Senin, 25 Oktober 2010

Ulang Tahun Ryan


Aryanto Rachmadi Putra
DOAKU SEPERTI KEMARIN
by Arie Rachmawati on Monday,
October 25, 2010 at 4:25pm



" Yaa Allah, doaku seperti kemarin, yaa, amin." ucapnya mengakhiri doa setelah menunaikan ibadah sholat Ashar. Tentu saja saya yang berada di belakang tak jauh darinya, sangat mendengar sebaris doa itu walau suaranya setengah berbisik. Tak pelak lagi saya menahan tawa. Kemudian saya bertanya, seraya ia melipat sajadahnya. "Tadi Ryan berdoa apa? Kok cepet banget?" tanya saya. "Oh Ryan berdoa, Ya Allah doaku seperti kemarin," jawabnya singkat dan tergesa-gesa meninggalkan rumah karena mendengar suara teman sebayanya memanggil namanya. "Tunggu, doa seperti kemarin itu seperti apa Yan?" tanya saya lebih lanjut. "Banyaaak Ma, pokoknya banyak. Kata Bu Guru, Allah itu Maha Mendengar dan Allah tidak pernah lupa. Jadi ya pasti ingatlah doa Ryan yang kemarin." Lalu anak itu sudah menghilang dari pandangan saya, membaur dengan suara budak-budak kecik seusia meneruskan permainannya.

Beberapa hari sebelumnya saya melihat Ryan, adiknya Ryo dan kakaknya Edo itu begitu lama sekali berdoa hingga saya berpikir, anak itu sedang berdoa atau tertidur?. Rupanya ia merangkum semua permintaannya dengan khusuk dan untuk hari-hari berikutnya, ia hanya cukup mengulang doanya dengan singkat dan praktis. Dan ia yakin bahwa Allah masih ingat doanya yang kemarin. Hmmmm....Ryan! 

Itulah sepenggal kenangan semasa sekolah dasar, kejadian tersebut saat ia masih duduk di SDN no 42 Jambi, dan meski sudah dikhitan usia 10 tahun tapi ia seperti anak taman kanak-kanak. Ada saja ulahnya dan tidak pernah bisa diam di rumah seperti kedua saudaranya si sulung Ryo dan si bungsu Edo Keduanya mungkin banyak memiliki persamaan yaitu gemar membaca dan main games, segala sesuatu dilakukan di dalam rumah. Sedang Ryan senang melakukan aktivitas di luar rumah. Anaknya periang, humoris, rada usil dan saya seringkali dipanggil ke sekolah karena keusilannya, namun dibalik itu terpancar jelas rasa sayang kepada keluarganya.

Kilas balik, Aryanto Rachmadi Putra, lahir di Jambi, Minggu 25 Oktober 1992 jam 12:35 wib. Ia lahir di RSB St.Theresia Jambi, rumah sakit khusus orang bersalin. Waktu itu saya dengan keluarga masih memliki satu putra, baru menetap tinggal di kota Jambi.
Dua bulan kemudian melahirkan anak kedua, sebelum melahirkan saya dan Ryo masih sempat jalan-jalan ke pasar dekat rumah sakit tsb, hingga perawatnya kebingungan kemana pasien kamar 03. Mungkin bawaan jabang bayi yang tidak pernah bisa diam, hingga besar anak itu suka sekali mengukur ruang jalan raya beraspal.

Ryan, memiliki sepasang mata yang indah dengan bola matanya yang bulat, bulu mata yang lentik, kelopak matanya yang kedalam, dagu bak lebah menggantung dan kulit yang putih, serta rambut yang kriwil-kriwil mirip sekali dengan bayi India.
Mungkin kebetulan saja selama proses mengandung saya yang anti film Bombay malah jadi maniak, mungkin itu yang dinamakan mengidam. Ryan satu-satunya anak saya yang anti minum susu kaleng, ia anak ASI. Hingga mendapat juara ke empat lomba balita sehat yang diadakan oleh PT.Telkom di Jambi, berhadiah boneka kelinci.

Ryan balita cenderung pendiam, ia asyik dengan kebiasaan ngempeng kedua jari telunjuk dan jari tengahnya. Rasa nikmat yang ditimbulkan kedua jemari tangan kirinya itu akhirnya bisa teratasi dengan sebuah lagu anak-anak waktu itu berjudul, "Bertelur Lagi Burungku."
Sejak menginjak taman kanak-kanak, saya melihat banyak perubahan pada dirinya. Anak pendiam itu ternyata memiliki otak yang cerdas dan rada usil. Yang saya ingat waktu itu ia sekolah di TK Adhyaksa Jambi kelas TK-B, saya daftarkan ikut mobil antar jemput. Beberapa kali saya dibuatnya cemas, lantaran ibu Ida si Driver antar jemput, kehilangan jejak Ryan, setiap beliau telat menjemput.
tomatis saya dengan menggendong si kecil Edo, mencari ke sana-sini. waktu itu belum jamannya handphone.
Di tengah kecemasan ia datang dengan senyum-senyum membawa layangan. Dengan entengnya menjawab pertanyaan saya tanpa pandangan mata bersalah. Bola matanya yang bulat berpijar, dan senyumnya melunturkan amarah saya. Akhirnya saya putuskan berhenti langganan antar jemput. Dan sejak itu saya dengan adiknya setiap hari ikutan sekolah.
Setiap ada perayan ulang tahun temannya, ia bertanya, "Kenapa selalu ada kue tartnya,Ma?" Saya menjelaskan dengan singkat.

