari bebebrapa sekelompok orang dengan keluarga atau komunitasnya. Mencoba menikmati jagung bakar dan segera kembali ke rumah.
Ningrum & Saya |
Hari kedua, 4 Januari 2015
Di Cilacap, pagi bakda subuh, iseng - iseng saya berkirim SMS ke nomor Siti Syamsiati Ningrum yang ternyata tersambung. Alhamdulillah dari obrolan singkat akhirnya kami berjanji untuk bertemu. Ia menuju Cilacap dari kota Kebumen. Menurut cerita lewat telepon, saat membaca SMS, ia sedang belanja di pasar, kemudian dengan sedikit memaksa ia meminta suaminya untuk bertemu saya, karena keberadaan saya hanya empat hari di Cilacap. Menunggu kedatangan Ningrum, seperti biasa saya merajut. Tak lama kemudian Ningrum datang dengan suaminya, meleburlah rindu kami berdua. Berfoto berdua dengan segala model gaya untuk melepaskan kangen yang lebih dua puluh lima tahun. Selepas SMF kami tak pernah bertemu lagi, masing - masing menjalani hidup hingga terputus kontak karena jarak dan waktu. Sampai terdengar kabar keberadaannya dari info teman dan akhirnya Allah SWT mempertemukan kami. Walau pun sesaat tak apalah, Insha Allah bila ada waktu kami pasti bertemu kembali. Barakah Allahu ...
Ia harus menuruni tangga ke bawah lalu menghilang, sementara saya segera mencari tempat untuk istirahat sejenak, duduk diatas bebatuan. Masih berjalan lagi hingga bertemu ujung pantai sisi lainnya. Benar, nampak penjual minuman dan kelapa muda lumayan mengusir rasa haus. Beberapa perahu sejenis yang seperti perahu telah tertambat di pantai. Di sana banyak pengunjung obyek wisata itu pada berenang, memang pasir disian lebih bersih dan putih. Kembali ke jalan utama karena berjanji dengan bapak nahkoda perahu akan dijemput satu setengah jam setelah kami diturunkan tadi.
Hari ketiga, 5 Januari 2015
Di Cilacap, hanya jalan - jalan seputar kota dan pertokoan, seputaran komplek perumahan hingga menikmati suasana sunset di pantai belakang perumahan. Nama pantai itu Nusa Tembini, menurut saya lebih bagus dan asri daripada suasana pantai Teluk Penyu kurang kedisplinan dan banyak terlihat sampah - sampah berserakanan. Keberadaan peran tata kota dan dinas pariwisata setempat harus segera berupaya mempercantik pantai Teluk Penyu untuk kedepannya. Bagus dan punya tempat dengan peninggalan sejarah sangat perlu dikembangkan, selain untuk penambahan obyek wisata juga potensi mendatangkan wisata domestik maupun luar (manca negara). Bisa jadi sengaja dijauhkan dari publikasi mengingat di Cilacap terdapat satu pulau yang dihuni oleh para narapidana kelas kakap, para penghuni lapas dengan masalah yang berat, hingga pulau Nusa Kambangan seperti pulau Alcatras yang lebih populer dulu. Setelah bakda magrib kami bermain keluarga Bapak H Sudayat yang tinggal di Perumahan Gunung Simping, tujuannya hanya silaturahmi dan berkenalan. Beliau orang tua mbak Ditha, sosok ini yang sering diceritakan Kak Yo, bahkan feeling saya mungkin itu calon pendampingnya di masa depan. Insha Allah.Tujuan lain selain bertamu adalah meminta ijin kepada beliau karena mbak Ditha akan diajak makan malam di Purwokerto. Maka berempatlah kami meluncur ke Purwokerto, perjalanan hanay memakan waktu kurang lebih satu jam. Lama perjalanan seperti jarak tempuh antara Bogor ke Jakarta tanpa kemacetan, namu perbedaannya adalah sepinya sepanjang ruas jalan sehingga perjalanan seperti memasuki kawasan padat hutan, alias sepi.
Hari keempat, 6 Januari 2015
Selama di Cilacap memang tidak terprogram seperti perjalanan sebelumnya, tetapi cukup menikmati suasana. Jadwal kereta api kali ini berangkat dari stasiun Kroya, otomatis Kak Yo meminta ijin kepada atasan di kantornya untuk mengantar saya dan adiknya. Selama perjalanan dari Cilacap ke Kroya saya pun berpikir tentang sosok perempuan yang mulai mengakrabkan dirinya dengan kami itu. Saya sebagai ibu hanya berharap yang terbaik untuk kedepannya tentang jodoh, utamakan yang seiman, syukur - syukur lebih bagus perangainya, akhlak ibadahnya. Aamin Yaa Rabbal Aalamin. Terima kasih pembaca dan Selamat Tahun Baru 2015.
Sunset di Pantai Nusa Tembini 2015 |
Salam
Arie Rachmawati