Ia ingin bila berulang tahun nanti, tidak usah ada kue tart tetapi ingin memiliki ayam yang banyak, kelinci dan burung dara. Setiap hari yang dibicarakan adalah hewan ternak. Rupanya dongeng sebelum tidur siang dan tidur malam tentang dunia peternakan itu telah terekam dalam otaknya. Hingga ia bercita-cita ingin memiliki peternakan yang ada sapi, kambing,ayam hingga jerapa. Jerapa? Ya seekor Jerapa, karena di halaman belakang rumah banyak rumput. Ia mulai berimajinasi, memindahkan dongeng itu ke dalam otaknya.

Suatu hari dalam angkot L-3oo jurusan Sipin, Ryan kecil bertanya, "Kapan Ryan ulang tahun, Ma?" Saya paham benar sebentar lagi pertanyaan itu akan keluar dari bibirnya yang mungil. Hingga jawaban saya sempat membuat orang-orang yang mendengar obrolan kami pada tertawa. "Ryan nggak jadi beli jerapa. Jerapanya ganti sama kuda zebra boleh, Ma? Oh, ganti lagi sama King Kong, boleh Ma?" "Hmmm...gimana kalau Ryan ulang tahun pindah aja di kebun binatang,mau?" jawab saya sekenanya. Di luar dugaan ternyata anak ini mau sekali dan sejak itu ingin ke kebun binatang yang ada King - King-nya. Namanya juga anak-anak susah dibujuk. Kebun binatang di Jambi, tak bisa menghiburnya. Akhirnya saya belikan mainan King-Kong menemani mainan yang menjadi favoritnya yaitu mobil truk.


Ryan hadir dengan segala keunikannya, dimulai dari bidang dadanya yang seperti paruh burung sempat mendapat perawatan dokter specialis anak-anak namun dinyatakan normal, amin. Setelah duduk di kelas lima keusilan tangannya pun beralih hingga papan sekat pembatas kelas pun roboh akibat ulahnya. Saya melihat anak itu cenderung memainkan kedua tangannya pada galon aqua yang kosong dengan bernyanyi-nyanyi, akhirnya saya memasukkannya pada les drumer di Yamaha Jambi. Dan sempat mengikuti konser musik yang diadakan tempat berlatihnya itu setiap tahunnya. Setelah tiga tahun, akhirnya mereka jalan sendiri-sendiri dengan beberapa teman sekolahnya membentuk band kecil-lecilan. Sayang hobby musiknya beralih perhatiannya ke burung merpati balap. Beberapa buku tentang merpati balap mulai ditekuni. Memilki piarahan burung merpati sempat membuat para tetangga agak mengeluh, hingga akhirnya kami memutuskan tidak memelihara lagi bersamaan merebaknya kasus flu burung. Seraut wajah sedih menghias mimiknya. Kejadian itu adalah proses adaptasi tinggal.

Perpindahan tempat antar provinsi dari Jambi ke Jakarta, dikarenakan mutasi kerja suami. Hingga kami memutuskan tinggal dan menetap di kota hujan yang kini menjadi kota sejuta angkot Bogor. Telah membawa banyak perubahan gaya hidup anak saya itu. Di sinilah pertualangan sebenarnya telah dimulai. Adaptasi sebagai anak daerah menjadi anak kota besar, hampir saja membuat anak-anak saya tidak percaya diri. Alhamdulillah, saya masih dibeli kekuatan membimbing, mengarahkan dan mendidik mereka bertiga, walau jalan menuju itu tidak mudah. 2005-2007 adalah cobaan terberat menurut saya, dimana kenakalan remaja hampir menjadi momok keseharian saya.

Ryan anak baru itu berganti nama Si Joe Sempur tiba-tiba menguasai daerah sekitar sekolah menengah pertamanya itu. Tak ada yang mengenal namanya Aryanto atau Ryan, namun menyebutkan nama si Joe, semua anak berseragam biru putih itu pasti mengetahui keberadaannya, dengan mudah saya pun menemukan tempat persembunyiannya berdasarkan feeling seorang Ibu. Menurut saya kenakalan yang dibuatnya adalah masih sebatas kewajaran membolos pada jam mata pelajaran tertentu dengan bersembuyi di kamar mandi sekolah. Yang membuat jantung saya semakin cepat berdetak, saat ia bercerita tentang tawuran pelajar. Walau ia tidak terlibat namun setiap ceritanya selalu mengerikan, hingga saya secara naluri seorang Ibu, sering berkonsultasi dengan para pengajar juga wali kelas hingga Ryan duduk di bangku terakhir sekolah menengah atas.

Bukan Ryan atau si Joe kalau dalam sehari tidak membuat ulah. Hingga suatu hari saya sedih merasa capai sekali ada-ada saja ulahnya yang harus berhadapan dengan pihak sekolah.Saat itu saya menangis, mungkin melihat saya menangis ia pun ikut menitikkan air mata dan memeluk saya, "Iya Ma, Ryan janji nggak nakal lagi." Beberapa hari ada perubahan ia mulai rajin bermunajah lebih-lebih jelang akhir tugasnya menjadi siswa pelajar. Lalu saya memancing apakah doanya masih seperti yang kemarin? Ia tertawa lalu mencium saya dan pergi seperti merpati melesat di udara.

Masa-masa sulit setiap hari, setiap minggu, bulan dan tahun baru dilalui. Ia telah melepas atribut seragam putih abu-abunya. Ia telah meletakkan jabatannya sebagai siswa pelajar SMA Plus YPHB. Di mana sekolah swasta itu menjadi pilihan saya agar Ryan mengenal disiplin lebih paham untuk bekal selepas SMA. Walau Ryan sebenarnya diterima di sekolah negeri, namun saya tetap bertahan demi kebaikan anak saya.Saya merasa berterima kasih pada para guru pengajar yang sering menghukumnya dengan membaca Al-Qur'an sebagi "hukuman" bila terlambat hadir masuk sekolah. Setidaknya setiap juz itu telah dilafazdkan mengarahkan kebaikan untuk masa mendatang.

Kini dalam obrolan lewat udara, ia bercerita rindu dikejar guru karena tidak membuat pekerjaan rumah, ia rindu di hukum bila telat hadir, ia rindu mendengar omelan para guru bila siswa tidak mematuhi peraturan sekolah termasuk urusan knalpot motor. Ia rindu teriakan mamanya, "Ayoooo...muleeeeee". Ia rindu masa-masa yang dulu amat segera berakhir dan merasakan ingin menjadi mahasiswa.

Yang jelas saya mengetahui bahwa dari ketiga anak saya mereka masing-masing memilki karakter sendiri dan menjadi warna hidup. Saya tidak pernah merasa anak-anak adalah beban dengna kenakalannya, itulah hikmah memahami mereka dan ladang menggali imajinasi menciptakan cerita pendek dari pengalaman mereka mewakili sosok remaja sekarang. Dan yang saya tahu ia telah menuliskan ini pada dinding fesbuk saya :

mama..mama..mama..!!!!
foto profilnya cuantik buanget hhehehhe...
mama aku mintaa kirimin baju kemeja yg papa sama baju yg SWAT,
soale kurang baju buat kuliah sama switer yg baru tulisanya 234'SC'
sama spion satria aslinya..okee ??
makasih yaaa mama,
ryan sayang mama hehehehheh
Sabtu, 09 Oktober 2010 jam 23:38

Anak kecil yang suka mengempeng jemarinya itu kini telah menjadi mahasisswa baru sebuah fakultas Otomotif di Universitas Negeri Yogyakarta 2010-2011 dan tinggal satu tempat kos dengan kakaknya seorang mahasiswa fakultas Teknik Kimia, Universitas Gajah Mada semesrter 7. Dan kini berusia delapan belas tahun ditemani pula motor kesayangannya baru menikmati hidup lepas dari pantauan orang tua. Semoga anak kecil itu yang enggan membaca kalimat-kalimat panjang, kali ini mau membaca catatan ini, bisa memutar kembali memori lama. Begitu banyak cerita-cerita mengisi hari-harinya selama ini diberi Allah, dan mensyukuri nikmat dengan lebih banyak beribadah dan memperpanjang doanya, "Ya Allah, doaku seperti kemarin," menjadi catatan indah.

Dan hingga detik ini saya tidak pernah mengetahui apa saja dalam doanya itu. Pastinya doa adalah untuk kebaikan dirinya sendiri dan kedua orang tuanya, amin ya rabbal alamin. Terima kasih buat teman-teman Ryan dari SD-SMA, juga para guru pengajar yang kini tetap menjalin tali silaturahmi lewat pertemanan fesbuker. Jazakumullahu Kahiran Katsiro.

Buat Ryan :
"SELAMAT ULANG TAHUN Ke 18"
PF : 25 Oktober 1992 - 2010  
Semoga menjadi anak yang sholeh, menjadi yang terbaik untuk agama.keluarga dan ortu. Senantiasa dalam lindungan Allah swt. Keberhasilan masa depanmu ada di tanganmu sendiri.


Allumma innii as-aluka
As-salamatan wa shihhati wa a'afiyati
Fi addiina wa dunn wa al-akhirati

Yaa Allah sesungguhnya aku memohon keselamatan dan kesehatan dan ampunan di dalam urusan agama dan akhirat


Salam Kangen Selalu
mOthEr